Apakah Gempa Bumi Dapat Dihentikan? Ini Yang Diajarkan Rasulullah Dan Umar


Jalanan yang amblas akhir gempa di Kelurahan Petobo, Palu Selatan, Sulawesi Tengah, Senin, 1 Oktober 2018. (Foto: Antara)

Dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah dan Umar pernah "menghentikan" gempa yang pernah terjadi di Madinah.

Agar gempa tidak terus berlanjut, Ini yang diajarkan Rasulullah Saw dan juga Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu!

Gempa bumi termasuk musibah yang tidak dapat dicegah. Bahkan berdasarkan BMKG, gempa bumi tak dapat diprediksi.

Lalu mengapa Rasulullah dan Umar dapat “menghentikan” gempa yang pernah terjadi di Madinah? Tentu semuanya dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Karena tak dapat dicegah oleh teknologi secanggih apa pun, yang Kuasa mencegah dan menghentikannya hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu menawarkan contoh yang sama untuk “menghentikan” gempa semoga tidak berlanjut ke level yang lebih parah.

Bagaimana Caranya?

Suatu ketika, Rasulullah bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman naik ke bukit Uhud. Tiba-tiba bukit itu berguncang. Maka dia menghentakkan kakinya ke Uhud dan bersabda:

اثْبُتْ أُحُدُ فَمَا عَلَيْكَ إِلاَّ نَبِىٌّ أَوْ صِدِّيقٌ أَوْ شَهِيدَانِ

“Tenanglah wahai Uhud, tidak ada di atasmu kecuali seorang Nabi, Ash Shiddiq dan asy Syahid.” (HR. Bukhari)

Di masa kekhalifahan Umar, tiba-tiba Madinah berguncang.

ketika terjadi gempa pada masa kekhalifahannya, Umar bin Khattab ra. Mengingat kejadian gempa di Madinah pada masa Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW ketika itu meletakkan kedua tangannya di atas tanah dan berkata, “Tenanglah, belum tiba saatnya bagimu.

Lalu, Nabi SAW menoleh ke arah para sobat dan berkata, “Sesungguhnya Rabb kalian menegur kalian, maka jawablah (buatlah Allah ridha kepada kalian)!

Seorang dengan ketajaman mata bashirah ibarat Umar bin Khattab bisa, mencicipi bahwa kemaksiatan yang dilakukan oleh para penduduk Madinah, sepeninggal Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq telah mengundang bencana.

Maka, Umar pun berkata kepada penduduk Madinah, “Wahai Manusia, apa ini? Alangkah cepatnya apa yang kalian kerjakan (dari maksiat kepada Allah)? Andai kata gempa ini kembali terjadi, saya tak akan bersama kalian lagi!”

Umar pun mengingatkan kaum Muslimin semoga menjauhi maksiat dan segera kembali kepada Allah. Ia bahkan mengancam akan meninggalkan mereka jikalau terjadi gempa kembali, ibarat dikutip dari tarbiah.net.

Sesungguhnya peristiwa merupakan ayat-ayat Allah untuk menawarkan kuasa-Nya, jikalau insan tak lagi mau peduli terhadap ayat-ayat Allah.

Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan,

Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menjadikan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jikalau terjadi gempa bumi mereka berkata, ‘Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian’.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz juga tak tinggal membisu ketika terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya.

Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri, Amma ba’du, “Sesungguhnya gempa ini ialah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang mempunyai harta hendaklah beramal dengannya.” ibarat dikutip dari islampos.com.

:

Allah berfirman dalam qur’an surat Al-A’laa [87] ayat 14-15:

Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, kemudian ia sembahyang. Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), ‘Ya Rabb kami, bersama-sama kami menzalimi diri kami dan jikalau Engkau tak jua ampuni dan mencintai kami, pasti kami menjadi orang-orang yang merugi.”

Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, ‘Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, saya sungguh orang yang merugi’. Dan katakanlah doa Yunus AS, ‘La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, bersama-sama saya termasuk orang-orang yang zalim’.

Jika saja kedua Umar ada bersama kita, mereka tentu akan murka dan menegur dengan keras, alasannya ialah rentetan “teguran” Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan.

Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras, inilah saatnya kita menjawab teguran-Nya dengan meningkatkan ketakwaan dan menjauhi segala kemaksiatan.

Demikian, Wallahu A'lam.
Related Posts