Bukan Malah Ikut Nimbrung, Ini Pedoman Rasulullah Saat Melihat Orang Gibah


Gambar ilustrasi dilansir dari satujam.com

Dalam islam, perbuatan gibah atau membicarakan malu orang lain hukumnya haram dan dosanya sungguh besar, baik orang yang melaksanakan gibah ataupun yang cuma mendengarkannya.

Bahkan perbuatan gibah disebutkan sama dengan memakan bangkai saudaranya sendiri.

Lantas bagaiman kalau melihat, atau malah diajak melaksanakan gibah? Berikut solusi yang diajarkan Rasulullah Saw.

Ghibah (menggunjing) termasuk dosa besar, namun sedikit yang mau menyadari hal ini.

Dosa gibah sendiri sudah banyak disebutkan dalam Al-Quran dan juga hadist. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala berikut ini,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, alasannya ialah sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kau yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kau merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurat: 12)

Namun, masih saja banyak orang yang terlibat dalam persoalan gibah ini. Entah sengaja mendengarkan atau cuma ikutan nimbrung dosanya sama saja.

Parahnya lagi, ada juga orang yang sudah tahu bahwa ghibah merupakan dosa besar, namun mereka malah ikut-ikutan alasannya ialah sungkan dan lain sebagainya.

Sunnah Baginda Nabi Saw Ketika Melihat Orang yang Sedang Ghibah

Diantara sunnah Baginda Nabi Saw ialah membela orang yang sedang dighibahi.

Ketika kita membisu dan ikut nimbrung, maka sama saja menyerupai kita mengiyakan dan membiarkan saudara kita memakan daging saudaranya sendiri, menyerupai dikutip dari aktual.com.

Baginda Nabi SAW telah mendefinisikan apa itu ghibah dalam haditsnya, ia bersabda:

” أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ”

Artinya: “Apakah kalian tahu apa itu ghibah?, Para Sahabat Ra menjawab: ” Allah Swt dan RasulNya yang lebih tahu”. Lalu Baginda berkata: ” ghibah ialah dikala kau menyebutkan wacana saudaramu sesuatu yang ia tidak suka”, kemudian dikatakan: ” bagaimana ya Rasulullah Saw kalo memang sesuatu tersebut memang benar-benar nyata ada pada saudaraku (yang dighibahi) menyerupai yang saya katakana”. Baginda pun berkata: ” apabila apa yang kau katakan memang ada pada saudaramu, maka kau telah mengghibahnya (menggunjingnya), dan apabila tidak, maka kau telah menciptakan kebohongan tentangnya”(HR. Muslim).

:

Telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari Ra, bahwa suatu hari para sobat berkumpul di rumah Itban bin Malik Ra, untuk bertemu dengan baginda Nabi Saw dan shalat dhuha berjamaah bersamanya, kemudian salah satu diantara mereka berkata:

dimanakah Malik bin Ad Dukhsyun”. Sebagian dari mereka berkata, bahwa Malik ialah seorang munafik yang tidak cinta kepada Allah dan Rasulnya”.

Dirinya telah ghibah terhadap sobat Malik dan menuduhnya sebagai orang munafik. Baginda Saw pun pribadi berkata:

” لاَ تَقُلْ أَلاَ تَرَاهُ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يُرِيدُ بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ قُلْنَا فَإِنَّا نَرَى وَجْهَهُ وَنَصِيحَتَهُ إِلَى الْمُنَافِقِينَ فَقَالَ فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ”

Janganlah kau berkata demikian, bukankah kalian tahu bahwa Malik telah bersyahadat yang dengannya ia mengharapkan ridha Allah. Lalu ia berkata: ” Allah dan Rasulnya lebih tahu”, dan ia juga berkata: ” kami melihat dirinya dan nasehatnya kepada orang-orang munafik wahai Rasulallah”. Lalu baginda berkata: ” Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang telah bersyahadat, yang mengharapkan dengannya ridha Allah”(HR. Bukhari).

Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya melalui para sahabatnya, wacana perilaku yang harus dilakukan dikala menyaksikkan saudaranya sedang dighibahi menyerupai dalam hadist.

Maka kalau kita melihat atau mendengar gibah,  kita berkewajiban untuk membela orang yang digibahi tersebut, semoga orang yang menggunjing tidak berlarut-larut dalam kemaksiatan ini.

Hal ini sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah, meskipun dalam hadits Malik melaksanakan perbuatan yang mencurigakan, akan tetapi tidak menjadi alasan bagi sobat lain untuk bersu’udzan kepadanya. Wallahu A'lam.

Demikian, semoga bermanfaat.
Related Posts