Makna Kepercayaan Kepada Allah Yang Wajib Diketahui Semua Muslim

iman kepada allah via youtube.com

Kita kali ini bicara wacana “Iman”, Agama Islam mempunyai 6 Rukun Iman yang Wajib kita ketahui dan diamalkan. Apakah itu Iman Kepada Allah? Berikut ini pembahasannya
Iman kepada Allah swt adalah rukun iman yang pertama. Rukun pertama ini sangat penting dan mempunyai kedudukan tertinggi dalam Islam. Sehingga wajib bagi kita untuk mengilmuinya dengan benar biar membuahkan kepercayaan yang benar pula wacana Allah Ta’ala.
  
Iman kepada Allah Ta'ala maksudnya meyakini dengan niscaya wacana eksistensi Allah, rububiyah, uluhiyah, nama-nama dan sifat-Nya.
  
Allah adalah nama Dzat Maha Agung, pemilik tunggal semua sifat kesempurnaan dan sama sekali bebas dari segala kekurangan. Dalam bahasa Arab kata “Allah” itu tidak pernah digunakan untuk benda atau Dzat lain apa pun. Tiada bahasa lain mempunyai nama tertentu atau khusus untuk Dzat Yang Maha Agung itu. 
   

Memahami Makna Iman Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan Benar

ilustrasi beriman kepada allah via infokhazanah.blogspot.com

Bagian ini merupakan penggalan yang paling penting dan paling besar porsinya bagi umat muslim. Karena kehidupan setiap umat Islam di muka bumi ini berporos padanya. Ia merupakan pondasi utama dalam sistem yang mengatur kehidupan kaum muslimin.

Iman Kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Maksudnya adalah seorang muslim membenarkan eksistensi Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwa Dia yaitu pencipta langit dan bumi, Maha Mengetahui kasus yang nampak dan gaib, Rabb atas segala sesuatu, tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi dan Maha Besar, disifati dengan kesempurnaan dan disucikan dari sifat kekurangan. Keimanan ini alasannya yaitu hidayah Allah Subhanahu wa Ta’ala menurut dalil naqli (Al Alquran dan As-Sunnah) dan aqli (logika).

Penjelasan Dalil-dalil Naqli

1. Pemberitahuan Allah Subhanahu wa Ta’ala wacana eksistensi diri-Nya, rububiyah-Nya (pemeliharaan Allah) terhadap seluruh makhluknya dan Asma wa Sifat-Nya (nama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٖ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ يُغۡشِي ٱلَّيۡلَ ٱلنَّهَارَ يَطۡلُبُهُۥ حَثِيثٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٰتِۢ بِأَمۡرِهِۦٓۗ أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٥٤

“Sesungguhnya Tuhan kau ialah Allah yang telah membuat langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, membuat dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-A’raf: 54)

Firman Allah lainnya, saat menyeru Nabi Musa Alaihissalam dari arah pinggir lembah yang sebelah kanannya terletak kawasan yang diberkahi dari sebatang pohon kayu:

فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِيَ مِن شَٰطِيِٕ ٱلۡوَادِ ٱلۡأَيۡمَنِ فِي ٱلۡبُقۡعَةِ ٱلۡمُبَٰرَكَةِ مِنَ ٱلشَّجَرَةِ أَن يَٰمُوسَىٰٓ إِنِّيٓ أَنَا ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٣٠

“Maka tatkala Musa hingga ke (tempat) api itu, diserulah ia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada kawasan yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, gotong royong saya yaitu Allah, Tuhan semesta alam.” (Al-Qashash: 30)

إِنَّنِيٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدۡنِي وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكۡرِيٓ ١٤

“Sesungguhnya Aku ini yaitu Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (Thaha: 14)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikutnya, yang berkaitan dengan pengagungan diri-Nya serta penyebutan nama-nama dan sifat-sifat-Nya:

هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۖ عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِۖ هُوَ ٱلرَّحۡمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ ٢٢ هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِي لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلۡمُؤۡمِنُ ٱلۡمُهَيۡمِنُ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡجَبَّارُ ٱلۡمُتَكَبِّرُۚ سُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشۡرِكُونَ ٢٣ هُوَ ٱللَّهُ ٱلۡخَٰلِقُ ٱلۡبَارِئُ ٱلۡمُصَوِّرُۖ لَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ وَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ٢٤

