Wahai Istri, Jangan Pernah Taati Suamimu, Jikalau Menyuruh Lakukan Ini


Gambar dari ruangmuslimah.com

Layaknya menjadi seorang istri, memenuhi semua cita-cita suami yaitu kewajiban.

Namun, adakalanya perintah suami tak boleh dituruti kalau menyuruh melaksanakan salah satu hal ini.

Bahagia rasanya dikala pernikahan terucap, dikala semarak walimatul ‘urs menggema, dikala tali pernikahan terikat. Saat itu telah halal cinta dua orang insan, saling mengisi dan saling melengkapi setiap harinya.

Saat itu pula masing-masing pasangan akan mempunyai kiprah dan kewajiban gres dalam kehidupan mereka. Sang suami mempunyai hak yang harus ditunaikan istrinya, dan sang istripun mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh suaminya. Alangkah bahagianya kalau masing-masing secara seimbang senantiasa berupaya menunaikan kewajibannya.

Duhai saudariku muslimah...

Kini saya bertanya padamu… bukankah indah rasanya kalau seorang istri mematuhi suaminya, kemudian ia senantiasa menjadi penyejuk mata bagi suaminya, menjaga mulut dari menyebarkan belakang layar suaminya, kemudian menjaga harta dan belum dewasa suami ketika ia pergi?

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada perkara yang lebih manis bagi seorang mukmin sesudah bertakwa kepada Allah daripada istri yang shalihah, bila ia menyuruhnya maka ia menaatinya, bila memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah (agar istrinya melaksanakan sesuatu), maka ia melakukannya dengan baik, dan bila ia pergi maka ia dengan ikhlas menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah)

Sehingga… kehidupan rumah tangga pun akan berjalan penuh dengan kemesraan dan kebahagiaan. Yang satu menjadi kawasan menyebarkan bagi yang lain, saling menasehati dalam ketakwaan, dan saling menetapi dalam kesabaran.

Saudariku muslimah… goresan pena tentang kewajiban istri dalam mematuhi perintah suami telah banyak dibahas. Maka sekarang penulis akan mencoba mengetengahkan hal-hal apa saja yang tidak boleh dipatuhi oleh seorang istri di dikala suaminya memerintah.

Ini Saatnya Mematuhi Perintah Suami

Diantara ciri seorang istri sholihah yaitu mematuhi perintah suaminya. Yang dimaksud mematuhi perintah yaitu mematuhi dalam hal yang mubah dan disyari’atkan.

Jika dalam perkara yang disyari’atkan, tentu hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi hukumnya, sebab perkara yang demikian yaitu hal-hal yang Allah perintahkan kepada para hamba-Nya, menyerupai kewajiban sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, menggunakan jilbab, dan lain-lain.

:

Maka untuk hal ini, seorang hamba tidak boleh meninggalkannya sebab meninggalkan perintah Allah Ta’ala yaitu sebuah dosa. Sedangkan dalam perkara yang mubah, kalau suami memerintahkan kita untuk melakukannya maka kita harus melaksanakannya sebagai bentuk ketaatan kepada suami.

Contohnya suami menyuruh sang istri rajin membersihkan rumah, berusaha mengatur keuangan keluarga dengan baik, selalu bangkit tidur awal waktu, membantu pekerjaan suami, dan hal-hal lain yang diperbolehkan dalam syari’at Islam.

Ada Saatnya Menolak Perintah Suami

Seperti yang dilansir oleh muslima.or.id, Jika dalam hal yang disyari’atkan dan yang mubah kita wajib mematuhi suami, maka lain halnya kalau suami menyuruh kepada istri untuk melakukan kemaksiatan dan menerjang aturan-aturan Allah.

Untuk yang satu ini kita tidak boleh mematuhinya meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Kalau sekiranya saya (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain maka akan saya perintahkan seorang perempuan untuk sujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Wahai Saudariku,..

Kita tidak boleh tunduk pada suami yang memerintah kepada kemaksiatan meskipun hati kita begitu cinta dan sayangnya kepada suami. Jika kewajiban patuh pada suami sangatlah besar, maka apalagi kewajiban mematuhi Allah, tentu lebih besar lagi.

Allahlah yang membuat kita dan suami kita, kemudian mengikat tali cinta diantara sang istri dan suaminya.

Namun perlu diketahui, bukan berarti kita harus marah-marah dan bersikap keras kepada suami kalau ia memerintahkan suatu kemaksiatan kepada kita, tetapi cobalah untuk menasehatinya dan berbicara dengan lemah lembut, siapa tahu suami tidak sadar akan kesalahannya atau sedang perlu dinasehati, karena perkataan yang baik yaitu sedekah.

Berikut ini beberapa pola perintah suami yang tidak boleh kita taati sebab bertentangan dengan perintah Allah:

1. Menyuruh Kepada Kesyirikan

Tidak layak bagi kita untuk menaati suami yang memerintah untuk melaksanakan kesyirikan menyerupai menyuruh istri pergi ke dukun, menyuruh mengalungkan jimat pada anaknya, ngalap berkah di kuburan, bermain zodiak, dan lain-lain.

