9 Nama Wali Songo Yang Mempunyai Tugas Penting Dalam Mengembangkan Agama Islam


nama wali songo via republika.co.id

Kata-kata Wali Songo sudah biasa kita dengar dalam kehidupan masyarakat muslim di Indonesia. Lantas, siapa saja nama wali songo? Berikut penjelasannya.

Julukan Wali Songo diberikan kepada 9 orang Wali yang berjasa besar dalam penyebaran anutan agam Islam di Indonesia.

Sembilan orang yang termasuk ke dalam Wali Songo ini dijuluki sebagai Sunan. Sebenarnya terdapat berbagai Sunan yang telah berjasa menyebarkan anutan Islam di Indonesia, namun hanya terdapat 9 Sunan Wali Songo yang populer di masyarakat Indonesia pada zaman sekarang.

Para Wali Allah ini berdakwah di Nusantara dengan cara mengajak masyarakat untuk masuk ke dalam agama Islam dengan tanpa adanya paksaan. Selama berdakwah, setiap Sunan mempunyai wilayah dakwahnya masing-masing  dan terdapat juga beberapa peninggalan yang menjadi bukti terhadap kiprahnya dalam tersebarnya Islam di Negeri ini.

Alamat Makam Sunan Kalijaga dan Sejarah Singkatnya

Arti Nama Walisongo

nama-nama walisongo via faktadarilangit.blogspot.com

Ada beberapa perbedaan pendapat ihwal arti nama wali songo. Ada yang berkata bahwa walisongo ialah wali yang sembilan atau lebih mudahnya kita sebut sembilan wali. Yang memperlihatkan bahwa jumlah anggota walisongo ialah songo atau sembilan dalam bahasa Indonesia.

Ada juga yang beropini bahwa walisongo ialah wali yang mulia. Karena pendapat ini menyebutkan kata songo pada nama tersebut diambil dari Bahasa Arab yang artinya mulia. Karena mereka berusaha untuk berbagi agama yang mulia, mereka juga sanggup dikatakan sebagai wali yang mulia.

Dan pendapat yang terakhir menyebutkan bahwa arti kata songo ialah tempat sebuah majelis dakwah. Yang didirikan pertama kali dilaksanakan oleh salah satu sunan yang dikenal dengan Sunan Gresik. Yang dilaksanakan pada tahun 1404 masehi atau 808 hijriah.

Kita boleh menentukan pendapat yang mana saja ihwal nama wali songo. Yang terpenting ialah kita harus  meneladani usaha mereka dalam berdakwah di Pulau Jawa ini. Karena mereka telah membawa perubahan terhadap masyarakat Jawa jaman dulu, yang lebih banyak didominasi beragama Hindu dan Budha.

Nama Asli 9 Sunan yang Tergabung dalam Wali Songo

Agar kita sanggup meneladani ihwal sikap mereka, maka terlebih dahulu kita harus mengenal mereka. Karena ada pepatah yang menyampaikan “tak kenal maka tak sayang. Berikut pengetahuan ihwal nama wali songo yang sanggup kami bagikan kepada Anda.

1. Sunan Gresik


iustrasi sunan gresik via islamic-center.or.id

Yang pertama ialah Maulana Malik Ibrahim atau yang lebih kita kenal sebagai Sunan Gresik. Dinamakan Sunan Gresik alasannya dia berdakwah di kawasan gresik dan sekitarnya. Tetapi Sunan Gresik bukan ketirunan orisinil Jawa tetapi diperkirakan dia ialah orang Timur Tengah.

Sunan Gresik termasuk orang yang pertama masuk ke Pulau Jawa untuk berbagi Agama Islam. Beliau merupakan guru para wali atau seorang sesepuh wali. Beberapa pendapat menyampaikan bahwa dia tiba ke Pulau Jawa dengan beberapa orang lainnya.

Tempat berdakwah pertama dia adalah kawasan yang berjulukan Desa Sembalo. Sekarang populer dengan nama Leran, Kecamatan Manyar tepatnya 9 km dari utara Kota Gresik. Beliau memulai menyiarkan Agama Islam di bab timur Pulau Jawa dengan mendirikan sebuah masjid di Desa Pasucinan Manyar.

