Kisah Maling Sakti Di Jawa Timur, Kepala Dan Jasad Tubuhnya Dimakamkan Terpisah


Image from liputan6.com

Tak sanggup dipungkiri lagi bahwa orang terdahulu memang populer dengan kesaktiannya. 

Salah satunya Mbah Boncolono, tokoh legendaris di Kediri yang mempunyai kesaktian tinggi.

Berikut kisah lengkapnya...

Mbah Boncolono menjadi salah satu tokoh legenda di Kediri, Jawa Timur. Ia mempunyai kesaktian, dan ilmunya tersebut dipergunakan untuk menolong kaum lemah pada masa penjajahan Belanda dulu.

Mbah Boncolono selalu mendermakan hartanya yang didapat dari kolonial Belanda untuk diberikan kepada rakyat miskin. Karena sepak terjangnya itulah masyarakat menyebutnya dengan nama panggilan Maling Gentiri.

"Bagi warga lokal Kediri ia ialah pahlawan, ini kan dongeng turun temurun masyarakat yang diyakini kebenarannya pada masa penjajahan Belanda dulu," tutur Nur Muhyar Kepala Disbudparpora Kota Kediri, Minggu (14/10/2018).

Tidak terang pada periode tahun berapa Mbah Boncolono tewas di tangan Belanda. Dalam dongeng rakyat, Mbah Boncolono tewas terbunuh dengan kepala terpenggal. Selanjutnya badan dan kepalanya pun dikuburkan secara terpisah.

Bagian kepala dimakamkan di lingkungan Ringin Sirah, lokasinya yang kini terletak di sentra kota, di belakang gedung sentra perbelanjaan. Persisnya di perempatan jalan, antara jalan Hayam Wuruk - Jalan Joyo Boyo Kota Kediri.

Pengambilan nama Ringin Sirah alasannya ialah lokasinya terdapat pohon ringin berdiri kokoh begitu besar, serta istilah sirah dalam bahasa Jawa artinya kepala. Konon diyakini dongeng dari turun temurun kepala Mbah Boncolono dikubur di sana.

Sementara untuk jasad tubuhnya disemayamkan di dataran tinggi, tepatnya di atas bukit (Gunung Mas Kumambang). Lokasinya masuk ke dalam daerah wisata Selomangkleng.

Konon kisahnya untuk mengalahkan kesaktian Maling Gentiri, tubuhnya harus dipisahkan. Sebab kalau tidak Maling Gentiri itu dipercaya akan hidup kembali. Meski begitu Mbah Boncolono dianggap gugur sebagai kesatria dalam membela rakyat kecil. Khususnya di Kediri.

:

Cagar Budaya



Makam Mbah Boncolo masuk dalam kategori situs cagar budaya. Makamnya yang berada di daerah lokasi wisata Selomangkleng, hanya sanggup dijangkau dengan jalan kaki menuju ke atas, hingga beberapa kilometer.

Tempat pemakamanya dinamakan Astana Boncolono. Di Astana Boncolono ada tiga makam yang disemayamkan di sana selain Mbah Boncolo. Dua di antaranya ialah jasad Tumenggung Mojoroto dan Poncolono. "Mereka ini bertiga saudara seperguruan," kata Nur Muhyar dilansir tribunnews.com

Nur Muhyar menambahkan, kalau keturunan dari Mbah Boncolono hingga kini masih ada dan tinggal menetap di Jakarta. "Keturunanya masih ada, namanya Japto S Soerjosoemarno SH tinggal di Jakarta," ucapnya.

Pada tangal 10 September 2004 pihak keluarga besar Boncolo dan seluruh keturunannya telah berhubungan dengan pemkot Kediri, merenovasi Astana Boncolono dan Tumenggung Mojoroto dikawasan wisata Selomangkleng Kota Kediri.

Pihak keluarga besar Boncolono menyerahkan seluruh bangunan dan kemudahan pendukungnya untuk diresmikan dan dikelola pemkot Kediri dalam rangka melestarikan budaya nasional dan menambah aset pariwisata Kediri.

Untuk sanggup memudahkan pengunjung yang ziarah ke Astana Boncolono, jalan yang dilalui dibentuk ibarat layaknya tangga berundak. Jika dihitung jalan tangga berundak tersebut berjumlah kurang lebih 473 tangga.

"Banyak yang tiba ke sini terutama pada hari Kamis malam Jumat, baik laki - laki maupun perempuan. Ya sekedar untuk berdoa di sana, kadang sore maupun malam hari," ujar Mbah Darno (56), salah satu pemilik warung kopi yang lokasinya berada sempurna di bawah Astana Boncolono di daerah Wisata Selomangkleng.