Keistimewaan Ali Bin Abi Thalib, Dijamin Masuk Nirwana Dan Disebut Sebagai Gerbangnya Ilmu


Ali bin Abi thalib via youtube.com

Keistimewaan dan keutamaan Ali bin Abi Thalib ra yakni sesuatu yang tidak diragukan lagi. Mendapatkan fitnah besar dan segala ujian. Hingga Ali diberi gelar babul ilmi.

Ali bin Abi Thalib yakni salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Imam Ali bin Abi Thalib yakni khalifah rasyid yang keempat. Keistimewaan dan keutamaan ali bin abi thalib ra yakni sesuatu yang tidak diragukan lagi.

Sayyidina Ali yakni anak Abdu Manaf, yang lebih dikenal dengan sebutan “Abu Thalib” (ayah Thalib ). Thalib yakni anak tertua Abdu Manaf. Ayahnya yakni paman Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ibunya yakni Fatimah binti Asad. Ali bin Abi Thalib juga mempunyai gelar yaitu babul ilmi, mengapa ali bin abi thalib diberi gelar babul ilmi? Dibawah ini merupakan penjelasannya lengkap dengan keistimewaan dan keutamaan Ali bin Abi Thalib.

KAJIAN TENTANG KEISTIMEWAAN DAN PERJUANGAN ALI BIN ABI THALIB BERSAMA RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Diantara usaha Ali bin Abi Thalib yakni bagaimanan dia berperang ketika perang badar. Kita tahu bahwa perang badar terjadi pada tahun ke-2 hijriyah. Dimana sebabnya yakni orang-orang kafir Quraisy merampas aneka macam harta yang ditinggalkan kau muhajirin yang ditinggalkan di Mekah. Mereka mengusir dan menyakiti para sahabat.

Singakat dongeng ketika perang badar akan dimulai, orang-orang kafir quraisy menantang dengan bentuk perang tanding. Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu dari tiga orang sobat yang lain. Dua orang sobat yang lain yakni Hamzah dan Ubaidah. Ketiga sobat ini dari kalangan keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Ali bin Abi Thalib yakni orang yang pemberani dan tidak pernah takut kepada siapapun dalam membela kebenaran. Maka ini merupakan bantahan untuk orang-orang Syiah yang menciptakan semacam rangkaian dongeng bohong yang menyampaikan bahwa Ali mempunyai wasiat namun tidak berani mengungkapkan lantaran takut dibunuh. Tentu dongeng dari orang-orang Syiah itu menggambarkan bahwa Ali bin Abi Thalib merupakan orang yang pengecut. Padalah ia yakni seorang pemberani. Bahkan dari awal Islam.

Ali bin Abi Thalib yakni penulis perjanjian hudaibiyah. Ini juga merupakan jasa-jasa ia dalam masa usaha Islam. Orang kafir Quraisy menginginkan biar dalam perjanjian itu tidak ditulis Muhammad Rasulullah, akan tetapi cukup dengan Muhammad bin Abdillah. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib untuk menghapus lafadz Rasulullah. Ali bin Abi Thalib tidak mau menghapusnya sedikitpun. Karena hal itu merupakan pelecehan dan perendahan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kejadian ini memperlihatkan pengagungan Ali bin Abi Thalib kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghapusnya dengan tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri.

Setelah beberapa hari berlalu, orang-orang kafir Quraisy tiba menemui Ali bin Abi Thalib dan memerintahkan Ali untuk menyampaikan kepada para sobat untuk meninggalkan Mekah. Lalu Ali bin Abi Thalib memberikan itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Rasulullah mengiyakan untuk keluar dari Mekah. Hikmah yang sangat luar biasa yakni perihal negosiasi. Bahwa tidak selamanya tidak ada hal yang sanggup dikompromikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat adanya kebutuhan yang lebih besar dan positif, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin memperlihatkan keindahan Islam kepada kaum kafir Quraisy dengan kejujuran dan selalu komitmen dengan janji-janjinya.

Kenapa Ali bin Abi Thalib mempunyai gelar yaitu babul ilmi? Karena kecerdasan yang dimiliki Ali, babul ilmi sendiri berarti pintu ilmu, julukan tersebut diberi oleh Nabi Muhammad saw, jadi Ali bin Abi Thalib yakni pintu ilmu sedangkan Nabi Muhammad saw yakni kotanya ilmu.