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Hasyr: 22-24)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala lainnya berkenaan dengan kebanggaan terhadap diri-Nya:

ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣  مَٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ ٤

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan.” (Al Fatihah: 2-4)

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam mengajak bicara kita sebagai kaum muslim:

إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُونِ ٩٢

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini yaitu agama kau semua; agama yang satu dan Aku yaitu Tuhanmu, maka sembahlah Aku.” (Al Anbiya: 92)

وَإِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَأَنَا۠ رَبُّكُمۡ فَٱتَّقُونِ ٥٢

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, yaitu agama kau semua, agama yang satu, dan Aku yaitu Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (Al Mukminun: 52)

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam menegaskan abolisi setiap ratifikasi adanya Rabb selain Dia, baik di langit maupun di bumi:

لَوۡ كَانَ فِيهِمَآ ءَالِهَةٌ إِلَّا ٱللَّهُ لَفَسَدَتَاۚ فَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ رَبِّ ٱلۡعَرۡشِ عَمَّا يَصِفُونَ ٢٢

“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai ´Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (Al Anbiya: 22)

2. Pemberitahuan dari 124.000 nabi dan rasul wacana eksistensi Allah Subhanahu wa Ta’ala, pemeliharaan, penciptaan, dan pengelolaan terhadap seluruh alam semesta, serta nama-nama dan sifat-sifatNya.

Tidak seorang pun dari para nabi dan rasul kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengajaknya bicara atau mengirim utusan kepadanya, atau memberikan ke dalam hati dan akalnya sesuatu yang merupakan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan wahyu-Nya kepadanya.

Pemberitahuan dari sejumlah besar orang-orang pilihan ini, mengakibatkan kebijaksanaan insan tidak mungkin untuk mendustakan kebenaran tersebut. Sebagaimana kabar tersebut memustahilkan bersepakatnya sejumlah besar insan ini untuk berdusta.

Mustahil juga bagi mereka untuk memberitahukan apa-apa yang tidak mereka ketahui, tidak sanggup diwujudkan, dan mereka tidak meyakini kebenarannya. Karena para nabi tersebut termasuk sebaik-baik manusia, paling higienis jiwanya, paling sehat akalnya dan paling benar ucapannya.

3. Keimanan dan keyakinan milyaran orang terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala serta ibadah dan ketaatan mereka kepada-Nya.

Seperti kita ketahui bersama insan mempunyai kebiasaan untuk membenarkan satu atau dua orang apalagi kelompok, umat dan insan yang tidak terhitung jumlahnya yang dikuatkan dengan kesaksian kebijaksanaan dan fitrah insan atas kebenaran yang mereka imani, apa yang mereka kabarkan, apa yang mereka ibadahi, dan kepada siapa mereka mendekatkan diri.

4. Kabar dari jutaan ulama wacana adanya Allah, nama dan sifat-sifat-Nya, rububiyyah-Nya, dan kekuasaan-Nya. Oleh alasannya yaitu itu, mereka beribadah dan mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala menyayangi dan membenci sesuatu alasannya yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dalil-dalil Aqli

ilustrasi kepercayaan kepada allah via aswajamuda.com

1. Adanya keberagaman alam dan keberagaman ciptaan-ciptaan Allah yang cukup banyak, menjadi saksi adanya Pencipta, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala alasannya yaitu tidak ada dzat yang berani mengaku telah membuat dan mengadakan dunia ini selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebagaimana kebijaksanaan insan yang memustahilkan adanya sesuatu tanpa ada yang menciptakannya. Bahkan ia juga memustahilkan akadnya sesuatu yang paling remeh tanpa adanya yang mengadakan.

