Masyaallah, Polisi Ini Buktikan Sedekah Tak Harus Kaya Dan Melulu Barang Berharga


Polisi ini mengumpulkan sampah untuk membantu orang miskin, (KOMPAS.com/FIRMANSYAH)

Seboga kisah inspiratif ini bisa menjadi teladan bagi kita semua...

Sedekah tak harus menunggu kaya, mempunyai uang banyak dan barang berharga. Bapak Polisi ini buktikan sampah pun bisa bernilai ibadah.

Berikut kisah usaha dia dalam membantu sesama yang sungguh menguras air mata, MasyaAllah...

Keringat di dahi Aipda Mulyadi (40) bercucuran. Ia bersama Lubis (36) seorang tauke pengepul barang bekas sibuk menimbang kardus, plastik, koran bekas, dan sejumlah besi.

Hari itu, Senin (24/9/2016) pukul 13.20 WIB, Mulyadi mengumpulkan 179 kilogram barang bekas. Barang bekas dan sampah itu didapat dari sejumlah sekolah, warung, dan tempat umum lainnya.

Dengan cukup cekatan, Lubis menghitung uang yang diberikan pada Mulyadi. "Rp 486.000 jumlah semuanya," kata Lubis.

Uang itu eksklusif dipegang Yuki Rosdiana, istri Aipda Mulyadi. Dalam sebulan, Mulyadi bisa mengumpulkan Rp 1,7 juta dari mengumpul dan menjual sampah. Uang itu diberikan pada warga miskin.

"Uangnya diberikan untuk biaya pengobatan, pendidikan, dingklik roda untuk orang miskin. Ini sudah dilakukan sekitar 2 tahun," ungkap Mulyadi menyerupai dilansir dari kompas.com.

Mulyadi merupakan anggota Polsek Kota Mukomuko, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu.

Ia bertugas sebagai Bhabinkamtibmas yang membawahi beberapa desa.

Di tengah kesibukannya bersama masyarakat, ia melaksanakan kerja sosial yang dinamakannya "Sedekah Sampah".

Ia mengisahkan, ide sedekah sampah didapatnya dari buku yang ia baca. Rupanya, sedekah sampah bisa ikut membangun desa.

"Saya terinspirasi dari buku itu," jelasnya.

Perlahan, ia bekerja mengumpulkan sampah. Awalnya sulit, namun lama-kelamaan warga ikut mengumpulkan sampah untuk dijual.

Selain terinspirasi dari buku Sedekah Sampah, ia merasa terpanggil ketika anak sulungnya Adinda Ramadani Mulia Putri (14) mempunyai anak berkebutuhan khusus.

"Anak saya sempat terkena sakit keras. Kami berjuang menyembuhkannya. Rumah kami jual untuk dia sembuh. Alhamdulillah kini dia sehat. Dari sana juga saya berpikir saya juga harus bantu orang lain," kenangnya.

Selain getol dengan aktivitas sedekah sampah, Mulyadi juga menggeluti perpustakaan keliling.

Ia mendorong sekolah tempatnya bertugas, membangun budaya membaca semenjak 2 tahun lalu.

"Saya ajak sekolah-sekolah untuk membaca buku minimal 15 menit setiap pagi sebelum belajar," sebutnya.

Awal bergerak dengan aktivitas membaca, ia mengaku miris ketika anak sekolah ketika ini lebih menyukai gawai dan menonton film tidak mendidik dibanding membaca.

"Maka saya datangi guru untuk memulai gerakan membaca 15 menit setiap pagi," ujarnya.

Komitmennya pada gerakan membaca menciptakan ia dianugerahi pin emas oleh Kapolri Jendral Tito Karnavian pada 2017. Ia berharap, aktivitas yang ia lakukan sanggup disempurnakan oleh pemerintah tempat biar cakupannya menjadi luas.

Meski Rajin Sedekah, Ternyata Mulyadi Tak Miliki Rumah

Meski Aipda Mulyadi peduli pada kondisi sosial, namun ia tidak mempunyai rumah pribadi. 8 tahun terakhir, ia dan keluarganya tinggal di pos polisi.

"Dulu punya rumah namun kami jual untuk mengobati anak saya tertua," ungkapnya.

Isteri Mulyadi, Yuli Rosdiana mengaku, meski tak mempunyai rumah, ia dan anaknya senang dan bersyukur dengan kondisi yang mereka jalani ketika ini.

"Gaji bapak kadang udah habis, maka saya bantu dengan jualan kue," ungkapnya tersipu.

:


MasyaAllah...

Semoga kisah inspiratif dari Aibda Mulyadi menular kepada kita semua.

Perintah berzakat, infaq dan sedekah yang banyak  tertulis dalam Al Alquran yakni suatu perintah yang mengandung begitu banyak kebaikan.

Tidak ada ceritanya orang yang terus menerus berinfak balasannya jatuh miskin.  Yang ada justru sebaliknya.

Mereka yang bersedekah, terus menerus bertambah kaya, meski belum kaya harta namun kaya akan hati kaya akan keberkahan dalam hidup.

Puncak keikhlasan insan ketika ia bisa mengulurkan tangan untuk memberi, meskipun dirinya sendiri dalam keterbatasan.

Semoga dengan kisah ini, hati kita semakin tergugah untuk rajin bersedekah.