Ngeri, Begini Detik-Detik Video Letusan Gunung Anak Krakatau Pasca Stunami Selat Sunda


Erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018) tirto.id

Tsunami yang melanda Anyer, Banten, Pandeglang dan Lampung diduga disebabkan oleh longsoran Gunung Anak Krakatau.

BPTT menyebut, longsoran Gunung Anak Krakatau mencapai 64 hektar.

Dari video pantauan udara, begini ngerinya  letusan Anak Krakatau pasca Tsunami...

Bencana Tsunami Selat Sunda, setidaknya telah merenggut 373 jiwa dan 2.459 luka-luka. Jumlah ini dipastikan bertambah lantaran masih banyak korban yang belum ditemukan.

Tsunami yang melanda Anyer, Banten, Pandeglang dan Lampung diduga disebabkan oleh longsoran Gunung Anak Krakatau.

Gunung Anak Krakatau berada di tengah perairan Selat Sunda. Sejak Juni 2018, Gunung Anak Krakatau erupsi hampir setiap hari.

Lonsoran capai 64 hektar


Perbandingan wajah Anak Krakatau dari udara pada 11 Desember dan 23 Desember 2018.

Badan Pengkajian dan Penerapan teknologi merilis gambaran radar yang menyampaikan perbedaan permukaan Anak Krakatau dilihat dari udara.

Dua gambaran yang membandingkan kondisi pada 11 Desember dan 23 Desember 2018 itu terang menyampaikan adanya perubahan permukaan sekitar 357 meter dan 1.800 meter.

Tampak pada gambaran tersebut bahwa kepingan selatan atau kiri bawah pada gambar sudah hilang.

"Ini bukti bahwa ada area yang hilang atau longsor ke laut, sekitar 64 hektar," kata Widjo Kongko menyerupai dikutip dari Kompas.com, Senin (24/12/2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh hebat geologi Perancis Christine Deplus dan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hery Harjono, longsornya kepingan selatan - barat daya Anak Krakatau sanggup picu tsunami.

Dalam pesannya pada Minggu, Hery menyampaikan bahwa Anak Krakatau cenderung tumbuh ke arah barat daya dan sisi tersebut juga lebih curam dari lainnya.

"Tentu ini merupakan kepingan yang labil dan jikalau melorot atau longsor tentu sanggup memicu tsunami," demikian kata Hery.

Publikasi penelitian Deplus dan Hery di Journal of Vulvanology and Geothermal Research pada 1995 juga mengungkap bahwa tsunami akhir longsoran Anak Krakatau pernah terjadi pada tahun 1981.

Pakar vulkanologi Surono mengungkapkan, menurut gambaran BPPT tersebut, "Longsorannya besar. energinya juga niscaya besar."

Widjo mengungkapkan, untuk sanggup lebih pasti, perlu dilakukan asumsi volume longsoran yang jatuh ke lautan.

Pasca tsunami 22 Desember 2018, Gunung Anak Krakatau juga masih erupsi.

Dilansir dari akun twitter Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, pasca tsunami Selat Sunda Gunung Anak Krakatau juga masih erupsi namun tidak besar.

Status aktivitasnya ada di Waspada (level 2). Zona ancaman ada di dalam radius 2 km. Jalur pelayaran disebut-sebut masih aman.

Berikut videonya yang diunggah Sutopo Purwo Nugroho:


:
Related Posts