Bagaimana Hukumnya Menasehati Suami Alasannya Yaitu Malas Beribadah Dengan Mimpi Jelek Suami Disiksa Malaikat


Sumber gambar Tribunnews.com

"Sayang, tadi malam ak bermimpi melihatmu didatangi malaikat simpulan hayat untuk mengambil nyawamu, dan disaat itu saya juga diperlihatkan siksa yang begitu pedih menghujani tubuhmu"

Mimpi ini seolah menjadi pesan yang tersirat bagimu biar tidak malas lagi dalam mengerjakan shalat, saya takut nanti kau masuk neraka.


Ustadz saya ingin bertanya mengenai suami dan belum dewasa saya yang ketika ini malas untuk melaksanakan ibadah, sehingga shalatnya tidak pernah hingga lima waktu.


Bolehkan saya menceritakan kepada mereka mimpi yang saya buat-buat, contohnya "saya berpura-pura kalau suami dan anak saya sedang didatangi malaikat simpulan hayat untuk dicabut nyawanya dan akan disiksa didalam neraka" untuk menasehati mereka, biar mereka kembali rajin mengerjakan shalat?

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Dengan Banyak Dzikir dan Tasbih Andi Selamat Dari Gempa, Jika Dinalar Tidak Mungkin Dia Selamat

Termasuk diantara dosa besar, mengaku bermimpi padahal tidak pernah mengalami mimpi itu.

Dari Watsilah bin al-Asqa’ Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْرَى الفِرَى أَنْ يُرِيَ عَيْنَيْهِ مَا لَمْ تَرَ

“Sungguh termasuk kedustaan yang paling besar yaitu menceritakan mimpi yang tidak pernah dia alami.” (HR. Bukhari 7043 dan Ahmad 16980).

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahaya khusus bagi orang yang mengaku bermimpi, padahal tidak pernah mengalaminya.

Dalam hadis dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَحَلَّمَ بِحُلْمٍ لَمْ يَرَهُ كُلِّفَ أَنْ يَعْقِدَ بَيْنَ شَعِيرَتَيْنِ، وَلَنْ يَفْعَلَ

“Siapa yang mengaku bermimpi, padahal dia tidak mengalaminya, maka kelak di hari simpulan zaman dia akan dibebani perintah untuk mengikat 2 biji gandum, dan mustahil dapat melakukannya.” (HR. Bukhari 7042).

Tabligh Akbar Ustadz Somad di Ketapang Mengalahi Konser Musik, UAS: "Bintang Jatuh di Bumi Ketapang"

Bagaimana kalau tujuannya untuk dakwah?

Dalam islam kita diajarkan bahwa kita tidak boleh menilai sesuatu hanya menurut niat dan tujuannya. Karena islam untuk menilai cara dan amalnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan,

إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ

“Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim 2564, Ibn Majah 4143, dan yang lainnya)

Karena itu, kalau ada amal yang tujuannya baik, niatnya baik, namun caranya jelek, tetap dihukumi jelek.

Tujuannya Baik Untuk Menyadarkan Keluarga Namun Ini Dilarang

Ingin menyadarkan suami atau istri dan belum dewasa biar mau shalat, memang tujuan yang baik. Namun kalau ini dilakukan dengan mengaku-ngaku bermimpi padahal itu dusta, terang ini dihentikan dan bahkan dosa besar.

Imam Ibnu Utsaimin pernah ditanya wacana orang yang mengaku bermimpi mengalami kejadian tertentu, untuk menakut-nakuti suami wacana neraka biar mau shalat.

Jawaban beliau,

الكذب في الحلم حرام، بل من كبائر الذنوب؛ لأن الإنسان إذا كذب في الحلم، أي: قال: إني رأيت في المنام كذا. وهو لم يره، فإنه يعذب يوم القيامة، يكلف بأن يعقد بين شعيرتين وليس بعاقد، ولا يقال: إنه إذا كان هناك مصلحة جاز الكذب؛ لأنه لا يمكن أن يدعى إلى الله بمعصية الله أبدًا، ولكن يكفينا ما في القرآن والسنة من المواعظ

Berdusta wacana mimpi hukumnya haram, bahkan dosa besar. Karena ketika seseorang berdusa wacana mimpinya, dimana dia mengatakan, saya bermimpi ibarat ini, padahal dia tidak mengalaminya, maka kelak di hari simpulan zaman dia akan dieksekusi dengan dibebani perintah untuk mengikat 2 biji gandum, dan mustahil dapat melakukannya. Kita tidak boleh mengatakan, kalau di sana ada maslahatnya maka boleh berdusta. Karena selamanya kita mustahil mengajak orang kembali kepada Allah dengan cara bermaksiat kepada Allah. Namun cukup kita nasehati dengan al-Quran dan sunah. (Fatawa Nur ala ad-Darb, volume 9).

Anda dapat ajak keluarga, suami dan belum dewasa untuk ikut kajian sunah. alasannya yaitu ketika insan mempunyai komunitas yang baik, semoga dia dapat ketularan jadi baik.

Semoga bermanfaat..

Related Posts