Masyaallah, Rekrut Orang Jalanan, Pengusaha Ini Wajibkan Sholat 5 Waktu Dan Kasih Bonus Haji


Bapak Haryanto via dream.co.id

Teladan yang sangat patut dicontoh di zaman sekarang

Tak hanya menyuruh karyawannya sholat sempurna lima waktu, namun pengusaha ini menunjukkan tumpuan dimana ia turut hadir berjamaah di masjid perusahaanya.

Berikut ini dongeng sukses beliau, yang dirintis dari beli 1 angkot.

Kisah Bapak Haji Haryanto merintis perusahaan PO Haryanto dan Haryanto Motor.

Merantau ke Jakarta tanpa uang dan pendidikan, Bapak Haji Haryanto karenanya melamar sebagai anggota TNI. Setelah 20 tahun mengabdi di kesatuannya dengan pangkat terakhir kopral, dia justru sukses berbisnis angkutan umum.

Kini penghasilannya tak kalah dengan para jenderal. Berkat ketekunan, keuletan, dan tentu saja garis keberuntungan yang tergores di tangannya, Bapak Haji Haryanto karenanya memetik buah usahanya. Bagi Bapak Haji Haryanto ini disiplin memang bukan hal aneh. Maklum, dia yaitu mantan anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Jangan pandang sebelah mata. Kariernya di Tentara Nasional Indonesia memang berakhir ketika dia berpangkat kopral. Tapi, Bapak Haji Haryanto benar-benar sukses mengelola bisnis.

Saat ini dia mempunyai 90 bus administrator yang melayani jalur Jakarta-Kudus, Pati, Jepara, Ponorogo dan Madura. 20 unit Bis Pariwisata.

Berikut cuplikan singkat dongeng sukses Bapak Hariyanto


Selain itu, ia juga mempunyai 150 unit angkutan kota (angkot) yang merajai seluruh trayek di Tangerang serta mempunyai show room kendaraan beroda empat dan 2 buah Rumah makan besar di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Bapak Haji Haryanto sendiri sesungguhnya tak pernah menyangka ia akan menjadi pengusaha. Pasalnya, ia terlahir sebagai anak desa di Kudus, Jawa Tengah. Orang tuanya hanyalah buruh tani yang punya kerja sambilan sebagai tukang memisahkan tulang dan daging ikan di pasar.

:



Sejak kecil Bapak Haji Haryanto memang bercita-cita bisa berseragam loreng sambil memanggul senjata. Cita-citanya itu karenanya kesampaian juga. Tahun 1979 dia mulai bekerja di kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang. "Saya dididik jadi pengemudi, kiprah aku mengangkut alat-alat berat, meriam, beras untuk konsumsi dan perminyakan," kenang Bapak Haji Haryanto. Penghasilan yang dia kantongi waktu itu sekitar Rp 18.000 per bulan.

Adapun Bapak Haji Haryanto, semenjak kecil dididik untuk bekerja keras, mulai dari menggembala sapi milik tetangga, berjualan es atau sebagai tukang ngarit demi menambah penghasilan bagi kelangsungan hidup keluarganya. Maklum, keluarganya yaitu keluarga besar. Bapak Haji Haryanto yaitu anak keenam dari sebelas bersaudara. Meski ulet, ternyata Bapak Haji Haryanto cukup bandel. Buktinya, dia tidak menuntaskan sekolahnya di kursi Sekolah Teknik Menengah (STM) karena merasa tidak cocok. Beliau kemudian kabur dari rumah dan hijrah ke Tangerang. "Saya akan mengubah nasib," begitu tekadnya waktu itu.

Berbekal tekad dan semangat yang kuat, di Tangerang Bapak Haji Haryanto kemudian mendaftar sebagai anggota TNI.

Di sela-sela waktu bekerja sebagai sopir kendaraan militer di kesatuannya, Bapak Haji Haryanto pun meluangkan waktunya untuk menyopiri angkotnya. Saban hari dia menyopir angkotnya pada pukul 15.00-16.00, kemudian bekerja di Kostrad hingga pukul 19.00. Selepas pukul 22.00, ia mulai mengemudikan angkotnya lagi hingga dini hari. Suka tidak suka, Bapak Haji Haryanto harus mengurangi waktu tidurnya demi menafkahi keluarganya. Berkat rajin menyopiri angkotnya, tahun-tahun berikutnya Bapak Haji Haryanto terus membeli angkot dari uang yang ia sisihkan.

Bekerja sambilan jadi sopir angkot karena sudah bekerja dan mengantongi gaji, pada 1982 Bapak Haji Haryanto memberanikan diri untuk menikah. Tapi, honor belasan ribu yang diterimanya tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk menambal semua kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa berukuran 3 x 4 meter yang dia huni bersama dengan istrinya tak bisa ia bayar. "Untuk membayar sewa rumah saja aku utang," kenangnya. Kepepet dengan kondisi keuangan yang minim inilah yang justru mempertebal semangat Bapak Haji Haryanto untuk mulai mencari perjuangan sampingan. Pada 1984, dengan modal uang tabungan kurang dari Rp 1 juta, Haryanto nekat membeli satu unit kendaraan beroda empat angkutan kota (angkot). Beliau pun kemudian menjadi sopir bagi kendaraan pribadinya yang berpelat kuning. Waktu itu rute yang ia tempuh Pasar Anyar-Serpong. "Dulu masih kebun karet, jalannya juga enggak sebagus sekarang," paparnya.