Kisah Ali via youtube.com

Keistimewaan Ali bin Abi Thalib

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

انا باب العلم و علي مفتاحه

"Aku yakni pintunya ilmu, dan Ali yakni kuncinya".

Ya, sobat Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah menantu Baginda Nabi. Dikisahkan, Nabi merupakan pintu ilmu yang sangat luas. Ia sebagai bekal dunia darul abadi sebagaimana pernah disabdakan, kunci ilmu dimiliki oleh sobat Ali. Hati mana yang tak ingin tau mendengar sabda Rasul tersebut.

Pun dengan gerombolan orang-orang Khawarij. Mereka gusar tiada tara tatkala mendengar kabar hadits ini. Kemudian mendorong mereka berniat menguji kebenaran hadis kepada Rasulullah secara langsung. Dikumpulkanlah tujuh orang dari golongan mereka.

"Jika Ali sebagai kunci ilmu, maka ketika kita beri pertanyaan yang sama tentu jawabannya juga sama". Salah seorang dari mereka mengawali pembicaraan. "Ya, benar kamu. Tidak mungkin seseorang yang dianggap kuncinya ilmu akan menjawab dengan tanggapan yang berbeda-beda. Jika memang benar ia kuncinya ilmu" yang lain menimpali.

Disusunlah strategi, rencana matang disusun, "mari kita uji dengan memperlihatkan pertanyaan yang sama, namun dari orang yang berbeda-beda," seruan salah seorang dari ketujuh khawarij tersebut dan mereka berakhir pada kata sepakat. Pertanyaan yang akan diajukan, antara ilmu dan harta, manakah yang lebih utama?

Setelah mereka memperlihatkan pertanyaan yang sama. Mereka menerima tanggapan yang sama pula. Antara ilmu dan harta, yang lebih utama yakni ilmu. "Tapi tunggu dulu, apakah Ali juga memperlihatkan alasan perihal jawabannya?" tanya salah seorang dari mereka. "ya, benar" timpal mereka bersama-sama. "Apa itu?".

"Kalau ilmu menjagamu. Namun, harta, engkau yang harus menjaganya," orang pertama dari kelompok khawarij memberikan alasan yang dikemukakan sobat Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhah. "Jika ilmu yakni warisan nabi, harta yakni warisan Qorun yang terkutuk". Orang kedua menambahi kemudia "ilmu kalau ditasarufkan, akan bertambah. Sedang harta, kalau ditasarufkan akan berkurang," tambah orang ketiga memberikan kutipan argumentasi yang ia terima.

Mereka mulai heran akan tanggapan yang berbeda-beda. "Andai kau menentukan ilmu, kau akan menerima julukan yang baik, namun kalau harta, julukan jelek yang kau dapat," demikian orang keempat menjelaskan. Mereka semakin ragu akan alasan yang berbeda-beda.

"Ilmu itu menerangi hati, sedangkan harta mengeraskan hati," "Ilmu kalau dibiarkan tidak apa-apa, namun harta kalau dibiarkan akan rusak", "ilmu ketika di hari simpulan zaman akan menolongmu, namun harta akan menjadi penyebab lamanya hisab di hari kiamat." Demikian mereka bergantian menyampaikan.

Sejenak, mereka tertegun akan alasan yang berbeda-beda. Bagaimana mungkin, pertanyaan yang diberikan kepada orang satu, menghasilkan tanggapan yang mempunyai alasan-alasan tersendiri.

Namun, dengan cepat mereka tersadar akan keutamaan ilmu yang dimiliki sobat Ali bin Abi Thalib. Alasan demi alasan yang diutarakan sahabat Ali bin Abi Thalib berbeda, namun antara satu dan lainnya saling menguatkan, antara ilmu dan harta lebih utama ilmu. Subhanallahil 'adzim wa shodaqo rasuluhu nabiyyul karim.


Keistimewaan dan keutamaan via donhasan.blogspot.com

Keutamaan Ali bin Abi Thalib

Ada 3 keutamaan Ali bin Abi Thalib dibawah ini penjelasannya:

1. Termasuk Seseorang Yang Dijamin Surga
Dalam sebuah hadis, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, az-Zubair di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abdurrahman bin Auf di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh Albani).

