Sejarah Berdirinya Ahlussunnah Wal Jamaah, Ini Alasannya Ialah Kenapa Diperjuangkan Mati-Matian
ahlussunnah wal jamaah via beritaislamiterkini.com
Bagi yang belum benar-benar mengerti bagaimana faham ahlussunnah wal jamaah, kitab-kitab ahlussunnah wal jamaah, bagaimana prinsip pedoman aswaja, apa landasan faham ahlussunnah wal jamaah, siapa pendiri ahlussunnah wal jamaah dan seputar hal tentang ahlussunnah wal jamaah akan kita bahas disini.
Tahukah Anda tentang ahlussunnah wal jamaah? Bagaimana keyakinan golongan ahlussunnah wal jamaah terhadap Al Quran? Yuk simak penjelasannya semoga Anda tahu.
Apakah ahlussunnah wal jamaah itu? Mereka yang berpegang teguh pada sunnah Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti jejak dan jalan mereka, baik dalam hal aqidah, perkataan, maupun perbuatan. Juga mereka yang istiqomah (konsisten) dalam berittiba’ (mengikuti sunnah Nabi saw) dan menjauhi perbuatan bid’ah.
Siapa pendiri ahlussunnah wal jamaah?
Yang masuk dalam golongan ini ialah mereka yang mengikuti sunah nabi Muhammad SAW (Ahussunah) dan sahabat para Nabi ( Jamaah ). Pendiri aliran ini ialah Abu al-Hasan al- Asy'ari di Basrah dan Abu Mansur al-Maturidi di Samarkand.
Landasan ahlussunnah wal jamaah dalam bidang iman dan urusan-urusan agama lainnya berpegang erat kepada kitabullah dan sunah rasul-Nya serta petunjuk dan sunah para khulafaur rasyidin, prinsip pedoman ahlussunnah wal jamaah lebih mengutamakan dalil.
Apakah wahabi ahlussunnah wal jamaah?
Salafi Wahabi tak henti melaksanakan banyak sekali upaya dalam mengembangkan akidah ajarannya di Indonesia, hingga cenderung menghalalkan segala cara mencapai tujuannya itu. Kali ini kitab ahlussunnah wal jamaah risalahnya dirubah demi melegalkan propagandanya semoga NU memusuhi Syi’ah tanpa kompromi.
Kitab karya pendiri Nahdhatul Ulama (NU) tersebut sengaja dirubah Wahabi untuk menguatkan tuduhannya menyampaikan bahwa para Ketua NU ibarat Gus Dur, KH. Hasyim Muzadi, dan KH. Said Aqil Siradj “bersahabat” dengan Muslim Syiah yang lurus telah berkhianat terhadap pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ari. Sebagai bukti, Wahabi menerbitkan kitab “Risalah Ahlussunnah aal Jama’ah” susunan KH. Hasyim Asy’ari yang telah diubah/ditahrif oleh Wahabi. Sehingga kata-kata Rafidhi (Syiah Rafidhah yang sesat lantaran menghina sahabat), diubah oleh Wahabi sebagai Syi’i (semua Syi’ah) sebagai sesat. Makara Syiah yang lurus yang tidak menghina sahabat pun dianggap sesat oleh Wahabi.
Sejak ditahbiskan sebagai faham ahlussunnah wal jamaah keagamaan warga NU, Ahlussunnah wal Jama'ah mengalami kontekstualisasi yang beragam. Meskipun demikian, kontekstualisasi Ahlussunnah wal Jama'ah, tidak menghilangkan makna dasarnya sebagai paham atau pedoman Islam yang pernah diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah Saw. bersama para sahabatnya.
: Mengenal Lebih Dalam Kitab Kuning, Kitabnya Para Santri
Ciri Ahlussunnah wal Jamaah
ilustrasi ahlussunnah wal jamaah via kiblat.net
1. Mengenai ketuhanan
- Meyakini yakni Allah merupakan yang kuasa yang esa yang berhak disembah dengan seluruh sifat kesempurnaan-Nya yang tiada serupa oleh makhluk.