Dalam mendekati masyarakat umum yang berada disekitar daerah, dia menggunkan metode pergaulan. Akhlak yang baik, tutur kata yang sopan dan sifat ramah-tamah selalu dia perlihatkan kepada masyarakat. Agar masyarakat sanggup melihat keindahan yang terpancarkan dari ajaran Agama Islam.

Beliau tidak pribadi menentang dengan tajam keparcayaan dan kebiasaan masyarakat sekitar. Tetapi dia tetap memperlihatkan kebaikan akhlaknya kepada masyarakat sekitar. Dengan harapan masyarakat mau masuk Islam, kerena kebaikan yang ada di dalamnya.

Berkat perilakunya, banyak masyarakat yang tetarik untuk mencar ilmu ihwal ajaran Islam kepada beliau. Karena mereka menganggap dia membawa ajaran yang benar dan baik bagi kehidupan mereka. Beliau berhasil memikat masyarakat dengan kebaikan dan adab yang dia tunjukkan kepada masyarakat.

Setelah berhasil memikat sebagian besar masyarakat sekitar, aktivitas dia selanjutnya ialah berdagang. Kegiatan ini membuatnya sanggup berkomunikasi dengan orang banyak. Dengan begitu dia sanggup lebih leluasa untuk memberikan ajaran Islam kepada masyarakat.

2. Sunan Ampel

ilustrasi sunan ampel via informazone.com

Raden Rahmat atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Ampel.  Beliau lahir pada tahun 1401 di Champa, tetapi ada dua pendapat berbeda ihwal kawasan yang berjulukan Champa ini. Ada yang beropini bahwa Champa berada di wilayah Kamboja dan pendapat lain menyampaikan wilayah ini berada di Aceh.

Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak datang ke Pulau Jawa. Sesampainya disana mereka berpisah untuk menyebarkan Agama islam. Syekh Jumadil Qubro berada di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim menuju kawasan Champa dan adiknya Maulana Ishak mengislamkan Samudra Pasai.

Maulana Malik Ibrahim berhasil mengajak Raja Champa untuk memeluk Agama Islam. Dan pada jadinya Kerajaan Champa diubah sang Raja menjadi Kerajaan Islam. Kemudian dia juga dijodohkan dengan Putri Raja Champa, dari kesepakatan nikah itu lahirlah anak pria berjulukan Raden Rahmat atau Sunan Ampel.

Pada tahun 1443, Sunan Ampel pergi menuju Pulau Jawa untuk menemui ibunya yang telah berada disana. Setelah hajatnya terpenuhi, kemudian dia menikah dengan Nyai Ageng Manila. Seorang putri Adipati di kawasan Tuban yang dikenal dengan nama Arya Teja.

Tepat pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Masjid Agung Demak untuk sarana berdakwah. Dan yang menjadi penerus dakwahnya di Kota Demak ialah Raden Zainal Abidin. Dia ialah salah satu keturunan dia dari istri dia yang berjulukan Dewi Karimah.

Falsafah Sunan Ampel

Selama berdakwah di Pulau Jawa, dia mempunyai suatu falsafah yang sanggup menurunkan pertolongan Allah. Falsafah dia bertujuan untuk memperbaiki kerusakan adab insan pada dikala itu. Falsafah dia disebut juga dengan Mohlimo yang diantaranya :
  • Moh Mabok : yaitu tidak mau minum minuman keras, khamr, bir dan minuman sejenisnya.
  • Moh Main : tidak mau untuk bermain judi, togel dan permainan sejenisnya.
  • Moh Madon : tidak mau berzina, bermain perempuan, lesbian, atau homoseks.
  • Moh Madat : tidak mau menggunakan obat-obatan yang sanggup memabukkan atau narkoba.
  • Moh Maling : tidak mau mencuri atau mengambil harta yang bukan miliknya.

Itu dia falsafah yang dia pegang selama menjalankan perjuangan dakwah di Pulau Jawa ini. Dan atas falsafah tersebut Allah menurunkan hidayahnya kepada sebagian besar masyarakat Jawa. Sehingga dia sanggup diterima dengan baik dikala berdakwah di Pulau Jawa.

3. Sunan Bonang

ilustrasi sunan bonang via youtube.com

Yang ketiga ialah Raden Maulana Makdum Ibrahim atau lebih sering dipanggil dengan sebutan Sunan Bonang. Beliau ialah salah satu putra dari Sunan Ampel dan Nyai Ageng Manila. Bonang ialah nama salah satu desa yang berada di Kabupaten Rembang, yang merupakan salah satu kawasan yang dia masuki.

Beliau wafat pada tahun 1525, dan dimakamkan di Desa Bonang Kabupaten Rembang. Akan tetapi yang sering diziarahi oleh orang-orang dikala ini ialah makamnya yang berada di Tuban. Karena ceritanya makam Sunan Bonang ada di dua tempat yang berbeda.

Hal ini dikarenakan pada dikala Sunan Bonang wafat, kabar itu hingga kepada muridnya yang tinggal di Madura. Karena kekaguman muridnya kepada gurunya, dia ingin membawa jasad dia ke Madura. Tetapi dia tidak sanggup untuk membawa jasad dia ke Madura, maka dia hanya membawa pakaian dan kain kafan beliau.

Namun murid Sunan Bonang yang lain juga mendengar kabar ini, maka terjadilah perselisihan diantara dua murid ini. Karena dalam Serat Darmo Gandhul, disebutkan bahwa dia sebagai Sayyid Keramat. Dan juga merupakan sunan orisinil Arab dan juga keturunan Nabi Muhammad.

Sunan Bonang juga membuat karangan satra yang berbentuk Suluk atau Tembang Tamsil. Beliau juga pernah membuat Tembang Tombo Ati yang masih sanggup kita jumpai hingga dikala ini. Dan juga menulis sebuah buku ihwal ilmu tasawuf dengan judul Tanbihul Ghofilin.

Sunan Bonang juga mengubah gamelan jawa yang dikala itu merupakan salah satu budaya masyarakat Hindu. Dengan memperlihatkan variasi dan nuansa yang berbeda supaya menjadi lebih baik. Dan dia ialah salah satu creator gamelan jawa hingga dikala ini.

Di dalam hal pentas seni perwayangan dia ialah seorang dalang yang piawai mengambil hati hadirin. Kesukaannya adalah mengubah lakon wayang dan juga memasukkan cerita-cerita ihwal Agama Islam. Kisah yang populer hingga dikala ini ialah pertikaian antara Pandhawa dan Kurawa.

4. Sunan Drajat

ilustrasi sunan drajat via algoruk.blogspot.com

Yang keempat ialah seorang yang mempunyai nama kecil Raden Qosim, dan mendapat Gelar Raden Syarifudin. Beliau biasa dikenal oleh masyarakat jawa dengan julukan Sunan Drajat, Diperkirakan beliau lahir pada tahun 1470. Dia juga salah satu putra dari Sunan Ampel, dan salah satu saudara dari Sunan Bonang.

Setelah pelajaran ihwal Agama Islam dikuasainya dengan baik, dia bergegas menuju Pulau Jawa unutk berdakwah. Beliau berdakwah di kawasan Desa drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Beliau memegang kendali di wilayah perdikan drajat sebagai otonom Kerajaan Demak, kurang lebih 36 tahun.

Sunan Drajat populer sabagai salah satu wali yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi kepada sesama. Beliau juga sangat memperhatikan nasib fakir miskin yang berada disekitarnya. Yang dia lakukan pertama kali ialah mensejahterakan kehidupan masyarakat, kemudian mengajarkan ihwal syariat islam.

Motivasi dakwah dia lebih ditekankan pada etos kerja dan sifat kedermawanan beliau. Beliau juga berkeinginan memberantas kemiskinan dan membuat kemakmuran masyarakat. Karena keberhasilannya dalam berdakwah dan memberantas kemiskinan dia diberi Gelar Sunan Sunbulat Madu atau Raden Patah Sultan Demak.

