5 Fakta Letusan Krakatau 27 Agustus 1883, Tragedi Global Pertama Yang Diliput Sejarah

Krakatoa Volcano Eruption of 1883 (thoughtco.com)

Mengenal sejarah letusan Gunung Krakatau 27 Agustus 1883.

Sebuah tragedi di Negara kita tercinta yang menjadi mipi jelek bagi seluruh umat manusia.

Berikut 5 fakta sejarah letusan maha dahsyat Gunung Krakatau yang perlu Anda ketahui!

Beberapa hari ini kita dikejutkan dengan letusan Gunung Anak Krakatau.

Tercatat semenjak 2 Oktober hingga hari ini, Gunung Anak Krakatau telah meletus 156 kali. Gunung Anak Krakatau (GAK) masih terus mengeluarkan lava pijar ke segala arah.

"Visual pada malam hari dari CCTV, teramati sinar api dan lontaran pijar ke segala arah. Ombal maritim tenang," kata petugas pos pantau Gunung Anak Krakatau Pasauran, Kabupaten Serang, Banten, Deny Mardiono, melalui pesan singkat, Rabu (03/10/2018), ibarat dikutip dari liputan6.com.

Suara letusan gunung berapi berketinggian 338 meter dari permukaan maritim (MDPL) itu, bahkan terdengar hingga ke pos pantau yang jaraknya sekitar 42 kilometer.

Jumlah letusan Gunung Anak Krakatau sebanyak 156 kali itu berdurasi antara 29 hingga 305 detik, dengan amplitudo 30 hingga 51 mm. Gempa tremornya berjumlah tiga kali dengan amplitudo 10 hingga 15 mm dan durasi 24 hingga 27 detik.

Terlepas dari letusan Gunung Anak Krakatau diatas, Tahukah Anda? Bahwa ada tragedi besar lain yang pernah terjadi di Indonesia.

Bahkan, saking besarnya petaka ini, efeknya sanggup dirasakan hingga ke seluruh dunia.

Bencana tersebut ialah letusan Gunung Krakatau yang terjadi pada 27 Agustus 1883.

Pada Minggu, 26 Agustus 1883, pukul 12.53, letusan permulaan menyemburkan awan gas yang bercampur material vulkanik setinggi 24 kilometer di atas Gunung Perboewatan.

Klimaksnya ialah ledakan mahadahsyat yang terjadi pada Senin, 27 Agustus 1883 pukul 10.02 pagi.

Empat ledakan dahsyat yang terjadi membikin tuli orang-orang yang berada relatif erat dengan Gunung Krakatau. Namun, gelegarnya terdengar hingga Perth, Australia yang jaraknya 4.500 kilometer.

Cerita soal letusan gunung Krakatau sudah terdengar hingga kemana-mana. Bahkan, letusan ini menjadi salah satu tragedi besar yang pernah melanda dunia.

Seperti dikutip dari banyak sekali sumber, berikut 5 fakta sejarah letusan Gunung Krakatau yang perlu Anda ketahui:

1. Suara Letusan Paling Keras

Ilustrasi letusan Gunung Krakatau pada 1883 (youtube.com)

Suara ledakan dan gemuruh letusan Krakatau terdengar hingga radius lebih dari 4.600 km hingga terdengar sepanjang Samudra Hindia, dari Pulau Rodriguez dan Sri Lanka di barat, hingga ke Australia di timur.

Letusan tersebut masih tercatat sebagai bunyi letusan paling keras yang pernah terdengar di muka Bumi.

Siapa pun yang berada dalam radius 10 kilometer pasti menjadi tuli.

The Guiness Book of Records mencatat bunyi ledakan Krakatau sebagai bunyi paling mahir yang terekam dalam sejarah.

"Akibatnya tak hanya melenyapkan sebuah pulau beserta orang-orangnya, melainkan membuat mandek perekonomian kolonial yang berusia berabad-abad," demikian ungkap Simon Winchester, penulis buku Krakatoa: The Day the World Exploded, 27 Agustus 1883.