- Zat Allah sanggup diamati melalui mata kepala, dan orang-orang mukmin maka akan melihat-Nya di dalam nirwana kelak.
- Segala sesuatu yang berlaku ialah atas kehendak-Nya akan tetapi untuk makhluk terdapat ikhtiyari.
- Menolak faham Tasybih (penyerupaan) Allah dengan makhluk.
- Menolak faham Jabariyah (segala sesuatu atas kehendak Allah tanpa ikhtiayri dari makhluk)
- Menolak faham Qadariyah (segala sesuatu atas kehendak makhluk tanpa taqdir dari Allah)
2. Mengenai malaikat
- Malaikat itu kasatmata ada serta totalnya gak terhingga. Tiap malaikat mempunyai tugasnya masing-masing, mereka selalu taat pada perintah Allah.
- Ummat islam semata-mata diwajibkan mengenal 10 nama malaikat yang utama yang mempunyai tugasnya masing-masing.
- Sehubungan oleh keimanan terhadap adanya malaikat, ummat islam pula diwajibkan meyakini adanya jin, iblis serta syaithan.
3. Mengenai kerasulan
- Meyakini bahwa seluruh Rasul merupakan utusan-Nya yang diberikan mu`jizat untuk mereka sebagi tanda kebenaran mereka.
- Rasulullah SAW epilog seluruh Nabi serta Rasul yang diutus untuk bangsa arab serta bangsa yang lainnya, kepada insan dan jin.
- Mencintai semua shahabat Rasulullah
- Meyakini bahwa shahabat yang sangat mulia ialah Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq kemudian Sayidina Umar kemudian Saiydina Utsman kemudian Saidina Ali Radhiyallahu ‘anhum.
- Menjauhi mendiskusikan perkara permusuhan sesama sahabat kecuali buat menerangkan kebenaran dan bagaimana kaum muslimin menyikapinya.
- Meyakini Ibunda serta Ayahanda Rasulullah masuk nirwana berlandaskan firman Allah QS. Al-Isra’ ayat 15 :
وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
“dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al-Isra` : 15)
Kedua orang renta Nabi wafat di zaman fatharah (kekosongan dari seorang Nabi/Rasul). menunjukan keduanya dinyatakan selamat. Imam Fakhrurrozi menyatakan yakni seluruh orang renta para Nabi muslim.
Melalui dasar Al-Qur’an surat As-Syu’ara’ : 218-219 :
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ * وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ
Yang melihat kau saat kau berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.
Sebagian Ulama’ menafsiri ayat di atas yakni cahaya Nabi berpindah melalui orang yang jago sujud (muslim) ke orang yang jago sujud yang lainnya. Adapun Azar yang secara terang mati kafir, sebagian ulama’ menyatakan tidaklah bapak Nabi Ibrahim yang gotong royong akan tetapi dia merupakan bapak asuhnya serta juga pamannya.
Terang sekali Rasulullah menyatakan yakni kakek serta nenek moyang dia merupakan orang-orang yang suci tidak merupakan orang-orang musyrik dikarenakan mereka dinyatakan najis di dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman pada surat At Taubah ayat 28:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis”
4. Mengenai kitab
- Al quran, Taurat, Injil, Zabur merupakan kitab-kitab yang diturunkan untuk Rasul-Nya yang menjadi pedoman buat ummat.
- Al Alquran merupakan kalam Allah dan tidak merupakan makhluk dan tidak merupakan sifat bagi makhluk.
Mengenai ayat mutasyabihat, di dalam Ahlussunnah muncul 2 pandangan para ulama:
- Ulama salaf (ulama yang hidup pada masa sebelum 500 tahun hijryah) lebih memilih tafwidh (menyerahkan pada Allah) sehabis Takwil Ijmali (umum/global) ataupun diketahui pula melalui istilah tafwidh ma’a tanzih yaitu memalingkan lafahd dari arti dhahirnya sehabis itu menyerahkan maksud dari kalimat tasybih itu kepada Allah.
