Fakta-Fakta Unik Bubuk Nawas, Sang Penyair Ilahilas Tulil Firdausi Ahla


abu nawas via brilio.net

Tahukah Anda sosok Abu Nawas? Benarkah Abu Nawas pernah menipu malaikat? Bagaimana do a Abu Nawas? Agar wawasan Anda perihal Islam bertambah, yuk simak kisah Abu Nawas disini.

Sudah tidak absurd bagi kaum muslim mendengar sosok Abu Nawas. Abu Nawas tampil sebagai tokoh yang unik dalam khanzanah sastra Arab Islam.

Apa arti Abu Nawas? Nama Abu Nawas aslinya Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Abu Nawas (Abu Nuwas) ialah seorang yang suka meminum minuman keras, bermain dengan wanita, mendengarkan musik, berjoget, dan berdansa, serta perbuatan lainnya.

Apakah Abu Nawas benar ada? Abu Nawas dilahirkan pada 145 H (747 M) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya.

Sosok Imam Mahdi Menurut Al Qur'an, Sang Pemimpin Umat di Hari Kiamat

Syair Abu Nawas Ilahi Lastu

Kepiawaiannya dalam menggubah qoshidah syair menciptakan dia sangat populer di banyak sekali kalangan, sehingga dia dianggap sebagai pemimpin para penyair di zamannya. Berikut ini salah satu karya besarnya sebagai seorang penyair: Al-I’tiraaf – Sebuah pengakuan.

اَلْإِعْتِرَافُ


إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً # وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ

Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah hebat surga, tapi saya tidak besar lengan berkuasa dalam neraka jahim

فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ # فَإِنَّكَ غَافْرُ الذَّنْبِ العَظِيْمِ

Maka berilah saya taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dosa yang besar.

ذُنُوْبيِ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ # فَهَبْ ليِ تَوْبَةً يَاذاَالجَلاَلِ

Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah saya taubat wahai Tuhanku yang mempunyai keagungan

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍ # وَذَنْبيِ زَئِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ

Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana saya menanggungnya.

إِلهِي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ

Wahai, Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah tiba kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu.

فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَا أَهْلٌ # فَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ

Maka jikalau engkau mengampuni, maka Engkaulah hebat pengampun.
Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi saya mengharap selain kepada Engkau?

Nasehat Abu Nawas

ilustrasi nasehat bubuk nawas via matematrick.com

Meski hanya rakyat biasa, namun Abu Nawas bisa memperlihatkan nasihat kepada sang raja, bahkan Abu Nawas memperlihatkan nasihat sambil menyindir sikap rajanya yang sombong.

Kisahnya.
Suatu ketika Raja Harun Ar-Rasyid menunaikan ibadah haji.
Ketika hingga di sentra kota Kuffah, tiba-tiba terlihat olehnya Abu Nawas sedang menaiki sebatang kayu berlarian ke sana kemari dan diikuti belum dewasa dengan riangnya.
Wajah sang Raja mendadak menjadi sumringah dibuatnya. Matanya berbinar-binar alasannya begitu merindukan sosok Abu Nawas. Memang Abu Nawas semenjak beberapa bulan terakhir meninggalkan kerajaannya sebagai bentuk protes atas ketidakadilan dan kesombongannya.

Sejak kepergian Abu Nawas itulah raja menyerupai mengalami kesepian. Tidak ada lagi orang yang diajaknya berdiskusi maupun hanya sekedar bercanda. Karena itu Raja sangat bangga begitu melihat sosok Abu Nawas.

Dirindukan Raja.
Karena sangat penasaran, Raja Harun Ar-Rasyid kemudian bertanya kepada para pengawalnya.
"Siapa dia?" tanya Raja.
"Dia si Abu Nawas yang gila itu," jawab salah seorang pengawalnya.
"Coba panggil dia kemari, tanpa ada yang tahu, dan sekali lagi saya peringatkan kau jangan berkata yang jelek lagi perihal dia, perintah Raja Harun.
"Baiklah wahai Rajaku," jawab pengawal.

