Tiga Ciri Seorang Hamba Yang Dikehendaki Baik Oleh Allah, Adakah Dalam Diri Anda?


Gambar ilustrasi dilansir dari kabarmakkah.com

Jika Allah Swt berkehendak, apapun yang jelek sanggup menjadi baik.

Begitu juga dengan manusia, saat Allah menghendaki seorang hamba untuk menjadi orang baik, maka orang tersebut juga akan menjadi baik.

Dalam kitab Nashoihul Ibad, berikut 3 ciri hamba yang dikehendaki menjadi baik oleh Allah Swt!

Setiap insan tentu ingin menjadi orang yang baik. Karena sejatinya kehidupan akan membaik saat insan pun juga memulai kebaikan dari dirinya sendiri terlebih dahulu.

Kebaikan yang selalu mereka dambakan, bukanlah tak berarti. Melainkan kebaikan itulah yang akan membantu mereka meraih ridho Allah Ta'ala.

Karena Allah yakni dzat Yang Maha Baik, maka Allah juga menyayangi hamba yang baik.

Dalam kitab Nashoihul Ibad, Karya Syekh Nawawi Al-Bantani yang merupakan syarah atas kitab Syekh Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Asqolani (Ibnu Hajar Al-Asqolani) dijelaskan, terdapat 3 kriteria seorang hamba yang dikehendaki oleh Allah untuk menjadi orang yang baik.

Syekh Nawawi berkata:

1. Ketika Allah menghendaki seorang hamba untuk menjadi orang baik, maka Allah menguatkan agamanya.

Ciri yang pertama yakni agama seorang hamba tersebut dikuatkan oleh Allah. Dikuatkanlah keimanannya.

Sehingga hamba tersebut tetap teguh menapaki jalan kebaikan, meskipun godaan malang melintang.

Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:

"Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik maka dikuatkanlah ia dalam kasus agama."


2. Dizuhudkanlah hamba tersebut didalam kasus dunia.

Hamba yang baik, yakni hamba yang tidak tergiur sedikitpun akan gemerlap dunia. Ia berpikir bahwa dunia hanyalah kawasan singgah semata. Hanya kasus yang fana.

Hamba yang baik hanya mengingat satu perkara, yaitu akad Allah akan kehidupan alam abadi yang kekal adanya.

Ia ingat betul akan peringatan Rasulullah ihwal kasus dunia, bahwa: "Cinta dunia yakni pokok dari segala keburukan."


3. Dan diperlihatkanlah aib-aib dalam dirinya sendiri.

Hamba yang baik tidak sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna. Mencari-cari malu sesamanya.

Membicarakan keburukan orang lain. Terlebih, merasa dirinya lebih baik dan memandang orang lain terlalu buruk.

Sungguh, hal tersebut jauh dari diri seorang hamba yang baik. Hamba yang baik yakni hamba yang tidak pernah membicarakan keburukan orang lain.

Ia oleh Allah disibukkan dengan aib-aib pribadinya. Ia disibukkan dengan berintrospeksi diri, Muhasabatun Nafsi.

Mencari-cari kekurangan diri sendiri untuk kemudian ia perbaiki semoga kelak ia benar-benar menjadi hamba yang baik.

Hal ini senada dengan perkataan ulama hebat hikmah: "Beruntunglah bagi orang yang disibukkan dengan malu pribadinya dari pada aib-aib manusia."

:

Terlepas dari itu semua, Ba'dul Hukama', sebagian ulama hebat pesan yang tersirat juga pertanda bahwa sebenarnya insan sudah sanggup meraba-raba nasibnya apakah ia ditakdirkan manjadi orang baik atau sebaliknya yaitu dengan melihat aktifitas sehari-harinya, menyerupai dilansir dari merdeka.com.

Apakah ia dimudahkan dalam kebaikkan ataukah tidak. Jika iya, maka ia benar-benar ditakdirkan menjadi orang baik.

Karena mereka (ulama hebat hikmah) berkata: "Tiap-tiap insan itu dimudahkan untuk apa ia diciptakan."

Jadi, saat seorang hamba selalu diliputi dengan kebaikan-kebaikan, maka beruntunglah insan itu. Ia ditakdirkan menjadi orang baik.

Begitu juga dengan Anda! Ketika Anda mempunyai ketiga hal di atas, Bersyukurlah...

Karena InsyaAllah, Anda yakni orang-orang yang dikehendaki baik oleh Allah Swt.

Demikian, Wallahu A'lam.