2. Rasulullah Mengumumkan di Khalayak Bahwa Allah dan Rasul-Nya Mencintai Ali
Saat Perang Khaibar, Rasulullah hendak memperlihatkan bendera komando perang kepada seseorang. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’adi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Demi Allah, akan saya serahkan bendera ini esok hari kepada orang yang menyayangi Allah dan Rasul-Nya dan dia dicintai Allah dan Rasul-Nya. Semoga Allah memperlihatkan kemenangan melalui dirinya.” Maka semalam suntuk orang-orang (para sahabat) membicarakan perihal siapakah di antara  mereka yang akan diberikan bendera tersebut. Keesokan harinya, para sobat mendatangi Rasulullah, kemudian ia bersabda, “Dimanakah Ali bin Abi Thalib?” Dijawab, “Kedua matanya sedang sakit.” Rasulullah memerintahkan, “Panggil dan bawa dia kemari.” Dibawalah Ali ke hadapan Rasulullah, kemudian ia meludahi kedua matanya yang sakit seraya berdoa untuknya. Seketika Ali sembuh total seperti tidak tertimpa sakit sebelumnya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan bendera kepadanya. Lalu Ali berkata, “Wahai Rasulullah, saya memerangi mereka hingga mereka menjadi ibarat kita.” Rasululah bersabda, “Majulah dengan tenang, hingga engkau tiba di daerah mereka. Kemudian ajaklah mereka kepada Islam dan sampaikanlah hak-hak Allah yang wajib mereka tunaikan. Demi Allah, sekiranya Allah member petunjuk kepada seseorang melalui dirimu, sungguh lebih berharga bagimu daripada mempunyai onta-onta merah.” (HR. Muslim no. 4205).

3. Kedudukan Ali di Sisi Rasulullah
Ibrahim bin Saad bin Abi Waqqash meriwayatkan dari ayahnya, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia bersabda kepada Ali, “Apakah engkau tidak ridha kedudukanmu di sisiku ibarat kedudukan Harun di sisi Musa.” (Muttafaq ‘alaihi).

Hadis ini Rasulullah sampaikan kepada Ali ketika ia tidak menyertakan Ali bin Abi Thalib dalam pasukan Perang Tabuk. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya biar menjadi wakil ia di kota Madinah. Ali yang merasa tidak nyaman hanya tinggal bersama wanita, anak-anak, dan orang renta yang udzur tidak ikut perang dihibur Rasulullah dengan sabda ia di atas.

Adapun fitnah di zaman ali bin abi thalib salah satunya ketika masih di zaman khulafaurrasyidin. Berawal dari ‘perselisihan’ kecil ketika Ali bin Abi Thalib terlambat membaiat Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah hingga pengangkatan Muawiyah bin Abi Sufyan sebagai khalifah gres yang menggantikan posisi Hasan bin Ali bin Abi Thalib.


Sejarah Ali via kisahteladan.web.id

Kenapa ali bin abi thalib disebut imam? Bagaimana ali bin abi thalib meninggal? Gelar “Imam” yakni khusus bagi Khalifah Ali bin Abi Thalib di samping gelar “Amirul Mukminin” yang lazim dipergu­nakan orang pada masa itu, untuk menyebut seorang pemangku jabatan sebagai pemimpin tertinggi dan Kepala Negara Islam.

Tentang ta’rif (definisi) dari perkataan “imamah” (keimam­an) oleh para mahir ilmu kalam, dirumuskan: “Imamah ialah kepe­mimpinan umum dalam segala urusan agama dan keduniaan yang ada pada seseorang…”

Makara berdasarkan ta’arif tersebut, maka yang dimaksud dengan “Imam” ialah seorang pemimpin atau seorang ketua yang ditaati dan mempunyai kekuasaan yang menyeluruh atas semua orang mus­limin dalam segala urusan mereka, baik di bidang keagamaan maupun di bidang keduniaan.

Ali bin Abi Thalib meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) ketika mengimami salat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara belakang layar di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di daerah lain.

Nah, itulah keistimewaan serta keutamaan Ali bin Abi Thalib. Semoga kisah diatas sanggup menjadi ide dan bermanfaat serta sanggup menambah pengetahuan Anda. Terimakasih.