2. Bulan Menjadi Biru Saat Krakatau Meletus

Dampak letusan Krakatau 1883, karang di dasar maritim naik ke daratan (Wikipedia)

Sejarah mencatat letusan dahsyat Gunung Krakatau pada Senin, 27 Agustus 1883. Para ilmuwan menyebut kekuatannya setara dengan 100 megaton bom nuklir atau setara 13.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki.

Letusan Krakatau juga membuat fenomena angkasa. Lewat bubuk vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.

Seperti dimuat situs Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), beberapa partikel bubuk Krakatau, mempunyai ukuran 1 mikron (atau satu per sejuta meter), ukuran yang sempurna untuk menghamburkan warna merah, namun masih memberi peluang bagi warna lain untuk menerobos. Sinar Bulan yang bersinar putih bermetamorfosis biru, kadang hijau.

Bulan berwarna biru bertahan bertahun-tahun pasca-erupsi. Kala itu, tak hanya Bulan yang penampakannya berubah.

Orang-orang ketika itu juga menyaksikan Matahari berwarna keunguan ibarat lavender.

3. Suhu Global Meningkat

Ilustrasi letusan dasyat Gunung Krakatau. Foto: bombastis

Sejumlah laporan bahkan menyebut, korban letusan Krakatau mencapai 120 ribu. Kerangka-kerangka insan ditemukan mengambang di Samudra Hindia hingga pantai timur Afrika hingga satu tahun sesudah letusan.

Seperti dikutip dari situs sains LiveScience, muncul dinding air setinggi 120 kaki atau 36,5 meter, yang dipicu melesaknya Krakatau dan naiknya dasar laut.

Di wilayah pesisir, bunyi gelegar terdengar dari kejauhan, suaranya kian erat dan kuat. Laut pun kemudian menggila.

Tsunami menerjang tanpa ampun, rumah gedek milik pribumi, maupun gedung tembok beratap merah kepunyaan bangsa Eropa di Anyer hancur lebur. Wilayah pesisir lain di Jawa dan Sumatera menemui nasib sama.

Ledakan tersebut melemparkan sekitar 45 kilometer kubik material vulkanik ke atmosfer.

Menggelapkan langit yang menaungi wilayah yang berada di radius 442 km dari Krakatau. Barograf di seluruh dunia mendokumentasikan tujuh kali gelombang kejut.

Dalam 13 hari, lapisan belerang dioksida dan gas lainnya mulai menyaring jumlah sinar matahari yang bisa mencapai Bumi.

Efek atmosfer yang diakibatkan membuat pemandangan matahari terbenam yang spektakuler di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Suhu global rata-rata mencapai 1,2 derajat lebih hirau taacuh selama lima tahun setelahnya.

4. Bencana Global Pertama yang Diliput dalam Sejarah

Lokasi dimana terdapat catatan sejarah setempat terkait insiden dramatis tersebut. (foto: ekliptika)

Media Forbes menyebut, erupsi Krakatau, dalam beberapa aspek, ialah tragedi global pertama yang tercatat dalam sejarah.

Dan, berkat temuan alat komunikasi modern (telegraf), kabarnya segera tersebar ke seluruh dunia.

Jurnal Belanda, Dutch Java Bode, yang pertama mengabarkannya, pada hari yang sama ketika Krakatau meletus. Sejumlah media internasional menyusul kemudian.

Kisah letusan Krakatau diabadikan dalam film, buku, dokumenter, bahkan komik.

Di sisi lain, letusan Gunung Tambora 70 tahun sebelumnya, yang dampaknya lebih dahsyat hingga bisa mengubah sejarah dunia, nyaris terlupakan.

:

5. NASA Pantau Anak Krakatau

Panorama Kepulauan Krakatau yang ikonik. Gundukan di latar depan ialah Gunung Anak Krakatau (foto: ekliptika)

Pasca-erupsi dahsyat Krakatau hancur sama sekali. Mulai pada 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelahnya, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau.

Ia terus meletus secara sporadis semenjak ketika itu. Ia sedang bertumbuh, terus mendekati ukuran induknya yang hancur berkeping.

Anak Krakatau ialah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.

Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain sebab terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis.

Semoga fakta sejarah ini menambah keilmuan kita!