Data Pmi: 2 Dari 10.000 Orang Yang Melaksanakan Transfusi Darah Terinfeksi Hiv


Transfusi darah (foto: alodokter.com)

Miris...

Tak hanya alat salon kecantikan saja yang dapat menularkan HIV.

Data PMI menguak fakta yang mencengangkan, 2 dari 10.000 orang yang melaksanakan transfusi darah terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Ini klarifikasi PMI!

Belum usang ini kita dihebohkan dengan viralnya dongeng seorang netizen terserang HIV usai menjalani perawatan wajah di sebuah salon kecantikan.

Namun kali ini fakta yang lebih mencengangkan diungkap oleh PMI.

Data PMI pada tahun 2016 menyebut 2 dari 10.000 orang yang melaksanakan transfusi darah terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Selain itu, ada 12 di antara 1.000 orang yang terserang Hepatitis B dan 4 dari 1.000 yang terkena Hepatitis C tanggapan transfusi darah.

Yang jadi pertanyaan kok dapat pasien donor darah malah tertular HIV?

Padahal sebelum disalurkan kepada pasien, PMI terlebih dahulu melaksanakan uji screening terhadap darah yang diambil dari donor.

Kepala UTD PMI Provinsi DKI Jakarta, dr. Salimar Salim mengungkapkan, dapat terjadi kesalahan ketika melaksanakan proses uji darah.

Oleh alasannya yakni itu, untuk lebih mengantisipasi hal tersebut serta meningkatkan keamanan darah, PMI menerapkan uji kombinasi saring NAT dan uji saring serologi untuk mengurangi risiko bisul menular lewat transfusi darah.

"Alat ini (Nucleic Acid Test atau NAT) kita gunakan dalam rangka mengurangi human error. Karena selama ini, human error-lah yang paling banyak menjadikan penularan penyakit ini," tuturnya ketika ditemui pada program Seminar Kesehatan PMI di Kantor Walikota Jakarta Timur, Kamis (27/9/2018).

:



Selain ketersediaan alat yang canggih, dr. Salimar juga menyampaikan bahwa hal ini juga harus dibarengi dengan sumber daya yang mumpuni.

Oleh alasannya yakni itu SDM juga harus berkualitas dan sebelum memakai NAT (Nucleid Acid Test) dilakukan pembinaan selama seminggu.

"Adanya sertifikasi ISO dan BPOM menciptakan PMI juga lebih berhati-hati dalam mendistribusikan darah. Dengan memakai NAT, tingkat kontrol juga menjadi lebih ketat sehingga jikalau terjadi kesalahan akan cepat terdeteksi," tambahnya, menyerupai dilansir dari health.detik.com.

"Dengan adanya uji NAT, rumah sakit tidak perlu lagi melaksanakan uji ulang terhadap darah yang diterima dari Unit Transfusi Darah PMI," tutupnya.

Sungguh miris...

Kalau gara-gara transfusi darah malah kena HIV, apa tidak lebih mengerikan?