4 Tingkatan Insan Istimewa Di Mata Allah, Masya Allah Agar Kita Salah Satunya


Image from konsultasisyariah.com

Jangan hingga dalam hidup kita tidak menjadi salah satu insan istimewa berikut...

Mari berkaca dari diri sendiri, kita termasuk golongan yang mana?

Karena dari sini kita diukur seberapa bergunanya kita hidup di dunia ini...

Berikut 4 tingkatan insan dimata Allah..

Sebelum kami jelaskan wacana pengertian Syariat, Tarekat, Hakekat dan  Makrifat, marilah  kita jelaskan kapan datangnya istilah-istilah tersebut. Istilah tersebut bergotong-royong jaman Rasulullah tidak ada, istilah tersebut muncul ke generasi yang ke tiga dari Rasulullah saw, yaitu sehabis Rasulullah saw, Shahabat Nabi, Tabi'in, Itabi'in, sehabis kegenerasi ketiga itulah munculnya para Tasawuf pada Abad ke 11 (5 H) Tasawuf digunakan setiap calon

Seperti yang dikutip dari dzat-alif-satunggal.blogspot.com, Sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah atau berada dalam kehadiratnya tanpa dibatasi hijab. Bagaimana berdasarkan syareat Islam? Ahlus sunah Waljama'ah? Suatu cara mendekat diri kepada Allah dengan istilah diatas dipersilahkan yang terpenting sesuai dengan sumber aturan dalam Islam (Al-Qur'an, Hadist) dan Syariat yang sudah ditetapkan oleh Allah.

Makara para tasawuf, itu menyatukan lahir dan batin  dalam mengamalkan syariat itu bersungguh secara istiqomah dalam mendekatkan diri kepada kepada Allah swt.



Pengertian Syariat

Syariat (Islam) yaitu aturan dan aturan (Islam) yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi aturan dan aturan, syariat (Islam) juga berisi penyelesaian persoalan seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat (Islam) merupakan panduan menyeluruh dan tepat seluruh permasalahan hidup insan dan kehidupan dunia ini.

Syariat yaitu segala aturan yang sudah ditentukan oleh Allah swt, atau aturan yang sudah dilegalisasi oleh Rasulullah saw yang berkenaan dalam soal Aqidah, persoalan aturan baik haram halal, syarat atau rukun dsb yang mengatur kekerabatan insan dengan penciptaNya atau Sesama Manusia.

Dalam Syariat aturan udah baku tidak sanggup dirubah, tidak mirip ilmu fikih sanggup dirubah. Dalam ilmu Tasawuf syariat yaitu yang mengatur amal ibadat dan muamalat secara lahir.

Dalam tingakat ini, membahas soal amalan hati atau batiniah atau rohani yah disebut Tasawuf  dan ilmu bagi amalan lahir, dalam tingkat ini Syariat itu di ibaratkan suatu benih biji yang akan kita tanam.

Pengertian Tarekat

Tarekat berasal dari kata ‘thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang dimaksud di sini yaitu jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah s.w.t. Secara praktisnya tarekat yaitu kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa.

Ada 2 macam tarekat yaitu tarekat wajib dan tarekat sunah. 

1. Tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama yaitu mengamalkan rukun Islam. Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa yang dipelihara oleh Allah.

Paket tarekat wajib ini sudah ditentukan oleh Allah s.w.t melalui Al-Quran dan Al-Hadis. Contoh amalan wajib yang utama yaitu shalat, puasa, zakat, haji. Amalan wajib lain antara lain yaitu menutup aurat, makan masakan halal dan lain sebagainya.

2. Tarekat sunah, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib.

Makara tarekat sunnah ini yaitu pemanis amalan-amalan di atas tarekat wajib. Paket tarekat sunat ini disusun oleh seorang guru mursyid untuk diamalkan oleh murid-murid dan pengikutnya.

Isi dari paket tarekat sunat ini tidak tetap, tergantung keadaan zaman tarekat tersebut dan juga keadaan sang murid atau pengikut. Hal-hal yang sanggup menjadi isi tarekat sunat ada ribuan jumlahnya, mirip shalat sunat, membaca Al Qur’an, puasa sunat, wirid, zikir dan lain sebagainya.

Secara harfiah berarti jalan, metoda, cara, dalam lapangan tasawuf istilah ini digunakan calon sufi yaitu jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada Allah yang sedekat-dekatnya atau menerima maqam yang mahmudah, jadi dalam tingkatan ini ada maqam yang harus dikerjakan secara istiqamah yaitu maqam taubat, zuhud, sabar, ridlo dsb.

Dalam tingkat ini yaitu menghidupkan Syareat sebagai amalan lahir atau amalan batin secara sungguh-sungguh dan istiqamah dalam rangka mengnguatkan keimanan dalam hati. Pada tingkat tarekat ini di ibaratkan menanam benih biji (Syariat) tumbuh menjadi kecambah atau sebatang pokok yang bercabang dan berdaun.

Pengertian Hakikat 

Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati (mengenai Tuhan), maka hakikat ini pekerjaan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah, atau gerak dan membisu itu diyakini dalam hati pada hakikatnya yaitu kekuasaan Allah. (Abdurrahman Siddik Al Banjari ,1857 kitab Amal Ma`rifat).

Hakikat adalah kebenaran, kenyataan (Poerwadarminta,1984) hakekat menyaring dan memusatkan aspek-aspek yang lebih rumit menjadi keterangan yang gamblang dan ringkas, hakikat mengandung pengertian-pengertian kedalam aspek yang penting dan instrinsik dari benda yang dianalisa (Konsep Dasain Interior II, Olih Solihat Karso).

Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan yang berarti kebenaran sedangkan dalam kamus ilmiah disebutkan bahwa hakikat adalah: Yang sebenarnya; sesungguhnya; keadaan yang bergotong-royong (Partanto, pius A, M. Dahlan al barry, Kamus Ilmiah Populer, 1994, Arkola, Surabaya).

Istilah bahasa hakikat berasal dari kata “Al-Haqq”, yang berarti kebenaran. Kalau dikatakan Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran.

Hakikat yang berarti kebenaran atau benar-benar ada, orang-orang sufi mengakibatkan Allah sebagai sumber kebenaran, dan meyakini seyakin-yakinya, tiada yang lebih indah kecuali mencitai Allah swt dan mentaatinya. Hakekat ini akan di akan dicapai seseorang sehabis mencapai makrifat yang sebenar-benarnya dalam tingatan ini benar-benar tiada tabir atau hijab dengan Allah artinya sinyal kita benar nyambung kepada Allah, sehingga ada diantara kita yang mempunyai indra ke 6.


Dapat di ibaratkan buah , jadi yaitu biji benih (syariat)  pada tingkatan tharikat  menjadi batang yang becabang, berdaun jikalau pada tingkatan ini kita amalkan buah dari tharekat, akhlak, sanggup menahan nafsu, sabar, tawaduk kita akan memperoleh buah (maqam mahmudah) jadi dengan Allah tiada hijab atau tabir atau penghalang lagi.

Makrifat

Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah" yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan pengamalan Tasawuf, maka istilah ma'rifat di sini berarti mengenal Allah dikala Shufi mencapai maqam dalam Tasawuf.

Kemudian istilah ini dirumuskan definisinya oleh beberapa Ulama Tasawuf; antara lain :

a. Dr. Mustafa Zahri mengemukakan salah satu pendapat Ulama Tasawuf yang menyampaikan : "Marifat yaitu ketetapan hati (dalam mempercayai hadirnya) wujud yang wajib adanya (Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya."

b. Asy-Syekh Ihsan Muhammad Dahlan Al-Kadiriy mengemukakan pendapat Abuth Thayyib As-Saamiriy yang mengatakan: "Ma'rifat yaitu hadirnya kebenaran Allah (pada Shufi)...dalam keadaan hatinya selalu bekerjasama dengan Nur Ilahi..."

c. Imam Al-Qusyairy mengemukakan pendapat Abdur Rahman bin Muhammad bin Abdillah yang mengatakan: "Ma'rifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan (dalam kecerdikan pikiran). Barangsiapa yang meningkat ma'rifatnya, maka meningkat pula ketenangan (hatinya)." marifat arti secara umum yaitu yang dilakukan orang alim yang sesuai dengan maksud dan tujuan ilmu sendiri.

Ma‘rifat menurut jago fiqhi yaitu ilmu. setiap ilmu itu ma’rifat, ma‘rifat itu ilmu, setiap orang alim pandai dan setiap ‘arif itu alim. Ma‘rifat berdasarkan jago shufi ialah rasa kesadaran kepada Alloh akan sifat dan AsmaNYA.

Marifat menurut bahasa yaitu menggetahui Allah SWT. Marifat berdasarkan istilah yaitu sadar kepada Allah SWT, yakni : hati menyadari bahwa segala menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan, berfikir dan sebagainya semua yaitu Alloh SWT, yang membuat dan yang mengerakan.

Makara semuanya dan segala sesuatu yaitu Billah. Makrifat, sebagai pengetahuan yang hakiki dan meyakinkan, berdasarkan al-Gazali, tidak didapat lewat pengalaman inderawi, juga tidak dicapai lewat daypikir rasional, tetapi lewat kemurnian qalbu yang menerima wangsit atau limpahan n­ur dari Tuhan sebagai pengalaman sufistik.

Makrifat, berdasarkan al-Gazali, ialah pengetahuan yang meyakinkan, yang hakiki, yang dibangun di atas dasar keyakinan yang tepat (haqq al-yaqin). Ia tidak didapat lewat pengalaman inderawi, juga tidak lewat daypikir rasional, tetapi semata lewat kemurnian qalbu yang menerima wangsit atau limpahan nur dari Tuhan sebagai pengalaman kasyfiy atau ‘irfaniy.

Makrifat merupakan ilmu yang tidak mendapatkan keraguan (العلم الذى لا يقبل الشك) yaitu ”pengetahuan” yang mantap dan mapan, yang tak tergoyahkan oleh siapapun dan apapun, alasannya yaitu ia yaitu pengetahuan yang telah mencapai tingkat haqq al-yaqin. Inilah ilmu yang meyakinkan, yang diungkapkan oleh al-Gazali dengan rumusan sebagai berikut:

ان علم اليقين هو الذي هو الذى ينكشف فيه المعلوم انكشافا لا يبقى معه ريب ولا يقالانه امكان الغلط والوهم ولا يتسع القلب لتقدير ذلك

“Sesungguhnya ilmu yang meyakinkan itu ialah ilmu di mana yang menjadi obyek pengetahuan itu terbuka dengan terang sehingga tidak ada sedikit pun keraguan terhadapnya; dan juga mustahil salah satu keliru, serta tidak ada ruang di qalbu untuk itu”.

Nah, jikalau sudah mengetahui definisi semua tingkatan insan dimata allah, sejenak kita merenungkan diri, seberapa pantaskah kita dimata allah?

Wallahu a'lam..