Waspada! Acara Gunung Anak Krakatau Meningkat, Tsunami Berpotensi Kembali Terjadi


Gunung Anak Krakatau terlihat dari Pos Pemantaun Pasauran, Kabupaten Serang, Kamis (27/12/2018). Sejak Kamis pagi, Gunung Anak Krakatau dinaikan statusnya dari Level II Waspada menjadi Level III Siaga(Kompas.com/Acep Nazmudin) 

Jauhi pantai, supaya tak lagi ada peristiwa mengerikan lagi...

Gunung Anak Krakatau sekarang dalam status siaga (level III).

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga waspada potensi tsunami...

Status Gunung Anak Krakatau naik jadi level siaga. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga waspada.

"Sehubungan dengan surat edaran Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementrian ESDM Badan Geologi No. 4646/45/BGL/2018 tanggal 27 Desember 2018 wacana Peningkatan Status Anak Gunung Krakatau dari Level II (waspada) menjadi Level III (siaga) bahwa adanya peningkatan kegiatan Gunung Anak Krakatau, maka peringatan kewaspadaan potensi tsunami di wilayah Pantai Selat Sunda dalam radius 500 m sampai 1 km masih tetap berlaku," kata Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono dalam keterangannya, Kamis (27/12/2018) pukul 09.45 WIB.

Rahmat menyampaikan pihaknya masih terus memantau perkembangan lebih lanjut status kewaspadaan itu. BMKG juga akan menginformasikan dalam waktu 24 jam ke depan.

"Mohon masyarakat tetap hening dan waspada, serta terus memonitor perkembangan info kami melalui Aplikasi Mobile Phone Info BMKG serta Aplikasi Magma Indonesia," ujarnya, ibarat dilansir dari detik.com.

Potensi Tsunami Kembali Terjadi

Sementara dilansir dari kompas.com, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rudy Suhendar mengatakan, sebaran bubuk yang sudah mencapai Cilegon dan Anyer memicu status gunung ini ditingkatkan statusnya.

Masyarakat juga diminta untuk tidak beraktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah gunung, untuk menghindari terkena material letusan Gunung Anak Krakatau yang setiap ketika mengalami erupsi.

Rudy mengatakan, meningkatnya kegiatan Gunung Anak Krakatau ini berpotensi untuk menghasilkan longsoran ibarat terjadi pada 22 Desember 2018 lalu.

Pihaknya sudah mengkonfirmasi kalau longsoran tersebut menjadi salah satu pemicu terjadinya tsunami.

"Kejadian tsunami beberapa waktu kemudian diakibatkan salah satunya longsoran gunung. Secara dimensi lewat citera satelit, kami dapat menghitung kurang 64 hektar luas longsoran," kata Rudy di Pos Pemantaun Gunung Anak Krakatau Pasauran, Kabupaten Serang, Kamis (27/12/2018).

Untuk ketika ini, dirinya belum dapat memastikan apakah ada potensi longsoran Gunung Anak Krakatau lainnya atau tidak.

Namun, kata dia, kemungkinan akan terjadi lagi, mengingat kegiatan Gunung Anak Krakatau menghasilkan getaran yang besar lengan berkuasa pada struktur gunung.

"Tetap waspada terus bahwa longsoran niscaya ada lagi dan kemungkinan ada lagi. Kami selalu waspada, kami kolaborasi dengan BMKG, BPPT, selalu waspada menghadapi hal terburuk," kata dia.

Jika longsoran terjadi ibarat pada Sabtu (22/12/2018) lalu, kata Rudy, besar kemungkinan tsunami akan kembali menerjang daratan.

Hanya saja, belum dapat diukur seberapa besar gelombang tsunami yang dihasilkan dari longsoran yang akan tiba serta waktu niscaya terjadinya.

Pihaknya hanya dapat mengimbau kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas di daerah pantai pada radius 500 meter sampai 1 kilometer dari pantai untuk mengantisipasi adanya tsunami yang tiba tiba-tiba.

Untuk saudara-saudara sekalian di pesisir, tetap waspada!
Related Posts