Mengaku Nabi Dan Jual Tiket Masuk Nirwana Seharga Rp 2 Juta, Ini Fakta Perihal Abdul Muhjib


(Abramena/Liputan6.com)
Astagfirullah...

Aneh-aneh saja insan zaman sekarang. Ngaku-ngaku nabi, hingga jual tiket masuk nirwana segala.

Ini fakta-fakta Abdul Muhjib, laki-laki asal Karawang yang sempat menghebohkan publik!

Pertengahan tahun 2016, nama Abdul Muhjib, laki-laki asal Karawang, sempat mencuat. Bukan alasannya ialah prestasi yang ditorehkannya, tetapi sensasi yang dibuatnya. Dia mengaku sebagai nabi.

Ajarannya pun terbilang aneh. Selain mengubah kalimat syahadat, nabi palsu ini dan lima pengikutnya memperjualbelikan tiket masuk nirwana senilai Rp 2 juta kepada warga di Karawang.

Tindakan penistaan agama ini tentu meresahkan warga, sehingga petugas kepolisian dari Sektor Pangkalan dan Polres Karawang pun mengamankan mereka.

Usai penangkapan Abdul Muhjib dan pengikutnya, warga di sekitar padepokan nabi palsu itu, di Desa Setra, Kecamatan Tegalwaru Karawang, menghancurkan bangunan yang semula dipakai Abdul Muhjib sebagai daerah tinggal dan penyebaran agamanya semenjak 2008 lalu.

Dilansir dari liputan6.com, 16 Nov 2018, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menyatakan aliran yang disebar dan dianut oleh Abdul Muhjib dari Karawang yang mengaku nabi masuk kategori sesat dan menodai agama. Salah satu ajarannya ialah iming-iming masuk nirwana dengan hanya membayar Rp 2 juta.

Sekretaris Umum MUI Jawa Barat Rafani Achyar menyampaikan sentra penyebaran paham yang diajarkan oleh nabi palsu Abdul Muhjib diduga dari Subang. MUI masih menelusuri guru yang mengajarkan paham tersebut kepada Muhjib.

Sempat menjadi pasien gangguan jiwa

Abdul Muhjib diketahui pada tahun 2008 sempat menjadi pasien gangguan jiwa dan menjalani perawatan di daerah pengobatan hebat kejiwaan di Desa Karokrok, Kecamatan Patokbeusi, Subang, Jabar, yang dipimpin Ghani.

Pimpinan padepokan Ghani, mengaku kaget dengan ratifikasi Abdul Mujid yang mengaku pernah belajar kepadanya.

Meski mengakui kalau Mujid pernah tinggal di padepokannya, tetapi sebagai pasien yang mengalami gangguan jiwa.

"Sebenarnya bukan anggota atau jamaah. Dia di sini dulu pernah menjadi pasien selama dua minggu, alasannya ialah mengalami gangguan jiwa," kata Ghani.

Nah bagaimana berdasarkan Anda?
Related Posts