Fakta Baru, Ilmuwan Kuak Kunci Misteri Tsunami Palu! Apa Yang Bahwasanya Terjadi?


Foto udara yang menyampaikan Jembatan Kuning yang ambruk akhir gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi (Tekno Tempo.co)

Hampir 3 bulan telah berlalu...

Sempat jadi misteri, baru-baru ini ilmuan menguak fakta gres terkait Stunami yang menelan korban lebih dari 2.000 jiwa tersebut.

Apa yang bahu-membahu terjadi? Ini yang ditemukan ilmuan...

Gempa dengan magnitudo 7,4 yang mengguncang Palu pada Jumat 28 September 2018 memicu tsunami. Gelombang raksasa setinggi 5 meter menderu menuju pantai, menerjang apapun yang ada dalam jangkauannya, bangunan, kendaraan, juga banyak manusia.

Tsunami Palu juga mengejutkan para ilmuwan dunia. Tak ada yang mengira, ukurannya sanggup sedahsyat itu. Apa gerangan yang memicunya, masih jadi misteri sampai kini.

Penemuan Fakta Baru Oleh Imuan


Belakangan, sebuah penelitian yang dilakukan di teluk yang berada di Palu menyampaikan adanya penurunan signifikan di dasar laut.

Hal tersebut mungkin berkontribusi pada pergerakan air secara tiba-tiba yang kemudian menerjang ke darat. Memicu lebih banyak korban. Lebih dari 2.000 orang meninggal dunia akhir gempa dan tsunami di Palu dan Donggala.

Kesimpulan awal sejumlah pemeriksaan terkait tsunami Palu tersebut dilaporkan dalam ajang Fall Meeting yang digelar American Geophysical Union di Washington DC, demikian dikutip dari BBC News, Selasa 11 Desember 2018.

Gempa di Palu terjadi di sesar strike-slip (sesar geser), yang bergerak secara horizontal.

Konfigurasi semacam itu biasanya tak pernah dikaitkan dengan insiden tsunami besar.

Namun, itulah yang terjadi pada 28 September 2018 petang. Dua gelombang besar teramati. Yang kedua lebih besar. Tsunami menerjang sampai 400 meter ke daratan.

Udrekh Al Hanif dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dalam rapat tersebut, menyampaikan bahwa sumber pembangkit tsunami diduga berada sangat bersahabat dengan kota. Sebab, interval antara gempa dan datangnya gelombang tinggi sangat pendek. Kurang dari tiga menit.

Udrekh dan para koleganya berupaya mendapat balasan dari peta batrimeti, yang menggambarkan kedalaman suatu tempat dan topografi dasar maritim di teluk sempit yang mengarah ke Kota Palu.

Tim BPPT masih berupaya menemukan balasan pasti. Namun, data mengindikasikan bahwa sebagian dasar maritim di teluk itu anjlok akhir gempa.

Faktor tersebut, dikombinasikan dengan pergerakan tajam kerak bumi ke utara, dipastikan sanggup memicu tsunami.

"Saat mencocokkan batimetrik daya sebelum dan setelah (gempa), kita sanggup mampu melihat bahwa area dasar maritim di dalam teluk di dalam teluk. Dan dari data ini, kami juga sanggup memantau pergerakan ke utara. Sebenarnya ada pergeseran vertikal dan horisontal," kata Udrekh Al Hanif kepada BBC.

Namun, apakah hal tersebut cukup untuk menjelaskan ukuran tsunami yang terjadi di Palu, masih terbuka untuk dipertanyakan. Juga ada bukti sejumlah insiden longsor bawah tanah dalam data BPPT. Itu mungki juga jadi faktor?

Kemungkinan lain yakni dorongan ke atas dari dasar laut, di zona bersahabat Palu, di mana sesar geser terpecah ke jalur yang berbeda.

Pergerakan pada dua lintasan, pada waktu bersamaan, sanggup jadi menekan lempeng yang berada di antaranya.

"Itu yakni insiden yang tak biasa. Namun, proses tektoik menginformasikan bahwa hal tersebut sanggup terjadi lagi," kata Finn Løvholt from dari Norwegian Geotechnical Institute.

"Memang, ini bukan insiden pertama di Palu. Mungkin yang ketiga atau keempat yang menyebabkan banyak korban. Ada insiden yang seakan-akan pada 1960-an dan 1920-an," tambah dia