Filosofi Sunan Drajat

Filosofi yang dipakai Sunan Drajat dalam memberantaskan kemiskinan masyarakat sekitar sanggup kita pelajari kembali. Dan filosofi Sunan Drajat antara lain :
  • Mènèhana teken marang wong kang wuta, Mènèhana mangan marang wong kang luwé, Mènèhana busana marang wong kang wuda, Mènèhana ngiyup marang wong kang kodanan. Artinya berikanlah ilmu supaya orang lain menjadi pintar, sejahterakanlah kehidupan semua masyarakat miskin, ajarilah seseorang yang tidak punya ihwal asusila, dan berikanlah proteksi kepada orang yang sedang menderita.
  • Mulya guna Panca Waktu. Artinya kebahagiaan lahir dan batin hanya sanggup didapatkan dengan melakukan sholat lima waktu.
  • Heneng – Hening – Henung. Artinya dikala kita membisu kita akan mendapat keheningan, dan dalam keheningan kita sanggup mencapai impian yang luhur.
  • Mèpèr Hardaning Pancadriya. Artinya kita harus menekan gejolak-gejolak nafsu yang buruk
  • Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah. Artinya dalam perjalanan menuju sebuah impian kita harus mengabaikan segala bentuk rintangan yang dihadapi.
  • Jroning suka kudu éling lan waspada. Artinya dikala kita berada dalam keadaan senang kita harus tetap waspada.
  • Memangun resep tyasing Sasoma. Artinya kita selalu memperlihatkan kebahagiaan kepada orang lain.

5. Sunan Kudus

ilustrasi sunan kudus via walisembilan.com

Yang kelima ialah Ja’far Shadiq atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus. Sunan Kudus bukanlah penduduk orisinil Kudus, tetapi dia berasal dari Al-Quds, Yerussalem, Palestina. Sunan Kudus ialah putra dari Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji dengan Syarifah Ruhil.

Sunan Kudus banyak berguru kepada Sunan Kalijaga. Dan metode dakwah yang dia terapakan hampir sama menyerupai metode gurunya. Dengan memperlihatkan toleran kepada budaya masyarakat setempat, juga dengan menggunakan penyampaian yang halus. Agar dakwah dia tidak ditolak oleh masyarakat sekitar.

Suatu waktu dia ingin masyarakat sekitar mendatangi masjid untuk mendengarkan nasihat dari beliau. Beliau tambatkan kebo gumarang (sapinya) sempurna di depan masjid. Untuk menarik para masyarakat, alasannya dikala itu lebih banyak didominasi masyarakat sekitar masih memeluk Agama Hindu.

Dan tidak banyak masyarakat yang tiba ke masjid alasannya hal yang dilakukan oleh Sunan Kudus tersebut. Masyarakat menjadi lebih simpati sesudah mendengarkan nasihat yang disampaikan oleh Sunan Kudus. Yang pada dikala itu dia memberikan ihwal sapi betina.

Atau dalam Al-Quran lebih dikenal dengan Surat Al-Baqarah. Metode lain yang dipakai Sunan Kudus untuk menarik perhatian masyarakat sekitar ialah memberikan cerita tauhid dengan bahasa yang menarik. Dengan harapan masyarakat yang lebih banyak didominasi beragama Hindu sanggup masuk Agama Islam.

6. Sunan Giri

ilustrasi sunan giri via ganaislamika.com

Yang selanjutnya ialah Muhammad Ishaq atau lebih sering disebut masyarakat jawa dengan julukan Sunan Giri. Setelah berguru selama tiga tahun kepada ayahnya, yang berjulukan Raden Paku. Beliau mendirikan sebuah pesantren di sebuah bukit di Desa Sidomukti, Kebonmas.

Sejak situlah Muhammad Ishaq dikenal masyarakat dengan sebutan Sunan Giri. Pesantren Giri dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa. Bahkan pengaruhnya hingga ke luar Jawa menyerupai Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.

Pesantren Giri terus berkembang hingga menjadi sebuah kerajaan kecil yang disebut dengan Giri Kedaton. Yang kerajaan tersebut menguasai kawasan Gresik dan sekitarnya. Kerajaan ini bertanah hingga beberapa keturunan hingga jadinya ditumbangkan oleh Sultan Agung.

Terdapat beberapa karya seni tradisional jawa yang dianggap masih mempunyai kaitan dengan Sunan Giri. Berupa permainan bawah umur menyerupai jelungan dan cublak suweng. Dan juga beberapa gending (lagu dalam bahasa jawa) menyerupai pucung dan asmaradana.

7. Sunan Kalijaga

ilustrasi sunan kalijaga via padasuka.id

Yang ketujuh ialah Raden Said atau lebih populer dengan sebutan Sunan Kalijaga. Beliau merupakan salah satu sunan yang diberikan umur yang panjang oleh Allah. Sunan Kalijaga lahir pada tahun 1450 di Tuban dan wafat pada 1550 di Desa Kadilangu, erat Kota Demak.

Dalam berdakwah metode yang dipakai sama menyerupai metode yang dipakai oleh gurunya, Sunan Bonang. Beliau cenderung pada pemahaman agama yang berbasis salaf, bukan sufi panteistik. Beliau memilih kesenian dan kebudayaan sebagai jalan dakwah beliau.

Beliau sangat toleran terhadap kebudayaan dan kebiasaan masyarakat pada dikala itu. Beliau berkeyakinan masyarakat akan menjauh apabila kebudayaannya diserang. Maka dia mendekati dan merubah kebiasan masyarakat secara bertahap, supaya Islam ini sanggup diterima dengan baik.

Beliau menggunakan Seni Ukir, Wayang, Gamelan dan Seni Suara untuk berbagi Agama Islam. Beberapa lagu yang diciptakan dia yang populer hingga dikala ini ialah Lir-ilir dan Gundul pacul. Metode yang diterapkan oleh Sunan Kalijaga terkesan efektif alasannya sanggup mengambil hati kebanyakan masyarakat.

8. Sunan Muria

ilustrasi sunan muria via pojokmuria.co

Sunan Muria atau Raden Umar Said ialah putra dari Sunan Kalijaga. Beliau ialah putra dari Sunan Kalijaga dari Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Kaprikornus Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.

Dalam dakwah berbagi anutan agama Islam, Sunan Muria mengunakan metode yang dipakai oleh Sunan Kalijaga. Beliau memberikan anutan islam melalui pendekatan kebudayaan dan kesenian tradisional Jawa.

Beliau lebih menentukan kawasan pesisir pantai dan sekaligus tempat yang terpencil. Sehingga dia menentukan kawasan Gunung Muria yang berada di Provinsi Jawa Tengah sebagai tujuanya dan sentra dakwahnya.

Wilayah tempat dia berdakwah menyebar hingga ke Pati, Kudus, Juana, Tayu dan Jepara. Kebanyakan tempat-tempat yang dia datangi ini merupakan kawasan terpencil atau pesisi pantai dan pegunungan.

Untuk mengambil hati masyarakat supaya mau mencar ilmu agama Islam, Raden Umar Said menggunakan media tembang Jawa. Tembang yang sering dia gunakan untuk berdakwah dan populer hingga kini ini ialah tembang Sinom dan tembang Kinanti.

9. Sunan Gunung Jati

ilustrasi sunan gunung jati via informazone.com

Yang terakhir ialah Syarif Hidayatullah atau yang biasa disebut dengan Sunan Gunung Jati. Beliau ialah putra Syarif Abdullah Umdatuddin. Beliau juga masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja.

Sunan Gunung Jati mengakibatkan kota Cirebon sebagai sentra dakwah dan pemerintahannya. Anaknya berjulukan Maulana Hasanuddin, dia juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan berbagi Islam di kawasan Banten. Dan itulah awal berdirinya kesultanan di kawasan Banten.

Mengungkap Fakta 2 Makam Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum Ibrahim)

Demikian artikel mengenai nama Wali Songo. Semoga artikel ini sanggup bermanfaat dan membantu Anda dalam mempelajari sejarah Wali Songo dalam berbagi luaskan anutan agama Islam di Indonesia.