- Ulama khalaf (Ulama yang hidup pada masa sehabis 500 Hijriyah) lebih memilih ta`wil yaitu menghamal arti kalimat dengan sebalik arti dhahirnya dengan menyatakan serta memastikan arti yang dimaksudkan melalui kalimat tersebut.
Di dalam memastikan langkahnya, Ulama Salaf serta Ulama Khalaf sama-sama berpegang dalam surat: Ali Imran ayat: 7
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ
Maksudnya : “Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-quran) kepada kamu, di antara (isi) nya ada ayat-ayat muhkamat (jelas maksudnya) itulah pokok-pokok isi al-Quran dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (tidak difahami maksudnya). Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat dari padanya untuk menjadikan fitnah (karena mereka tidak menyadari telah terjerumus dalam ayat mutasyabihat) dan untuk mencari-cari penafsirannya,”
a) dan tidak ada yang memahami takwilnya melainkan allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata : "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, keseluruhannya itu dari sisi yang kuasa kami" dan tidak sanggup mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS: Ali Imran. 7)
b) dan tidak ada yang mengerti takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata : "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi yang kuasa kami" dan tidak sanggup mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (QS: Ali Imran. 7)
- Ulama Khalaf beropini yakni kalimat الرَّاسِخُونَ di’athafkan pada lafadh اللَّهُ dan jumlah يَقُولُونَ آَمَنَّا ialah jumlah musta`nafah (permulaan baru) untuk bayan (menerangkan) lantaran iltimas takwil. Terjemahan [a] ialah terjemahan berlandaskan pendapat Ulama Khalaf.
- Ulama Salaf beropini yakni kalimat الرَّاسِخُونَ ialah isti`naf. Terjemahan [b] ialah terjemahan berlandaskan pendapat Ulama Salaf.
5. Mengenai kiamat
- Kiamat niscaya berlaku, tiada keraguan sedikit pun.
- Meyakini adanya azab kubur.
- Kebangkitan merupakan perkara yang pasti.
- Surga merupakan satu kawasan yang dipersiapkan buat hamba yang dicintai-Nya.
- Neraka dipersiapkan buat orang-orang yang ingkar kepada-Nya.
- Meyakini adanya hisab (hari perhitungan amalan).
- Meyakini adanya kawasan pemberhentian hamba sehabis bangun dari kubur.
- Meyakini adanya Syafaat Rasulullah, ulama, syuhada serta orang-orang mukmin lainnya menurut kadar masing-masing.
7. Tidak menyampaikan seseorang jago tauhid dan beriman sudah niscaya masuk nirwana atau neraka kecuali orang-orang yang sudah mendapat pengukuhan dari Rasulullah bahwa ia masuk surga.
8. Tidak mengada-ngadakan sesuatu di dalam agama kecuali atas izin Allah.
9. Tidak menisbahkan untuk Allah sesuatu yang tidak diketahui.
10. Meyakini bahwa shadaqah serta doa untuk orang mati mempunyai kegunaan dan Allah memperlihatkan manfaat untuk jenazah melalui shadaqah dan doa tersebut.
11. Meyakini adanya karamah orang-orang shaleh
12. Tidak mengkafirkan seorangpun dari jago kiblat dengan lantaran dosa yang mereka perbuat semacam zina, mencuri, minum khamar dll.
13. Perkara sifat dua puluh.
Para ulama’ Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah gotong royong tidak membataskan sifat-sifat kesempurnaan Allah semata-mata pada 20 sifat saja. Terlebih-lebih seluruh sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan Allah, sudah niscaya Allah wajib mempunyai sekian sifat itu, sehingga sifat-sifat kamalat (kesempurnaan dan keagungan) Allah itu gotong royong tidak terbatas pada sembilan puluh sembilan saja.
: Sekilas Tentang Kitab Riyadhus Shalihin yang Makara Pegangan Para Ulama
Demikian klarifikasi tentang ahlussunnah wal jamaah yang sanggup kami sampaikan. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Mohon maaf jikalau ada kesalahan ataupun kekurangan.