Terkait Dugaan Penganiayaan Ratna Sarumpaet, Ini Beberapa Kejanggalan Yang Menjadi Sorotan


Dugaan penganiayaan Ratna Sarumpaet Foto: Istimewa, nasional.tempo.co

Ratna Sarumpaet mengaku menjadi korban penganiayaan.

Meski sudah berlangsung lebih dari satu pekan, nyatanya Ratna masih sanggup melaporkan insiden tersebut ke polisi.

Curiga dengan adanya rekayasa, berikut beberapa hal janggal yang terungkap!

Aktivis Ratna Sarumpaet diduga telah menjadi korban penganiayaan beberapa hari kemudian menyerupai yang dituturkan dalam kronologi oleh seorang koleganya.

Namun dari segala penuturan kronologi kejaian yang dialaminya, terdapat banyak kejanggalan hingga memantik bayak respon dari banyak sekali elemen masyarakat.

Berikut yaitu beberapa kejanggalan dari kronologi penganiayaan Ratna Sarumpaet, menyerupai yang kami rangkum dari banyak sekali sumber:

1. Tidak ada jadwal malam pesawat Bandung-Jakarta

Pada dongeng Nanik, Jumat 21 September 2018 Ratna diketahui sedang berada di Bandung untuk menghadiri konferensi di salah satu hotel.

Singkat cerita, malam harinya ia hendak pulang ke Jakarta dengan menunggang pesawat dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung, bersama dua orang kawannya yang berasal dari Malaysia dan Sri Langka.

Menurut Nanik, sesampainya Ratna di bandara Husein Sastranegara, taksi yang ia tumpangi menurunkannya di tempat sepi dan gelap. Mendahului Ratna, kedua temannya turun dari taksi.

"Nah ketika dua temannya yang dari luar negeri turun dan berjalan menuju bandara, Mbak Ratna ditarik tiga orang ke tempat gelap dan dihajar habis oleh tiga orang, dan diinjak perutnya,” ujar Nanik. Pengeroyokan ini, berdasarkan Nanik, mengakibatkan kepala Ratna sobek.

Namun, berdasarkan penelusuran dengan pihak Humas Bandara Husein Sastranegara Bandung, jadwal pesawat dari Bandung ke Jakarta hanya sekali sehari yakni pada siang hari. Artinya, tidak ada penerbangan malam hari.

"Kalau berangkatnya jam 10.00 atau 11.00 WIB. Adanya ke Halim Perdana Kusuma. Itu pun sering cancel. Kalau malam enggak ada," kata Hubungan Masyarakat Bandara Husein Sastranegara Mabruri Jurnalis Wahyudin.

2. Tidak ada nama Ratna Sarumpaet di Rumah Sakit Bandung dan Cimahi

Setelah agresi penganiayaan itu, Nanik menambahkan, Ratna dibopong oleh sang supir taksi masuk kembali ke dalam mobil. Ratna mengaku mengaku diturunkan begitu saja di pinggir jalan, yang ia klaim kemudian sudah masuk ke tempat Cimahi.

"Ratna lantas menuju rumah sakit di Cimahi. Ia kemudian menelepon temannya yang seorang dokter bedah dan eksklusif ditangani," ucap Nanik, menyerupai dilansir dari tempo.com.

Polisi Republik Indonesia eksklusif melaksanakan pendalaman terhadap informasi penganiayaan pada penggagas yang getol memperjuangkan hak asasi insan ini.

Hasilnya nihil. Tidak ada laporan wacana penganiayaan atas nama korban Ratna Sarumpaet di Polrestabes Bandung dan 28 Polsek jajaran, semenjak tanggal 21 September hingga 2 Oktober 2018.

Penelusuran mereka di puluhan rumah sakit yang tersebar di Bandung, Jawa Barat pun tidak ditemukan apa-apa terkait penganiayaan atas nama korban Ratna Sarumpaet.

Rumah sakit tersebut yaitu RS Hasan Sadikin, RS Muhammadiyah, RSUD Ujung Berung, RS Hermina Arcamanik, RS Hermina Pasteur, RS Halmahera, RS Sariningsih, RS Dr. Salamun, RS Adven, RS Boromeus, RS Santosa Gardujati, RS Kebon Jati, RS Rajawali, RS Santoyusup, RS Al Islam, RS Santosa Jl. Kopo, RS Melinda 1, RS Ibu & Anak Antap, RS Limijati, Poliklinik BMS, RS Rotinsulu, dan RS Melinda 2.

3. Mahfud MD Soroti Kejanggalan Wajah Ratna Sarumpaet

Mahfud MD justru menyoroti sebuah kejanggalan.