Karena hal itu menyerupai sebuah masakan tanpa adanya orang yang memasaknya, atau adanya ranjang tanpa ada yang merancangnya. Apalagi dengan dunia ini yang begitu besar yang terdiri dari langit berserta isinya berupa matahari, bulan dan bintang-bintang, semuanya berbeda-beda bentuk, ukuran, jarak dan perjalanannya. Juga bumi dan makhluk yang diciptakan di dalamnya dari kalangan manusia, jin, binatang dengan bermacam-macam jenis dan individunya serta ragam warna kulit hingga bahasa, juga perbedaan dalam pengetahuan, pemahaman, ciri khas dan tanda serta apa yang terkandung di dalamnya berupa barang-barang tambang yang berbeda warna dan manfaatnya, dan sungai-sungai yang mengalir di atasnya, juga lautan yang meliputi daratannya, dan tumbuh-tumbuhan serta tumbuhan yang menghasilkan buah-buah yang berbeda-beda, juga berbeda dari segi jenis, rasa, bau, ciri-ciri, dan manfaatnya.

2. Keberadaan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di tengah-tengah kita yang sanggup kita baca, kita renungi dan kita pahami maknanya.

Itu semua merupakan dalil adanya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena tidak mungkin adanya perkataan tanpa adanya yang mengatakannya, juga ucapan tanpa ada yang menciptakannya.

Karenanya, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keberadaan-Nya. Terlebih bahwa firman-Nya meliputi syariat paling lengkap yang telah diketahui oleh insan serta undang-undang paling bijaksana yang sanggup merealisasikan kebaikan yang banyak bagi manusia. Begitu juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala meliputi teori-teori ilmiah yang paling benar, perkara-perkara ghaib dan kejadian-kejadian bersejarah. Firman tersebut benar dalam semua hal itu. Pembuktian dan manfaat dari hukum-hukum syariatnya tidak akan berkurang sepanjang masa, meskipun zaman dan tempatnya berbeda. Demikian juga teori yang paling gampang sekalipun tidak akan pudar. Bahkan, satu keghaiban yang telah diungkap di dalamnya tidak akan pernah meleset. Tidak ada satupun mahir sejarah yang berani menghapus satu kisah dari kisah-kisah Al Qur’an yang bermacam-macam, kemudian mendustakannya, atau menghilangkan salah satu fenomena sejarah yang diceritakannya.

3. Adanya sistem yang rapi dan detail atas sunnah kauniyyah (aturan-aturan Allah yang berlaku di alam) dalam penciptaan, pembentukan, pembunuhan, dan pengembangan atas semua yang ada dan hidup di dunia ini.

Semuanya tunduk pada aturan-aturan dan terikat dengannya serta tidak ada yang sanggup keluar darinya dalam kondisi apapun. Misalnya pada penciptaan manusia, saat segumpal darah digantungkan di dalam rahim, kemudian melewati fase-fase menakjubkan yang tidak ada campur tangan dari seorang pun kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, kemudian sehabis itu keluar menjadi insan yang sempurna. Hal ini dalam hal penciptaan dan pembentukannya. Begitu juga dari segi penumbuhan dan pengembangannya, dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa, kemudian menuju masa tua.

Sunnatullah umum yang berlaku pada aturan-aturan pada insan dan binatang ini juga berlaku pada pohon dan tumbuh-tumbuhan. Hal ini juga berlaku pada benda-benda angkasa dan langit. Semuanya tunduk pada aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada yang sanggup menentangnya dan keluar dari aturan-aturan yang telah ditentukan. Dan seandainya ada yang keluar dari aturan itu atau ada bintang yang keluar dari peredarannya, maka alam semesta ini akan hancur dan selesailah urusan kehidupan ini.

Berdasarkan dalil aqli dan naqli di atas, seorang muslim beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, beriman kepada rububiyah-Nya atas segala sesuatu dan uluhiyah-Nya untuk makhluk yang pertama dan terakhir. Dengan dasar keimanan dan keyakinan mirip inilah, kehidupan seorang muslim akan sanggup mengikuti keadaan dengan seluruh urusannya.

Pengertian Iman Kepada Malaikat Lengkap

Demikian ulasan mengenai iman kepada Allah. Semoga ulasan di atas bermanfaat dan sanggup menyadarkan kita bahwa beriman kepada Allah itu penting dan wajib bagi setiap muslim.