Sama-Sama Bernilai Ibadah, Mana Yang Lebih Afdhal Sholawat Atau Berdzikir?


Image from blogkhusudoa.com

Ada berpuluh ribu cara beriman kepada Allah dan Rasulnya. Salah satunya dengan berdzikir maupun membaca sholawat.

Lantas kalau sama bernilai ibadah, mana yang lebih afdhal diantara keduanya?

Shalawat termasuk cuilan dari dzikir. Karena dalam lafadz shalawat, kita berdoa kepada Allah, “Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyinaa Muhammad”, yang artinya, ‘Ya Allah, berikanlah shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad.’

Seperti yang dikutip dari konsultasisyariah.com, dalam kalimat ini terdapat kandungan makna,

[1] Bahwa Allah yaitu Rab semesta alam yang mengatur semua makhluk-Nya. Karena itu, kita berdoa kepada-Nya. Dan doa tidak akan kita arahkan kecuali kepada Dzat yang kita yakini sanggup mengambulkan doa.

[2] Bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu wali Allah, sehingga berhak untuk mendapat shalawat dan salam.

[3] Bahwa kita mengakui bahwa Allah yaitu sesembahan kita, sehingga kita memanggil dengan Allahumma, ya Allah… lantaran kata ‘Allah’ bermakna al-Ilaah, yang artinya al-Ma’luuh (Dzat yang diibadahi).

Karena itu, dikala kita bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hakekatnya kita juga sedang melaksanakan dzikrullah.

:

Selanjutnya, ada pertanyaan, kalau ada dua jenis dzikrullah, mana yang lebih utama?

Menyebut kalimat thayyibah menyerupai Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallah, dst, termasuk dzikir yang mulia.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَحَبُّ الْكَلاَمِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ. لاَ يَضُرُّكَ بَأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ

Ucapan yang paling dicintai Allah ada 4: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaaha illallah, dan Allahu Akbar. Tidak problem membacanya mau dimulai dari mana. (HR. Muslim 5724).

Al-Quran juga termasuk dzikirullah yang mulia. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَفَضْلُ كَلاَمِ اللَّهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلاَمِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ

Keutamaan kalam Allah dibandingkan ucapan yang lain, menyerupai keutamaan Allah dibandingkan makluk-Nya. (HR. Turmudzi 3176 dan ad-Darimi 3419).

Hadis kedua ini dijadikan dalil oleh para ulama, diantaranya Imam as-Syafii untuk menyampaikan bahwa membaca al-Quran yaitu dzikir yang paling afdhal.

Dalam kitabnya al-Majmu’ Syarh Muhadzab, an-Nawawi menyebutkan,

وقد نقل الشيخ أبو حامد في تعليقه في هذا الموضع أن الشافعي نص أن قراءة القرآن أفضل الذكر

Syaikh Abu Hamid dalam catatan dia di cuilan ini menukil perkataan Imam as-Syafii yang menegaskan bahwa membaca al-Quran yaitu dzikir yang paling afdhal. (al-Majmu’, 8/44)

Lalu bagaimana komprominya dengan hadis atasnya,

An-Nawawi menjelaskan,

والجواب: أن المراد أن هذا أحب كلام الآدميين وأفضله, لا أنه أفضل من كلام الله, والله أعلم

Jawabannya, bahwa yang dimaksud dalam hadis ini (hadis Muslim), bahwa kalimat thayyibah itu yaitu ucapan insan yang paling dicintai Allah dan yang paling afdhal. Bukan berarti dia lebih afdhal dibandingkan kalam Allah (al-Quran). Allahu a’lam. (al-Majmu’, 8/45)

Demikian pula shalawat. Allah memerintahkan kita untuk banyak bershalawat. Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikatnya bershalawat kepada nabi, wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan juga ucapkanlah salam untuknya.” (Qs. Al- Ahzab: 56).

Semakin banyak shalawat yang kita lantunkan, sebakin besar peluang untuk mendapat keistimewaan di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam sebuah hadis, dia bersabda,

أولَى الناسِ بِيْ يوم القيامة أكثرُهم عليَّ صلاةً

“Orang yang paling akrab dariku pada hari final zaman yaitu yang paling banyak bershalawat kepadaku.” (HR. At-Tirmidzi, dan dihasankan Al-Albani).

Yang kami pahami – Allahu a’lam – membaca al-Quran merupakan dzikir yang paling afdhal, lantaran al-Quran yaitu kalam Allah.

Selanjutnya, mana yang lebih utama, dzikrullah ataukah shalawat?

Jika dikaitkan dengan sebab, maka beribadah sesuai alasannya yaitu itulah yang paling afdhal. Membaca shalawat pada waktu dianjurkan bershalawat – contohnya sesudah adzan, lebih afdhal dibandingkan dzikir yang lain. Karena dia dibaca sesuai waktunya.

Demikian pula, membaca kalimat thayibah Subhanallah, Alhamdulillah, dan Allahu Akbar, dikala dilakukan sesuai waktunya. Misalnya sesudah shalat wajib, lebih utama dibandingkan membaca shalawat.

Sementara kalau tidak dikaitkan dengan alasannya yaitu tertentu, keduanya sama-sama afdhal. Dan yang lebih sempurna yaitu mengamalkannya secara bergantian, biar kita melestarikan semua aliran syariat.

Demikian, Allahu a’lam.
Related Posts