Menderita Penyakit Epilepsi, Benarkah Nirwana Jaminannya?


Gambar ilustrasi penderita epilepsi (Madiunpos.com)
Sebagian orang banyak yang mencela, bahkan menganggap orang yang menderita epilepsi sedang dirasuki jin.

Namun dari aneka macam anggapan miring tersebut, ada yang menyampaikan kalau menderita epilepsi nirwana ialah jaminannya.

Lantas benarkah demikian? Berikut dalil-dalilnya!

Pada dasarnya, epilepsi ialah penyakit yang diakibatkan oleh berlebihnya pasokan listrik yang masuk ke otak, namun umumnya penyakit ini sanggup saja diobati oleh dokter seorang jago syaraf.

Lantas benarkah menderita epilepsi sanggup menjamin seseorang masuk surga?

Imam Bukhari Ra telah meriwayatkan, bahwa Ibnu Abbas Ra berkata kepada Atha bin Abi Rabbah Ra, bahwa dirinya ingin memperlihatkan kepadanya seorang wanita yang merupakan jago surga.

Lalu ia pun pertanda kepadanya seroang wanita yang berkulit hitam dan bercerita kepadanya, bahwa wanita tersebut berjulukan Ummu Zufar Ra. Dirinya tiba kepada Baginda Nabi Saw dan berkata:

” إِنِّى أُصْرَعُ وَإِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِى ”

Artinya: “Wahai Rasulallah, sebetulnya saya pengidap penyakit epilespi, dan saya sering kali membuka pakaian (tanpa sadarkan diri), maka berdo’alah kepada Allah untukku”(HR. Bukhari).

Lalu Baginda Nabi Saw memperlihatkan ajuan kepadanya, dan berkata:

” إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ”

Artinya: “Apabila kau mau bersabar, maka nirwana akan menjadi milikmu. Dan apabila kau mau, maka saya akan berdo’a kepada Allah supaya memperlihatkan kesembuhan untukmu” (HR. Bukahri).

Sahabiah tersebut dengan tegas menjawab bahwa sorgalah yang ia pilih, dan berkata:

“أَصْبِرُ فَقَالَتْ إِنِّى أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا ”

Artinya: “Saya akan bersabar wahai Rasulallah, lalu ia berkata: ” sebetulnya saya sering membuka pakaian (tanpa sadarkan diri), maka mintakanlah kepada Allah supaya saya tidak membuka pakaian”, lalu baginda pun mendo’akannya”, menyerupai dikutip dari aktual.com.

Dalam hadits ini telah jelas, betapa besar pahala orang yang menderita penyakit ini. Bahkan imam Bukhari Ra pun menyebabkan judul hadits ini dengan nama:

” بَابُ فَضْلِ مَنْ يُصْرَعُ مِنَ الرِّيْحِ”

Artinya: “Bab keutamaan orang yang menderita epilepsy”.

Meski demikian, para ulama menyebabkan hadits tersebut sebagai salah satu dasar untuk memotivasi umat supaya mau bersabar dikala diberi cobaan oleh Allah berupa sakit.

Namun demikian itu bukan berarti Islam memandang sebelah mata pada perjuangan menyembuhkan penyakit dengan berobat.

Bahkan, para ulama memandang sunah (mustahabb) berobat bagi orang yang sedang sakit.

Ada banyak hadits yang menjadi dasar pijakan.

Imam Nawawi dalam kitab al-Majmû’ Syrahul Muhadzdzab (Kairo: Darul Hadits, 2010) menuturkan beberapa hadits yang disabdakan oleh Rasulullah di antaranya:

إن الله تعالى أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فتداووا ولا تداووا بالحرام

Artinya: “Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit dan obatnya dan menyebabkan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian, dan jangan kalian berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abu Darda)

Hadits riwayat Imam Bukhari dari sobat Abu Hurairah:

إنَّ اللَّهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan satu penyakit kecuali diturunkan pula baginya obat.”

Dari kedua hadits di atas sanggup diambil satu kesimpulan bahwa ketika Allah memperlihatkan satu penyakit kepada hamba-Nya maka kepadanya pula akan diberikan obat yang sanggup menyembuhkannya.

Tentunya orang yang sakit dituntut untuk berusaha mendapat obat tersebut supaya teraih kesembuhannya.

Boleh saja orang yang sakit tak melaksanakan perjuangan berobat bila memang ia berserah diri dan ridlo terhadap penyakit yang diberikan Allah kepadanya.

:

Masih berdasarkan Imam Nawawi:

وَإِنْ تَرَكَ التَّدَاوِيَ تَوَكُّلًا فَهُوَ فَضِيلَةٌ

Artinya: “Bila orang yang sakit tidak berobat alasannya tawakal (pasrah kepada Allah) maka hal itu merupakan suatu keutamaan.”

Satu hal yang juga mesti dipahami dan diyakini oleh setiap orang yang sakit, bahwa ketika ia telah berusaha berobat dan mendapat kesembuhannya maka ia mesti berkeyakinan bahwa yang menyembuhkan penyakitnya ialah Allah semata, bukan obat yang diminumnya.

Usaha berobat yang ia lakukan ialah ikhtiar seorang hamba untuk mendapat anugerah kesembuhan dari Tuhannya.

Obat yang ia minum hanyalah sarana belaka, sedangkan kesembuhan yang didapatkannya ialah semata alasannya kehendak dan anugerah Allah yang tanpa ikhtiar dan sarana sekalipun Allah berkuasa untuk melakukannya.

Rasulullah bersabda:

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرِئَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Artinya: “Setiap penyakit mempunyai obat. Bila cocok obat dengan penyakitnya maka akan sembuh dengan izin Allah Ta’ala.

Demikian, Wallahu A’lam.