Jangan Jadikan Perbedaan Sebagai Alasan Untuk Kita Saling Membenci
Gambar dilansir dari aswajamuda.com
Ngakunya Islam tapi suka mencaci-maki perbedaan!
Maka belajarlah lagi, mencar ilmu menghargai perbedaan dari para Imam Mazhab.
Sekalipun ada beberapa perbedaan antar Imam Madzhab yang satu dengan yang lain, namun tidak akan mengurangi rasa saling menghormati di antara mereka.
Perbedaan pendapat biasa terjadi semenjak dahulu sampai sekarang. Begitu juga dengan para Ulama’ terdahulu, terkadang beliau-beliau mempunyai perbedaan pendapat antara yang satu dengan yang lainnya.
Demikian pula yang terjadi terhadap keempat Imam Madzhab yang hari ini paling banyak diikuti oleh umat muslim.
Terkadang para Imam Madzhab ini mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam menghadapi suatu kasus. Meski mendapati perbedaan di antara mereka, para Imam ini tetaplah saling menghargai satu sama lain.
Dilansir dari islam.co, dalam sebuah riwayat diceritakan, pada suatu hari Imam Syafi’i tiba ke Madinah dengan tujuan untuk menuntut ilmu kepada Imam Malik. Imam Malik pun memuliakannya sebagaimana ia memuliakan orang pandai lainnya.
Kemudian di hadapan Imam Malik, Imam Syafi’i melantunkan bait-bait al-Muwaththa’ dengan cara menghafal dan sungguh fasih. Bacaannya menciptakan Imam Malik terkagum-kagum sambari memujinya, sambil meminta Syafi’i untuk memperbanyak lagi hafalannya.
Saat Imam Syafi’i tinggal di Irak, dia mulai menyusun kitab qadim(lama)nya yang berjudul Al-Hujjah. Di dalam kitab Al-Hujjah inilah, dia banyak memasukkan fatwa-fatwa atau ajaran-ajaran dari imam-imam sebelumnya, yaitu imam Abu Hanifah dan Imam Maliki.
Dalam kisah yang lain diceritakan dikala Imam Syafi’i dan Imam Maliki saling berkunjung ke rumah masing-masing, Imam Syafi’i yang dalam ajarannya mensunnah–ab’adkan qunut dan setiap mendirikan solat subuhnya dia selalu menggunakan qunut.
Namun, tiba dikala dia menginap di rumah Imam Malik lantas ketika solat subuh diminta menjadi Imam, dia tidak menggunakan qunut, lantaran Imam Maliki dikenal dalam ajarannya tidak pernah menggunakan qunut dalam solat subuhnya.
Begitu juga dikala Imam Maliki menginap di rumah Imam Syafi’i, dan diminta untuk mengimami solat subuh maka Imam Maliki akan menggunakan qunut dalam solat subuhnya untuk menghormati Imam Syafi’i yang sedang berposisi sebagai ma’mun.
Sekalipun ada beberapa perbedaan antar Imam Madzhab yang satu dengan yang lain, namun tidak akan mengurangi rasa saling menghormati di antara mereka.
Hal inilah yang seharusnya menjadi tauladan bagi kita, saling mencintai, menghargai, dan mengasihi di dalam perbedaan.Jangan jadikan perbedaan sebagai alasan untuk kita saling membenci dan terpecah-belah, namun jadikanlah mereka sebagai alat pemerkuat ikatan keislaman kita.
Contoh gres lagi, selain menghormati dan menghargai Imam Malik, Imam Syafi’i juga mengagumi Imam Abu Hanifah. Sekalipun mereka tidak pernah bertemu secara langsung, tetap Imam Syafi’i sangat menghargai Abu Hanifah dengan cara mempelajari ajaran-ajaran Abu Hanifah melalui kitab-kitab dan murid beliau.
Imam Syafi’i pernah berdialog dengan salah satu murid Imam Abu Hanifah yaitu Muhammad bin al-Hasan, untuk mendalami ajaran-ajarannya. Dalam syair-syair karya Imam Syafi’i juga menciptakan sebuah gubaha syair khusus untuk mengagung-agungkan Abu Hanifah.
Imam Ahmad bin Hambal juga pernah menceritakan, bahwa suatu hari dia pernah bertanya kepada ayahnya, “Wahai ayahku, kedudukan apakah yang dimiliki Syafi’i? Karena saya sering mendengarmu mendoakannya.”
Ayahnya menjawab, “Wahai putraku, Syafi’i itu bagaikan matahari bagi dunia, dan laksana ‘afiyat (kesehatan) bagi manusia. Perhatikanlah, apakah keduanya ini mempunyai pengganti atau penerus?”
:
- Kisah Seorang Wanita Ahli Ibadah, Masuk Neraka Hanya Karena Menyakiti Hati Tetangga
- Untuk Keselamatan Dunia dan Akhirat, Ini Dua Doa yang Paling Sering Dibaca Rasulullah Saw
Seperti itulah sikap-sikap para Imam Madzhab, mereka saling mengagumi dan memuji sekalipun terkadang muncul perbedaan pendapat.
Selama perbedaan itu hanya problem furu’iyah (masalah cabang, bukan problem pokok), mereka akan saling menghormati dan menghargai.Kita sebagai umat muslim sehabis beliau, sudah seharusnya meneladani perilaku dan sifat para Imam Madzhab tersebut dalam menghadapi perbedaan.
Dengan saling mengasihi tanpa rasa benar sendiri, dengan saling menyayangi tanpa ada rasa membenci, dengan saling menghormati tanpa saling mengguri, dan dengan saling menyayangi tanpa mencurigai.
Jika kemudian hari ini masih banyak yang suka mencaci-maki perbedaan, maka belajarlah lagi. Belajarlah arti indahnya perbedaan.
Semoga bermanfaat!
Related Posts