Hati-Hati! Meski Sering Berzikir, Orang Menyerupai Ini Semakin Akrab Dengan Setan

Gambar Ilustrasi diolah dari gbclander.org

Naudzubillah...

Hakikatnya, orang-orang yang berzikir akan semakin dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Namun ternyata, ada orang yang senantiasa berzikir namun setan semakin mendekatinya.

Ternyata, ini penyebabnya berdasarkan Imam al-Ghazali!

Dzikir merupakan ibadah yang sanggup menenangkan hati. Dzikir sanggup dilakukan dimana saja dan kapan saja, dan tanpa batas.

Bahkan dianjurkan untuk dilakukan sesering mungkin. Semakin banyak waktu yang dipakai dan jumlah bilangan dzikir, maka seorang hamba akan semakin dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Namun, ada satu insiden yang dialami salah satu murid Imam al-Ghazali.

Pada gurunya, Sang murid mengaku. Semakin rajin berdzikir, mengapa ada orang yang justru semakin dekat dengan setan terlaknat?

“Syaikh,” tuturnya, “bukankah dzikir sanggup menciptakan seorang beriman lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan setan akan berlari darinya?”

“Benar,” jawab Imam al-Ghazali.

“Namun kenapa ada orang yang rajin berdzikir justru malah semakin dekat dengan setan?” lanjut sang murid.

Laki-laki yang diberi gelar Hujjatul Islam ini ini pun bertutur, “Bagaimana pendapatmu, Jika ada orang yang mengusir anjing, namun beliau masih menyimpan tulang dan aneka macam makanan kesukaan anjing di sekitarnya?”

“Tentu, anjing itu akan kembali tiba sesudah diusir.” jawab sang murid.

Imam al-Ghazali menjelaskan, demikian juga dengan orang-orang yang rajin berdzikir tapi masih menyimpan aneka macam penyakit hati dalam dirinya. Setan akan terus tiba dan mendekat bahkan bersahabat dengannya.

Ialah kesombongan, iri dengki, syirik, kasar, dan aneka macam penyakit hati lainnya.

Ketika penyakit-penyakit itu menghinggapi diri seorang hamba, maka setan terlaknat akan senantiasa datang, mengakrabkan diri, kemudian menjadi sobat karibnya, menyerupai dilansir dari kabarmakkah.com.

:

Inilah esensi dari dzikir yang kerap dilupakan oleh secara umum dikuasai kaum Muslimin.

Mereka hanya fokus pada dzikir jahr dan melupakan dzikir sirr. Mereka lebih suka dzikir ritual dibanding dzikir dengan perbuatan.

Mereka hanya berhenti pada dzikir berjumlah, tapi melupakan budbahasa yang seharusnya menjadi bukti pertama dari bagusnya dzikir yang dilakukan.

Maka kita sering saksikan, banyak orang yang rajin berdzikir, namun tetap sibuk dengan hal yang sia-sia.

Banyak pula orang yang ikut aneka macam majelis dzikir, tapi kelakuan dan kehidupannya justru semakin jauh dari nilai-nilai Ilahi.

Meskipun begitu, mereka masih lebih baik daripada orang jelek yang tidak berdzikir. Sebagaimana dinasihatkan oleh Imam Ibnu Athailah as-Sakandari, “Orang yang lalai ketika berdzikir lebih baik daripada orang lalai yang tidak berdzikir.”

Nauzubillah...

Semoga Allah Swt selalu menjauhkan kita dari penyakit hati, penyakit yang tak terlihat namun senantiasa menghapuskan amalan kita.

Wallahu A'lam.