Sudah Usang Punah, Peneliti Kembali Temukan Lebah Raksasa Di Maluku


Penemuan lebah raksasa yang sempat punah (foto:detik.com)

Agak serem!!

Tim peneliti mancanegara berhasil menemukan kembali lebah terbesar di dunia  yang sempat punah.

Berbahayakah bila menyengat manusia? Ini klarifikasi peneliti.

Lebah Wallace (Megachile pluto) yang sempat di kabarkan punah semenjak tahun 1981 sekarang kembali ditemukan oleh tim peneliti mancanegara di Kepulauan Maluku.

Peneliti Dr Simon Robson dari Universitas Sydney dan koleganya Glen Chilton dari Saint Mary's University di Kanada bersama seorang fotografer asal AS dan seorang entomolog lah yang menemukan kembali lebah tersebut.

Keempat "detektif serangga" ini bertemu di Jakarta pada Januari lalu. Dari sana kemudian lanjut ke Maluku, mencoba peruntungan mereka.

"Pada dasarnya kami berempat yang sudah usang berminat pada lebah ini bertemu dan saling mengajak untuk mencarinya," terperinci Dr Robson, ibarat dilansir dari ABC Australia.

"Kami berhasil menemukannya dan ini jadi liburan terbaik yang pernah aku alami," ujarnya.

Pencarian selama 5 hari di tengah hutan


Professor Simon Robson dari Australia menunjukkan lebah ukuran besar yang diberi nama Lebah Wallace. (Supplied: Clay Bolt)

Tim tersebut menelusuri tempat hutan tropis di daerah tersebut selama lima hari. Mereka mengusut banyak sarang rayap untuk mencari gejala adanya lebah dimaksud.

Lebah betina tersebut menemukan jalannya ke sarang rayap untuk bertelur, meninggalkan lubang yang cukup besar.

"Kami ketika itu masih di hutan dan sudah agak sore, gres saja mau makan siang dan salah satu dari kami melihat gundukan rayap," ujar Dr Robson.

Salah satu dari tim itu memanjat pohon tempat sarang rayap berada. Setelah menyalakan obor, mereka pun sanggup melihat adanya lebah di dalam sarang rayap tersebut.

Dengan memakai tabung plastik mereka pun menangkap lebah ini untuk didokumentasikan sebelum karenanya dilepas kembali.

Lebah Megachile pluto tak berbahaya


Peneliti menemukan lebah tersebut di sarang rayap yang ada pada sebuah pohon. (Supplied: Simon Robson)

Dijelaskan, lebah ini mengumpulkan nektar untuk anak-anaknya, namun sama sekali tidak menghasilkan madu.

Dan tidak ibarat lebah Eropa, lebah ini pun tak mati sehabis menyengat.

Lebah ini, katanya, sanggup menyengat kita berkali-kali dan hal itu tidak akan membunuh kita.

"Sebenarnya, bila ada lebih banyak lebah, kami justru mau disengat untuk mencicipi ibarat apa. Tapi alasannya hanya menemukan seekor, kami tak ingin mengganggu atau membuatnya kesal," terperinci Dr Robson.

Lebah raksasa Wallace juga mempunyai seperangkat penjepit besar yang disebut mandibula di bab kepalanya. Menurut Dr Robson, penjepit ini yang mungkin sanggup berbahaya.

Karena hanya terlihat beberapa kali, para peneliti ketika ini masih belum tahu banyak perihal lebah tersebut.

Perlunya menjaga kelestaian hutan


ilustrasi (merdeka.com)

Pakar lebah Dr Tim Heard dari University of Sydney menduga, sanggup saja lebah ini merupakan penyerbuk utama untuk spesies pohon tertentu di pulau tersebut.

"Itu sangat mungkin, tapi kami tidak tahu pasti," kata pakar yang tak terlibat dalam inovasi ini.

:
Terlepas dari ceruk ekologisnya, Dr Heard menyampaikan perlunya pertolongan tempat hutan itu dari ancaman deforestasi untuk kebun sawit, yang sangat marak di Indonesia.

"Lebah ini terbesar di dunia, langka, dan ditemukan oleh Wallace, legenda di bidangnya. Dia menemukan evolusi melalui seleksi alam bersama dengan Darwin," katanya.

Dr Robson menjelaskan timnya berharap keberadaan lebah ini di Kepulauan Maluku sanggup menjadi unggulan bagi pelestarian lingkungan dan ekowisata di wilayah tersebut.

"Deforestasi yaitu ancaman utama, kita mungkin sanggup menciptakan lebah ini jadi perhatian publik sebagai sesuatu yang patut untuk dilihat," ia menambahkan.
Related Posts