Awalnya Mahfud MD menyampaikan bila kasus penganiayaan ini hanya permainan politik semata, maka 'si pemain' yang harus dikutuk.

"Itu kita kutuk, kalau benar terjadi. Tapi kalau hanya mainan politik ya pemainnya yang kita kutuk," tulis Mahfud MD.

Mahfud MD mengaku gres bertemu dengan seorang dokter yang hebat di bidang bedah.

Menurut Mahfud dokter tersebut melihat ada kejanggalan pada luka di wajah Ratna Sarumpaet. Pasalnya luka di belahan kanan dan kiri Ratna Sarumpaet serupa.

Mahfud MD lantas meminta masyarakat untuk bersabar menunggu perkembangan kasus tersebut.

"Saya gres ketemu seorang dokter hebat bedah. Katanya, luka di kanan kiri kelopak mata agak aneh krn sama. Kita tunggu saja perkembangannya," tulis Mahhfud MD, menyerupai dilansir dari tribunnews.com.

4. Tompi menduga infeksi wajah Ratna Sarumpaet bekas operasi

Penyanyi sekaligus dokter bedah plastik, Tompi, ikut berkomentar mengenai dugaan penganiayaan yang dialami oleh penggagas Ratna Sarumpaet hingga menjadikan wajahnya babak belur.

Melalui kicauan di akun Twitter resminya, Tompi menyebut infeksi pada wajah Ratna Sarumpaet bukan disebabkan pemukulan, melainkan reaksi yang timbul pascaoperasi.

"Gilaaaaa menjadikan infeksi operasian sebagai akhir di keroyok massa!!! Mereka sedang membodohi diri sendiri. Dan kita rakyat tertipu dan terbawa amarah. Ini referensi manis bagaimana oknum politisi memainkan jurus-jurus," tulis Tompi melalui akun Twitter @dr_tompi, Selasa (2/10), menyerupai dikutip dari Antara.

Meski menyebut infeksi pada wajah Ratna Sarumpaet akhir reaksi yang timbul bekas operasi, namun Tompi menyampaikan hal tersebut perlu ditelusuri lagi ke Rumah Sakit tempat Ratna dirawat.

"Lebih baik telusuri RS-nya cari tahu bener nggak ke situ," ujar Tompi ketika dihubungi Antara, Rabu.

Tompi juga menegaskan bahwa keputusan mengenai dugaan penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet yaitu kewenangan pihak kepolisian.

"Ini mah ranah polisi," terang Tompi.

Namun sebagai dokter bedah plastik, Tompi tidak menampik bila pasien mengalami reaksi infeksi pascaoperasi plastik.

"Semua pasien pascaoperasi plastik niscaya bengkak. Gambarannya ya begitu," tutupnya.

:

Kata Polisi Republik Indonesia soal Dugaan Penganiayaan Ratna Sarumpaet

Kepala Divisi Humas Polisi Republik Indonesia Irjen (Pol) Setyo Wasisto menyebutkan pihaknya belum mendapatkan laporan polisi (LP) soal dugaan penganiayaan yang dialami penggagas Ratna Sarumpaet.

"Ratna Sarumpaet, kita belum mendapatkan laporan, hanya informasi katanya beliau dianiaya tanggal 21 September, nah itu kan sudah lama, enggak ada laporan, ya kita enggak tahu," kata Setyo di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta Pusat, Selasa (2/10/2018).

Setyo mengatakan, meski sudah berlangsung lebih dari satu pekan, Ratna masih sanggup melaporkan insiden tersebut ke polisi.

Namun, ia mengkhawatirkan relatif lamanya waktu insiden sanggup mengubah hasil visum. "Bisa, cuman masalahnya nanti kalau divisum itu mungkin sudah sembuh kalau 10 hari," tutur dia.

Setyo juga membenarkan informasi bahwa polisi sempat mencari keberadaan Ratna ke sejumlah rumah sakit di Bandung. Itu untuk menelusuri apakah Ratna pernah menerima perawatan medis.

"Kita melaksanakan pengecekan di sana (rumah sakit di Bandung) enggak tahunya yang bersangkutan sudah ada di rumah, dan katanya bertemu dengan Pak Prabowo, katanya ya," terang dia.

Kita doakan saja kasus ini segera terungkap.

Jika terbukti penganiayaan ini benar, agar pelaku sanggup segera di tangkap dan mendapatkan aturan setimpal atas perbuatan keji tersebut.

Namun bila hal tersebut sebuah rekayasa, agar kasusnya jelas. Hingga tidak menimbulkan fitnah yang berkepanjangan di masyarakat.
Related Posts