Dosa Aku Cuma Berurusan Sama Riba , Tapi Kok Allah Ngujinya Begini Banget Ya?
Gambar ilustrasi dilansir dari jawapos.com
Kisah nyata! Buat pembelajaran kita bersama...
Udah pernah ngerasain riba, memang ngeRIBAnget efeknya. Seperti yang dialami perempuan ini, bahkan sempat ingin bunuh diri jawaban riba.
"Dosa aku kan cuma berurusan sama riba mbak, tapi kok Allah nguji nya begini banget ya ?" ucapnya...
SAYA MAU BUNUH DIRI
"Dosa aku kan cuma berurusan sama riba mbak, tapi kok Allah nguji nya begini banget ya ? Bukan nguji malah, kayanya ini hukuman. Tapi dulu aku ngutang itu ga buat aku sendiri mbak, aku bantu orang tua, banyak sedekah ke saudara. Saya ga berpengaruh kalo gini terus mbak. Saya mau bunuh diri aja rasanya."
Kaget. Ini Isi wasap salah satu sobat saya. Jleb. Beliau dililit hutang ratusan juta rupiah. Jatuh tempo cicilannya macem-macem, ada yang mingguan, bulanan, ada yang cicilan 6 juta/bulan di bayarin sama orang bau tanah nya yang ga kalah miskin sama beliau. Gimana nyicil nya ? Ya gali lubang tutup lubang juga.
Saya menghela nafas. Lagi-lagi korban kejahatan riba.
"Dosa nya CUMA riba. Sayang nya dosa nya riba bun. Yang dosa paling ringannya sama ibarat menzinahi ibu sendiri. Sayang nya dosanya riba bun..yang seandainya kita pinjem uang RIBA 1 Milyar kemudian kita sedekah kan semua nya, tetep ga terhitung sedekah. Berapa banyak orang yang mengambil janji riba, kredit rumah, Mobil bahkan berangkatin haji orang tua, niat nya mulia. Mau membahagiakan orang tua. Tapi Islam punya cara. Dan Cara yang ndak baik, ndak akan mendatangkan kebaikan sama sekali. Jangan merasa habis bunuh diri, mati, selesai semua perkara. Kita punya Tuhan yang Maha Menghitung. Dia akan hitung setiap dosa. Dan insan yang bunuh diri akan disiksa hingga waktu yang ndak ditentukan dengan Cara nya bunuh diri di dasar Neraka. Istighfar bun..perbaiki diri ketika ini. Jangan-jangan kita belum bebenah diri tapi sibuk menuntut Allah. Bagaimana Allah mau respect sama kita.." Balas saya.
"Terus kini gimana mbak ? Rumah ga kebayar, Mobil ga nutup. Saya tinggal nunggu aja buat luntang lantung nyari tempat tinggal yang bisa aku bayar dengan sisa uang yang aku punya."
"Betul bun, lepas. Lepasin semua nya. Ikhlasin ke Allah. Berapapun cicilan yang udah masuk, sesakit apapun rasa nya hati ini, ga sebanding dengan adzab yang mungkin akan kita terima kalo Allah hitung di darul abadi nanti. Sakitnya kita ga sebanding dengan mahalnya dukungan Allah. Setelah ini, sesudah terlepas dari semua riba ini, Allah akan menolong kita in sya Allah."
"Bismillah..do'ain aku mbak semoga aku kuat. Mau pasang tubuh buat utang juga gimana ? Saya perempuan, kalo masuk penjara kasian anak saya."
"In sya Allah bun.." (Dan Mari do'akan bunda yang sedang kesulitan ini semoga Allah tolong dia lepas dari persoalan nya, ujian nya..atau hukumannya)
Ahh si Sarah mah ngomong doang ! Sembarangan nyuruh orang ngeIkhlasin cicilan nya gitu aja. Ngerasain juga belom gimana paitnya kalo udah keluar uang banyak terus disuruh lepasin semua riba ?!!.