Kendati usianya gres 43 tahun, pada tahun 2002 lalu, ia melayangkan surat pengunduran diri. "Saya enggak sanggup pesangon, tapi sanggup pensiun Rp 800.000 per bulan," ujarnya. Sejak pensiun itulah Bapak Haji Haryanto justru sibuk dengan mainan barunya, yaitu PO Haryanto yang dirintisnya pada tahun yang sama. Waktu itu Bapak Haji Haryanto menerima kucuran kredit dari Bank BRI sekitar Rp 3 miliar. Uang itu ia gunakan untuk membeli enam unit bus senilai masing-masing Rp 800 juta. "Pinjaman itu aku pakai untuk uang muka beli bus," katanya. Semula Bapak Haji Haryanto mengoperasikan busnya untuk rute Cikarang-Cimone kelas non-AC alias ekonomi.

Modal untuk membeli angkot juga didapatnya dari hasil kerja sambilannya yang lain, sebagai perwakilan bus PO Sumber Urip yang ia tekuni semenjak 1990-2000. Angkotnya terus beranak-pinak hingga puluhan dan terus bertambah menembus angka 100 unit. "Insya Allah kini aku telah mempunyai jalur angkot hampir seluruh Tangerang," ungkapnya penuh syukur. Saat ini sekitar 150 angkot ada dalam daftar asetnya. Dari perjuangan angkotnya saja, jutaan rupiah berhasil dia kantongi setiap hari. Tapi, Bapak Haji Haryanto bukan orang yang praktis berpuas diri. Tahun 1990 ia membuka satu gerai showroom kendaraan beroda empat di Tangerang yang khusus menjual angkot dari bermacam-macam karoseri. Gerai ini tak membutuhkan modal yang banyak, Bapak Haji Haryanto hanya menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin menjual angkotnya. "Modalnya hanya kepercayaan," tukas Bapak Haji Haryanto. Showroom ini pun cukup laris, setiap bulan sekitar 20-30 unit kendaraan beroda empat berhasil dia jual. Pensiun dari kopral, gajinya jenderal karena putaran roda bisnisnya semakin kencang, Haryanto pun karenanya memutuskan untuk keluar dari kesatuannya di militer.

Sayangnya, bus jurusan tersebut sepi penumpang. Maka, ia mengalihkan ke bus administrator yang ber-AC dan menciptakan rute gres yang tujuannya tak jauh dari kampung halamannya, yaitu Jakarta-Kudus, Jakarta-Jepara, dan Jakarta-Pati. Demi menjaga kualitas, Haryanto mendidik sopir-sopirnya semoga tidak ugal-ugalan dan diprotes penumpang. Walau sudah menjadi juragan, Bapak Haji Haryanto pun tak segan-segan setiap hari nongkrong di terminal, menilik sendiri kondisi bus-busnya sambil mendengarkan keluhan penumpang.

Dari putaran roda bisnis di bisnis bermacam-macam angkutan penumpang ini, Bapak Haji Haryanto kini menangguk pendapatan yang lumayan. Karyawannya pun kini telah mencapai 600 orang. "Saya enggak nyangka kini bisa menjadi pengusaha," ungkap Bapak Haji Haryanto. Sebagai pengusaha, tentu saja penghasilan pensiunan kopral itu tak kalah dengan para jenderal.

Bapak Haji Haryanto agaknya sadar betul bahwa usahanya tak akan berhasil tanpa campur tangan yang di Atas. Itu sebabnya, ia berikrar akan memberangkatkan sopir-sopirnya ke Tanah Suci. Maka dari itu, setiba dari Mekkah, kendati harga dolar sedang mahal-mahalnya, Bapak Haji Haryanto memenuhi janjinya pada diri sendiri untuk memberangkatkan karyawannya naik haji. Kesempatan pertama itu ia hadiahkan pada satu orang sopir yang telah setia bekerja padanya. "Dia sopir pertama yang aku berangkatkan ke tanah suci," ujarnya.

Mengongkosi Sopir ke Tanah SuciPergi ke tanah suci yaitu impian Bapak Haji Haryanto, pemilik PO Haryanto. Itu sebabnya, ia selalu menyisihkan bertahap penghasilannya. Berkat uang hasil tabungannya itulah, pada 1997, karenanya ia bisa berangkat ke tanah suci bersama orang bau tanah dan istrinya. Sejak kakinya menginjakkan tanah suci itulah ia berjanji pada dirinya untuk menjalankan bisnis ini dengan sungguh-sungguh. "Alhamdulillah aku bisa ke Mekkah juga dari hasil perjuangan angkot," ujarnya.

Tradisi memberangkatkan karyawannya itu terus ia pelihara hingga sekarang. Bagi karyawan yang taat dan tekun beribadah, Bapak Haji Haryanto tak segan-segan membagi tiket untuk beribadah ke Mekkah.
Related Posts