Ketahuilah saudariku, syirik yaitu dosa yang paling besar. Syirik merupakan kezholiman yang paling besar (lihat QS Luqman: 13).

Bagaimana sanggup seorang hamba menyekutukan Allah sedang Allah-lah yang telah membuat dan memberi banyak sekali nikmat kepadanya? Sungguh merupakan sebuah penghianatan yang sangat besar!

2. Menyuruh Melakukan Kebid’ahan

Nujuh bulan (mitoni – bahasa jawa) yaitu program yang banyak dilakukan oleh masyarakat ketika calon ibu genap tujuh bulan mengandung si bayi. Ini yaitu salah satu dari sekian banyak amalan yang tidak ada misalnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Walaupun begitu banyak masyarakat yang mengiranya sebagai ibadah sehingga merekapun bersemangat mengerjakannya.

Ketahuilah wahai saudariku muslimah, kalau seseorang melaksanakan suatu amalan yang ditujukan untuk ibadah padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyontohkannya, maka amalan ini yaitu amalan yang akan mendatangkan dosa kalau dikerjakan.

Ketika sang suami menyuruh istrinya melaksanakan amalan semacam ini, maka istri harus menolak dengan halus serta menasehati suaminya.

3. Memerintah untuk Melepas Jilbab

Menutup aurat yaitu kewajiban setiap muslimah. Ketika suami memerintahkan istri untuk melepas jilbabnya, maka hal ini tidak boleh dipatuhi dengan alasan apapun.

Misalnya sang suami menyuruh istri untuk melepaskan jilbabnya semoga mendapat pekerjaan dengan honor yang lumayan, hal ini tentu tidak boleh dipatuhi.

Bekerja diperbolehkan bagi muslimah (jika dibutuhkan) dengan syarat lingkungan kerja yang kondusif dari ikhtilat (campur baur dengan laki-laki) dan kemaksiatan, tidak khawatir timbulnya fitnah, serta tidak melalaikan dari kewajibannya sebagai istri yaitu melayani suami dan mendidik anak-anak. 

Dan tetap berada di rumahnya yaitu lebih utama bagi perempuan (Lihat QS Al-Ahzab: 33). Allah telah memerintahkan muslimah berjilbab sebagaimana dalam QS Al-Ahzab: 59.

4. Mendatangi Istri Ketika Haidh atau dari Dubur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “…dan persetubuhan salah seorang kalian (dengan istrinya) yaitu sedekah.” (HR. Muslim)

Begitu luasnya rahmat Allah hingga menyebabkan kekerabatan suami istri sebagai sebuah sedekah. Berhubungan suami istri boleh dilakukan dengan cara dan bentuk apapun.

Walaupun begitu, Islam pun mempunyai rambu-rambu yang harus dipatuhi, yaitu suami tidak boleh mendatangi istrinya dari arah dubur, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“(Boleh) dari arah depan atau arah belakang, asalkan di farji (kemaluan).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka ketika suami mengajak istri bersetubuh lewat dubur, hendaknya sang istri menolak dan menasehatinya dengan cara yang hikmah.

Termasuk hal yang juga tidak diperbolehkan dalam bekerjasama suami istri yaitu bersetubuh ketika istri sedang haid. Maka perintah mengajak kepada hal ini pun harus kita langgar. 

Belajarlah Wahai Muslimah!

Demikianlah saudariku pembahasan singkat yang sanggup penulis sampaikan. Sebagai penutup, mari kita ringkas pembahasan ini: Bahwa wajib bagi seorang istri untuk mematuhi apa yang diperintahkan suaminya dalam perkara yang mubah apalagi yang disyari’atkan Allah, namun tidak boleh patuh kalau suami memerintahkan kemaksiatan dan yang dihentikan oleh Rabb Semesta Alam.

Lalu, perkara apa sajakah yang termasuk dalam larangan Allah?

Untuk itu, setiap hamba wajib mencari tahu perihal syari’at Islam sebab dengannya akan tercapai ketakwaan kepada Allah, yaitu melaksanakan yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang.

Wahai para perempuan muslim! Pelajarilah agama Allah dengan menghadiri majelis-majelis yang mengajarkan ilmu syar’i atau dengan menelaah buku dan goresan pena para ‘ulama.

Tidaklah mungkin seseorang akan mengenal agamanya tanpa berusaha mencari tahu. Dan mustahil pula ilmu akan hingga kepadanya kalau ia hanya bermalas-malasan di rumah atau kos, atau hanya sibuk berjam-jam berdandan di depan cermin, serta bergosip ria sepanjang waktu.

Sungguh yang menyerupai itu bukanlah ciri seorang muslimah yang sejati.

Bersegeralah melaksanakan kebaikan wahai saudariku, sebab Allah niscaya akan membalas setiap kebaikan dengan kebaikan, dan membalas keburukan dengan keburukan walaupun hanya sebesar biji sawi. 

Setiap anak Adam mempunyai kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melaksanakan kesalahan yaitu yang senantiasa berusaha untuk memperbaiki dirinya.

Wallahu a’lam.