SAYA PERNAH. Saya ngomong banyak perihal ancaman riba ini karna aku menjalaninya PERSIS.
Usia aku 12 tahun ketika itu, sekitar tahun 2003.
Pabrik Nata de Coco ayah aku disita Oleh bank. Awalnya pabrik itu berjalan baik. Sayangnya karna keserakahan kita sebagai manusia, ayah aku merasa perlu perluasan usaha. Memperluas perjuangan nya.
Berniat join dengan kawannya yang ayah aku berhusnudzon mereka yaitu Muslim yang baik. Dengan banyak sekali janji, disepakatilah ayah aku mengajukan Dana pinjaman ke bank 300 juta dengan agunan akta rumah saya.
Saat itu rumah aku 800 meter di kawasan cempaka wangi, Jakarta pusat. Sudah ditawar orang 1,3 Milyar. Tapi ayah memang ndak pernah berniat menjual rumah nya, jadi ndak pernah diterima tawaran-tawaran itu.
Belakangan uang yang diterima ayah hanya 100 juta, untuk membangun pabrik, dan teman-temannya mengurus hal lain.
Belum sempat pabrik berjalan Dan menghasilkan keuntungan, cicilan pertama hutang sudah jatuh tempo. Awalnya bisa ditutupi, makin usang makin besar Dan sobat ayah ndak ada kabar.
Singkatnya, dalam waktu beberapa bulan saja, Ayah aku harus kehilangan semua yang dia miliki. Kami ndak punya rumah sama sekali. Rumah 1 Milyar itu hanya ditukar hutang 100 juta.
Saya..saya harus banyak-banyak bersyukur karna ayah kuat.
Saya harus melihat ayah yang termangu setiap hari tapi bersyukur dia tidak Gila karna nya.
Akhirnya kami tinggal di pabrik yang ayah berdiri di tanah sewaan milik pemerintah.
Kami tinggal di sana 10 tahun, 3 tahun kemudian tanah di kawasan Terminal damri kemayoran itu di gusur. Kalo ada yang tau kawasan kemayoran sana, tempat maraknya prostitusi, Judi Dan lain-lain. Iya, kami pernah tinggal di sana.
Kami bukan lagi meributkan "sayang cicilan setahun sama DP rumah udah masuk." Bukan. Kami mencicipi pribadi Asset MILIK kami sendiri di ambil paksa oleh bank. Yang kami miliki tanpa berhutang.
Anak usia 12 tahun itu, dulu menangis dan berjanji untuk ndak akan pernah mau berurusan dengan riba. Memilih hidup semampunya hingga Allah berkehendak kemana taqdirnya.
Alhamdulillah..anak itu kini sudah berkeluarga. Belum punya rumah karna memang belum bisa beli.
Dia hanya meyakini, bahwa selama hidupnya, dia BUTUH DITOLONG oleh Allah. Dan dia ndak yakin Allah mau menolongnya ketika makanan nya haram, tempat tinggalnya haram, baju yang dipakainya haram.
Saya berdo'a semoga Allah mudahkan teman-teman untuk TERLEPAS ataupun BERLEPAS diri dari riba.
Yang gres mau kredit, gres DP, gres ngurus dokumen. Jangan. Di luar sana banyak orang yang berusaha keras lepas dari jeratan riba, jangan malah mau masuk ke perangkapnya.
Mengantarkan diri Dan keluarga sengaja ke dalamnya.
Jangan berdalih "in sya Allah ada Rizkinya buat nyicil." Tau darimana kita rizki kita akan dilancarkan ?
Kalo belum tau Dan memang ndak ada yang pasti, maka hidup saja sesuai kemampuan. Setidaknya kalo mati besok ndak menyusahkan keluarga dengan cicilan hutang di dunia dan menyiksa diri sendiri dengan tagihan hutang di akhirat.
Dari yang pernah makan riba, Sarah.
Sumber: