Kisah Agus Supriyanto Selamat Dari Tsunami, Bersembunyi Di Langit-Langit Masjid


Image from tribunnews.com

لا حول ولا قوة إلا بالله

MasyaAllah, cerita Supri menggambarkan betapa penyayangnya Allah terhadap hamba yang ingat padaNya.

Betapa tidak, dikala mau menjalankan ibadah, tsunami pun terjadi. Tak ada jalan lain yang sanggup ia tempuh selain mencari celah untuk berlindung.

Berikut penuturan Agus Supriyadi secara lengkap...

Beberapa warga Lampung menjadi saksi mata tragedi gempa bumi dan tsunami yang melanda Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September 2018 lalu.

Salah satunya yaitu Agus Supriyanto (44). Warga Kelurahan Yukum Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah ini beruntung sanggup selamat meski sempat terjebak dalam reruntuhan puing-puing bangunan.

Seperti yang dikutip dari tribunnews.com, laki-laki yang bekerja di sebuah perusahaan konstruksi itu mengisahkan detik-detik insiden dramatis yang dialaminya.

Agus mengaku berada di Palu alasannya terlibat pembangunan Asrama Haji Transit yang berlokasi di Jalan WR Supratman, Lere, Palu.

Agus mengatakan, sebelum tragedi itu melanda, sekitar dua pekan sebelumnya sudah terjadi gempa bermagnitudo 5,1. Gempa tersebut terjadi dua kali.

Kemudian pada Jumat, 28 September 2018 sore, tepatnya pukul 15.20 WITA, Palu kembali diguncang gempa.

”Waktu itu kejadiannya sesudah azan Asar. Tapi nggak terlalu besar. Posisi dikala itu saya dan rekan-rekan masih di dalam gedung asrama haji,” beber Agus via telepon, Senin, (1/10/2018).

Barulah menjelang Magrib, terus Agus, gempa kedua tiba lagi. Namun, kali ini guncangannya sangat dahsyat.

Gempa bermagnitudo 7,4 itu terjadi sekitar 10 detik. Namun, durasi tersebut sudah cukup untuk meluluhlantakkan seluruh bangunan yang ada di Palu dan Donggala.

”Waktu insiden gempa yang besar itu, kita para pekerja sudah jam pulang. Saya sendiri waktu itu posisi di dalam ruangan daerah wudu Masjid Agung Babussalam Palu,” ungkap Agus.

Masjid Agung Babussalam berlokasi tak jauh dari Asrama Haji Palu, yakni sekitar 200 meter.

Saat hendak mengambil air wudu itulah Agus mencicipi guncangan yang sangat hebat.

”Saya sempat terjebak alasannya dikala itu mau ambil air wudu. Di dalam diombang-ambing sama gempa. Saat mau keluar, saya lihat material gedung masjid pada runtuh,” terus Agus.

Beruntung, Agus selamat dari reruntuhan bangunan alasannya berlindung di bawah atap berkonstruksi beton.

”Karena saya tahu di atap masjid itu ada yang dicor atapnya. Makara saya berlindung di sudut ruangan itu,” jelasnya lagi.

Setelah gempa reda, Agus berniat keluar dari ruangan itu. Namun, ia terjebak di dalam alasannya pintu tertimpa material reuntuhan bangunan.

”Karena takut ada gempa susulan, saya balasannya merusak plafon masjid. Karena ada celah untuk keluar,” tambah Agus.

Setelah berhasil keluar dari masjid, Agus hendak kembali ke asrama haji untuk melihat kondisi rekan-rekannya.

:

Belum hingga di daerah tujuan, Agus mendengar bunyi orang minta tolong.

Setelah mencari asal suara, Agus menemukan seorang laki-laki dalam kondisi terluka parah.

”Rupanya muazin (juru azan) yang azan untuk Masjid Agunģ. Akhirnya sanggup kita selamatkan,” ujar Agus.

Sayangnya, kata Agus, muazin tersebut mengembuskan napas terakhir sekitar pukul 23.00 alasannya tidak ada tenaga medis yang menanganinya.

”Setelah itu, saya lari ke proyek. Alhamdulillah, rekan kerja udah pada keluar semua dan selamat,” lanjut Agus.

Tak usang kemudian, tiba gempa susulan. Saat itulah Agus mendapat isu gempa tersebut disertai tsunami.

Agus dan rekan-rekannya berlari menjauhi pantai. Mereka pun selamat.

Saat ini, kata Agus, kondisi di Palu dan sekitarnya masih mencekam.

Ketiadaan listrik, sarana komunikasi, air bersih, makanan, dan lainnya menciptakan warga korban gempa hidup dalam keterbatasan.

”Kami terisolasi di sini. Kami gak sanggup ke mana-mana. Jalan-jalan rusak. Landasan pacu di bandara (Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie) aja retak-retak. Yang sanggup mendarat cuma (pesawat) Hercules,” terangnya.

Akibatnya, kata Agus, penjarahan toko waralaba terjadi di mana-mana. ”Saat ini terjadi penjarahan di mana-mana, menyerupai Alfamidi, Matahari Hypermart, dan lainnya,” tambah Agus.
Related Posts