Astagfirullah, Inilah 5 Jalan Menuju Neraka Yang Amat Banyak Diminati Berdasarkan Al-Quran
Gambar ilustrasi dilansir dari Pixabay.com
Paling banyak dilakukan dan diminati...
Dalam Al Alquran surat Al Mudatstsir, terungkap sudah beberapa amalan yang menciptakan penghuni neraka terjerumus dalam siksaan yang begitu pedih dan menyiksa.
Ampuni kami ya Allah!
Penghuni neraka dan penghuni nirwana kelak di hari tamat zaman akan berdialog dengan cukup seru.
Kedua golongan tersebut terlibat pembicaraan yang harusnya menjadi perhatian umat insan terutama kaum muslimin dikala ini.
Dalam obrolan tersebut mereka yang telah mencicipi keridhaan Allah bertanya kepada mereka yang dilanda kesengsaraan, “Amalan apa yang mengakibatkan lantaran bagimu sampai dimasukkan ke dalam neraka?”
Dialog keduanya termuat dalam Al Alquran surat Al Mudatstsir ayat 42-47.
Dan inilah 5 jalan menuju neraka yang paling banyak dilakukan;
1. Tidak Mendirikan Shalat
Jawaban penghuni neraka atas pertanyaan penghuni nirwana yang pertama yaitu lantaran tidak mendirikan shalat.“Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang mendirikan shalat.” (Al Mudatstsir 43)
Dengan shalat, seorang hamba akan mempunyai bukti bahwa ia beriman kepada Allah.
Shalat pula merupakan amalan pertama yang akan dihisab sebelum amalan lainnya.
Jika shalat itu baik, maka baik pula seluruh amalannya. Namun jikalau shalat itu buruk, jelek pula amalan lainnya. Dengan kata lain, shalat merupakan pembatas antara keimanan dengan kekafiran.
Sayyid Quthb dalam kitab Fi Zhilal Al Alquran menuliskan bahwa,
“Shalat merupakan implementasi kepercayaan yang penting dan dijadikan sebagai simbol serta petunjuk keimanan.”
Sehingga konsekuensinya yaitu siapa yang berani meninggalkan shalat maka ia dihukumi kufur dan terang bagi mereka kawasan kesudahan yang jelek yakni dalam neraka yang mendidih.
Namun meski ada sebagian dari mereka yang mendirikan shalat, tidak semuanya sanggup masuk dalam surgaNya Allah.
Ini lantaran shalat yang mereka dirikan tidaklah berbekas. Dalam pengertian, shalat mereka tidak dibarengi dengan keshalihan secara sosial di dalam sebuah masyarakat, menyerupai dikutip dari kabarmakkah.com.
2. Tidak Memberi Makan Orang Yang Miskin
Ayat selanjutnya mengungkapkan lantaran mereka menjadi penghuni neraka.“Dan Kami tidak memberi makan kepada orang miskin.” (QS Al Mudatstsir 44)
Inilah implementasi dari shalat secara sosial. Sesungguhnya orang yang benar shalatnya akan mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap kasus sosial. Mereka akan menjadi yang terdepan dalam melaksanakan pelayanan umat.
Berbeda dengan orang yang shalatnya tidak benar, mereka lebih banyak mementingkan diri sendiri sehari-harinya.
Makna ayat tersebut menunjuk kepada enggan untuk memberi makan orang miskin, meski Allah mengkaruniakan kepadanya harta yang berlimpah.
Disebutkan oleh Sayyid Quthb bahwa inilah orang yang dalam hatinya berbenih sombong. Ia akan merendahkan siapa saja yang berada di bawahnya. Ia pun akan merasa lebih unggul dan lebih beruntung di atas kemuliaan dunia. Padahal secara hakikat, semuanya hanyalah titipan semata.
3. Bicara Yang Bathil
Penyebab ketiga yang menjerumuskan mereka adalah;“Dan yaitu kami membicarakan yang bathil bersama orang-orang yang membicarakannya.” (QS Al Mudatstsir 45)
Mereka gunakan ekspresi yang Allah karuniakan tersebut dengan jalan mendustakan ayat-ayat Allah.
Mereka mengolok-olok dan melecehkan setiap pemikiran yang tidak sesuai dengan nafsunya.
Mereka menciptakan lisannya penuh dengn kejahatan dimana seharusnya mereka isi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Sayyid Quthb berucap, “Mereka telah meremehkan urusan kepercayaan dan hakikat kepercayaan serta menjadikannya materi olokan dan pelecehan.”
Ketahuilah bekerjsama keimanan dan kepercayaan merupakan masalah utama diatas kasus yang lainnya.
4. Mendustakan Hari Pembalasan
Pengakuan penghuni neraka yang selanjutnya ihwal lantaran masuknya ke neraka adalah,“Dan yaitu kami mendustakan hari pembalasan.” (QS Al Mudatstsir 46)
Sayyid Quthb menyampaikan bahwa poin yang keempat ini yaitu pokok dari tiga poin sebelumnya.
Dengan mendustakan hari pembalasan, menjadi lantaran munculnya kerusakan.
Sayyid Quthb berkata, “Orang yang mendustakan hari pembalasan pasti rusaklah semua timbangan, goncanglah tata niai berdasarkan ukurannya dan sempitlah lapangan kehidupan dalam perasaannya.”
Seseorang yang mengingkari hari pembalasan bekerjsama ia telah melampaui batas. Ia seakan berpikir bahwa dunia yang dikala ini ditempati akan abadi selama-lamanya.
Ia hanya mengisi hidupnya dengan banyak sekali kesenangan dunia yang sementara. Tak pernah terbesit dalam pikirannya bahwa akan ada kehidupan sehabis kematian.
Dengan demikian ia pun tak mempunyai amal baik yang sanggup menjadi bekal di darul abadi yang abadi selamanya dan berakhir dalam neraka yang dijaga oleh para malaikat yang gagah dan tak pernah membangkang.
5. Tidak Bertaubat
Keempat masalah yang sebelumnya semakin lengkap dengan poin yang teakhir.Mereka hidup dalam kelalaian tanpa pernah mengingat untuk taubat sedikit pun sampai kesudahannya ajal menjemput.
Padahal Allah yaitu Rabb yang maha akseptor Taubat. Allah pula maha Pengampun dari dosa yang dilakukan oleh hambaNya yang hina.
“Hingga tiba kepada kami kematian.” (QS Al Mudatstsir 47)
:
- Orang Seperti Ini Kelak Akan Dikalungi Ular Besar dan Berbisa di Hari Kiamat
- Bukan Malah Ikut Nimbrung, Ini Ajaran Rasulullah Ketika Melihat Orang Gibah
- Hati-Hati Makara Kafir Cuma Karena Menghujat Dandanan Orang Lain
Kematianlah yang tetapkan segala keraguan dan menjadi pamungkas dari segala kebimbangan.
Ianya yaitu pemutus segala urusan yang tidak sanggup ditolak lagi. Tak ada lagi taubat, tak ada lagi penyesalan dan tak ada lagi amal shaleh.
Hilang sudah, tiada ada kata pengulangan. Penyesalan hanya berbuah kesedihan. Mustahil untuk sanggup kembali walau hanya sedetik demi sanggup mengamalkan apa yang telah dilalaikannya.
Akhir kata, jikalau kita sudah mengetahui ke-5 lantaran tersebut, biar kita senantiasa meminta ampunan pada Allah SWT.
Berdoalah, biar Allah menhindarkan kita dari masalah yang sanggup menjerumuskan ke dalam panasnya api neraka.
Demikian, wallahu A'lam.