Tidak berapa usang kemudian para pengawal berhasil membawa Abu Nawas ke hadapan Raja. Abu Nawas diperkenankan duduk di hadapan Raja.
"Salam bagimu wahai Abu Nawas," sapa Raja Harun Ar-Rasyid.
"Salam kembali wahai Amirul Mukminin," jawab Abu Nawas.
"Kami merindukanmu wahai Abu Nawas," kata Raja Harun Ar Rasyid.
"Ya, tetapi saya tidak merindukan Anda semuanya," jawab Abu Nawas dengan ketus.

Beberapa pengawal kerajaan impulsif saja akan mencabut pedang dari sarungnya untuk memperlihatkan pelajaran kepada Abu Nawas yang tak bisa menjaga perkataannya di hadapan raja, sang pemimpin. Akan tetapi niat tersebut dicegah sendiri oleh Raja Harun Ar-Rasyid.
"Wahai Abu Nawas, saya merindukan kecerdasanmu, maka berilah saya nasihat," pinta Raja.
"Dengan apa saya menasehatimu, inilah istana dan kuburan mereka," kata Abu Nawas.
"Tambahkan lagi, engkau telah memperlihatkan nasihat yang bagus," ujar raja mulai bersemangat.
"Wahai Amirul Mukminin, barang siapa yang dikarunia Allah SWT dengan harta dan ketampanan, kemudian ia sanggup menjaga kehormatannya dan ketampanannya, serta memperlihatkan sumbangan dengan hartanya, maka ia akan ditulis dalam daftar orang-orang yang shaleh," kata Abu Nawas.

Pemimpin Adil dan Bijaksana.
Raja Harun Ar-Rasyid begitu bahagia mendapatkan nasihat itu. Ia kemudian mengira Abu Nawas menginginkan sesuatu darinya.
"Aku telah menyuruh para pengawalku untuk membayar hutangmu," kata Raja.
"Tidak Amirul Mukminin, kembalikan harta itu kepada yang berhak menerimanya. Bayarlah hutang diri Anda sendiri," kata Abu Nawas.

Namun Raja Harun tak mengalah begitu saja. Ia kemudian mempersiapkan hadiah khusus pada Abu Nawas.
"Aku telah mempersiapkan sebuah hadiah untukmu,"katanya.
"Wahai Amirul Mukminin, apakah Paduka berfikir bahwa Allah hanya memperlihatkan karunia kepada Anda dan melupakanku," jawab Abu Nawas yang segera pergi dari hadapan raja.

Perlakuan itu menciptakan sang Raja merenung sambil mengevaluasi dirinya sendiri.
Raja Harun sadar kalau selama ini dirinya kurang adil dan berlaku sombong dengan jabatannya sehingga gampang meremehkan orang lain. Usai mendapat nasihat dari Abu Nawas, Raja Harun bermetamorfosis raja yang adil dan bijaksana kepada rakyatnya.

(Abu Nawas memperlihatkan nasihat berupa sedikit sindiran, namun sang raja tidak tersinggug, atau murka atau bahkan memenjarakan Abu Nawas. Raja malah merenung dan terus merenungi apa gerangan kesalahan yang telah dia buat selama memimpin kerajaan. Salut untuk Raja Harun Ar-Rasyid yang telah mendapatkan kritikan dari rakyat kecil.)


Abu Nawas Pura Pura Mati


ilustrasi bubuk nawas pura pura mati via mnhjkc.blogspot.com

Pada suatu hari Abu Nawas mengajak Raja Haru Arrasyid pergi ke sebuah desa.

Sang Raja diminta menyamar sebagai rakyat biasa dan dilarang membawa pasukan alasannya ia akan memperlihatkan potret kasatmata sebagian rakyat di kerajaan itu.

Tibalah keduanya di sebuah desa yang lebih banyak didominasi penduduknya suka makan daging manusia.
Hingga hasilnya Abu Nawas dan Baginda Raja tertangkap oleh penduduk tersebut.
Mereka akan dibunuh kemudian dagingnya akan di masak dan di makan.

