2 Pelajar Ikut Keroyok Haringga Sampai Meninggal, Pbnu Sororti Lemahnya Pendidikan Agama


Makam korban, Haringga sirla (foto: viva.co.id)

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un... Turut berduka sedalam-dalamnya.

Fakta gres diungkap pihak kepolisian, dua orang pelajar ikut ditetapkan sebagai tersangka perkara pengroyokan suporter yang berujung maut.

Ini pesan yang disampaikan PBNU kepada setiap orang tua.

Kedua pelajar tersebut berinisial SM (17) dan DFA (16). Dua orang pelajar terlibat pengeroyokan yang menewaskan suporter Persija, Haringga Sirla (23).

"Dua orang ini sudah kita titipkan ke Bapas (Badan Pemasyarakatan)," ujar Kapolrestabes Bandung Komisaris Besar Irman Sugema di Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Kota Bandung, Selasa (25/9/2018).

Irman menjelaskan pihaknya tetap akan memproses pelaku yang masih berstatus pelajar tersebut. Saat ini, pihaknya terus menggali keterangan tersangka.

"Proses penyidikan sedang berjalan," kata Irman, menyerupai dikutip dari detik.com.

Polisi tak menjelaskan secara rinci tugas yang dilakukan oleh keduanya. Namun yang pasti, keduanya terlibat dalam pengeroyokan yang terjadi di gerbang biru Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/9) siang atau sebelum pertandingan Persib melawan Persija.

Sementara Itu, PBNU Kutuk Pengeroyokan Haringga dan Soroti Lemahnya Pendidikan Agama

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menganggap bencana tersebut yaitu bencana yang menciderai rasa kemanusiaan.

Pertama, kami mengucapkan bela sungkawa yang mendalam. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan. Ini tindakan keji, biadab dan tidak berperikemanusiaan. Tindakan ini sama sekali tidak sanggup dibenarkan ditinjau dari segi apapun,” ujar Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini menyerupai dikutip dari kumparan.com.

Bagi Helmy, bencana tersebut yaitu bukti lemahnya pendidikan keagamaan dan moralitas di kalangan anak muda.

Mereka menganiaya saudaranya sendiri. Bahkan dengan mengucapkan kalimat la ilaha illallah. Ini terang kesesatan dalam beragama. Harus kita renungkan, di mana rasa kemanusiaan dan moralitas mereka?” Imbuh Helmy.

Lebih jauh, Helmy menegaskan pentingnya tugas serta keluarga dan orang bau tanah dalam mendidik anak-anaknya menjadi sangat relevan ketika ini.

Orang bau tanah dan keluarga harus lebih meningkatkan pembelajaran budbahasa dan nilai-nilai kemanusiaan bagi anak-anaknya,” ujarnya.

Agama hadir untuk melindungi umat manusia. Agama diturunkan dan disyariatkan sebagai hukum yang emansipatif terhadap umatnya. Jika tidak demikian, maka agama kehilangan ruh dan fungsi utamanya. Atau paling tidak agama disalahpamani oleh pemeluknya.

Agama yang harusnya dijadikan sebagai alat pelindung, kini malah sebaliknya dijadikan sebagai pedoman untuk menyerang, menghakimi, bahkan mempersekusi pihak-pihak yang dianggap bersalah dan berbeda,” ungkap Helmy.

:


Hakikat olahraga, kata Helmy, yaitu menjaga fisik dan nalar semoga tetap sehat.

Sepak bola seharusnya menjadi olahraga yang menpersatukan, mengokohkan dalam ikatan persaudaraan. Bukan semakin menjauhkan dan malah menjadi bibit saling bermusuhan.

Seperti kita ketahui, fanatik buta dalam olah raga sepak bola ini sudah menjamur diseluruh kalangan. Baik yang muda hingga belum dewasa di usia masih belia.

Tidak menutup mata, belum dewasa SD dilingkungan sekitar meneriakkan yel-yel ujaran kebencian kepada sebuah club sepak bola. Namun anehnya orang bau tanah malah terkesan membiarkannya.

Semoga perkara ini menjadi pembelajaran bersama, kususnya para orang tua.
Related Posts