Akan tetapi Abu Nawas hasilnya dilepaskan alasannya mempunyai badan yang kurus dan kusam, sedangkan Sang Raja tetap ditahan alasannya gemuk dan kulitnya bersih.
Namun beruntung bagi Baginda, dalam sebuah kesempatan ia berhasil melepaskan diri dan lolos.
Namun demikian Raja Harun menaruh dendam kepada Abu Nawas dan berjanji akan menghukumnya.
Baginda Raja pulang ke istana dan pribadi memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana alasannya ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan. Dan sesudah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas gres berani pulang ke rumah.

“Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu.”
“Ya istriku, ini urusan gawat. Aku gres saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak.”
“Apa?”
“Raja kujadikan budak!”
“Kenapa kau lakukan itu suamiku.”
“Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara.”
“Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda niscaya marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu.”
“Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku.”

“Pasti kau akan dieksekusi berat.”
“Gawat, saya akan mengerahkan ilmu yang kusimpan,”
Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu kemudian mendirikan shalat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.
Tidak berapa usang kemudian tetangga Abu Nawas geger, alasannya istri Abu Nawas menjerit-jerit.
“Ada apa?” tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
“Huuuuuu …. suamiku mati….!”
“Hah! Abu Nawas mati?”
“lyaaaa….!”

Kini kabar ajal Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda terkejut. Kemarahan dan kegeraman dia agak susut mengingat Abu Nawas ialah orang yang paling arif menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.
Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas. Tabib segera menyelidiki Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu.

Setelah melihat sendiri badan Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja marasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.
“Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?”
“Ada Paduka yang mulia.” kata istri Abu Nawas sambil menangis.
“Katakanlah.” kata Baginda Raja.
“Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni
semua kesalahannya dunia alam abadi di depan rakyat.” kata istri Abu Nawas terbata-bata.

“Baiklah kalau itu undangan Abu Nawas.” kata Baginda Raja menyanggupi.
Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang.
Beliau berkata, “Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya.”
Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar bunyi keras,
“Syukuuuuuuuur …… !”

Seketika pengusung mayat ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangun berdiri menyerupai mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder juga.
“Kau… kau…. bahu-membahu mayat hidup atau memang kau hidup lagi?” tanya Baginda dengan gemetar.

“Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku.”
“Jadi kau masih hidup?”
“Ya, Baginda. Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang.”
“Kurang ajar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?
“Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia…”
“Ajarkan ilmu itu kepadaku…”
“Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang bisa melakukannya.
Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri.”

“Dasar pelit !” Baginda menggerutu kecewa.

Abu Nawas Pura Pura Mati

ilustrasi bubuk nawas pura pura mati via ceritaparawali.wordpress.com

Dikutip dari kompasiana.com, berikut kisah Abu Nawas pura pura mati.

Abu Nawas pernah berwasiat kepada keluarganya, kelak jikalau dia wafat maka kain kafan yang membungkus tubuhnya harus dari kain kafan yang sudah anyir dan sobek-sobek, namanya juga wasiat jadi aja keluarganya menjalankan amanat itu ketika hasilnya Abu Nawas benar-benar wafat .

Singkat kisah Abu Nawas pun sudah berada di liang kubur, kemudian datanglah malaikat, mereka sangat terkejut melihat kain kafan Abu Nawas sudah anyir dan sobek-sobek, kemudian berkatalah malaikat ke temennya "Mayat ini bukan mayat gres ,lihat aja kain kafannya udah pada sobek '' ...'' ente bener,ayo kita ke mayat yang lain '' ...Dengan trik itu hasilnya Abu Nawas pun lolos dari pertanyaan malaikat. Anda mau mencoba cara Abu Nawas?

Dalam Kandungan Ibu Hingga 4 Tahun, Berikut ini Beberapa Keistimewaan Imam Syafii

Nah, itulah beberapa kisah Abu Nawas yang kami lansir dari beberapa sumber. Banyak nasihat yang sanggup kita petik, supaya bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Mohon maaf jikalau ada kekurangan ataupun kesalahan.