Sepele Sih, Namun Ini 3 Kesalahan Orang Renta Dalam Mendidik Anak Berdasarkan K.H. Mahfudh Makmun


Gambar ilustrasi bawah umur ()

K.H. Mahfudh Makmun menyoroti banyaknya dijumpai adat anak dan remaja yang mengkhawatirkan.

Banyak anak jaman kini tidak mendengarkan kalau dinasihati dan bahkan berani kepada orang tua.

Menurut beliau, inilah kesalahan orang bau tanah dalam mendidik anak sampai menjadi langsung yang nakal.

Khatib shalat Idul Adha 1439 Hijriah Masjid Agung Al Azhar, Jakarta, K.H. Mahfudh Makmun mengingatkan pentingnya mendidik anak biar berbudi pekerti, ibarat Ismail yang patuh kepada perintah Allah.

Ibrahim tidak berdoa biar dikaruniai anak yang tampan, pintar, atau kaya, tetapi biar dikaruniai anak yaang saleh alasannya ialah ketampanan, kepintaran, kekayaan tidak menjamin anak mematuhi perintah Allah,” katanya di Jakarta, Selasa (21/8) lalu.

Ia menyampaikan kini banyak dijumpai adat anak dan remaja yang mengkhawatirkan serta tidak mendengarkan dan berani kepada orang bau tanah alasannya ialah kurang menerima pendidikan agama semenjak dini.

Berikut beberapa kesalahan orang bau tanah dalam mendidik anak-anaknya berdasarkan K.H. Mahfudh Makmun, ibarat dikutip dari aktual.com;

1. Menyerahkan Pendidikan Anak Sepenuhnya Kepada Pihak Sekolah

Sebagian besar orang tua, kata beliau, menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada pihak sekolah.

Padahal, kemampuan sekolah terbatas untuk melaksanakan pendidikan agama kepada murid-muridnya.

Sekolah bisa melaksanakan kiprah membagi ilmu dengan baik, tetapi tidak bisa mendewasakan manusia.

“Banyak kita jumpai seorang anak dengan nilai baik di rapor, tetapi adat dan tingkah lakunya sehari-hari tidak sesuai dengan nilai tersebut,” kata KH.Mahfudh.

2. Suasana di Rumah yang Diciptakan Orang tua

Menurut Kh. Mahfudh, selain faktor keturunan, suasana di rumah yang diciptakan orang bau tanah juga akan berdampak terhadap tingkah laris anak.

Apabila suasana kurang nyaman, anak sanggup mencari kenyamanan di daerah lain yang berpotensi memengaruhi perilakunya.

Cinta kepada anak pun, katanya, sebaiknya tidak dilakukan dengan memaksa anak menjadi seorang yang diinginkan orang tua, tanpa memperhatikan harapan anak.

"Seorang anak, berapa pun usianya, insan yang mempunyai jiwa, perasaan, dan kepribadian yang mungkin saja berbeda dengan orang tuanya" ucap KH Mahfudh.

3. Tidak Menanamkan Akidah Sebagai Hal Penting

Kh. Mahfudh menekankan, dogma sebagai hal penting ditanamkan dalam diri sendiri dan anak semenjak kecil serta terus menerus sepanjang hidup.

Begitulah tiga kesalahan orang bau tanah dalam mendidik anak berdasarkan K.H. Mahfudh Makmun.

Sementara itu, dalam Al-Quran dan As-sunnah telah memperlihatkan panduan yang terang dalam mendidik anak.

Bahkan, ada keberkahan bagi setiap muslim apabila mengikuti petunjuk Rasullulah.

Lewat Al-quran dan hadist, Rasullulah telah memperlihatkan panduan bagaimana cara mendidik anak dalam islam, sesuai dengan posisi dan tanggung jawab masing masing.

Terdapat hak antara orang-tua terhadap anak maupun anak terhadap orang tuanya.

Dalam mendidik anak secara Islam, orang bau tanah perlu memahami posisi anak dalam keluarga yakni;

  • Anak sebagai amanah bagi kedua orang tuanya
  • Anak sebagai investasi akhirat
  • Anak sebagai penghibur dan embel-embel bagi orang tuanya
  • Anak sebagai ujian bagi kedua orang tuanya

Untuk menghasilkan anak yang Allah ridha akan dirinya sehingga orang bau tanah pun memperoleh keberkahan dari hadirnya sang anak ditengah keluarga, cara mendidik anak berdasarkan Islam perlu merujuk pada pesan pesan Rasullulah dimulai dengan;

1. Mengisi Anak dengan Iman

Mengenalkan dan mendidik anak ihwal Tauhid lebih didahulukan dari pada mengenalkannya pada Al-quran dan As-sunnah.

Mengisi iman lebih dahulu ialah pondasi awal sebagaimana Rasullulah mengisi Iman kedalam dada dada para sobat yang tidak lain ialah generasi terbaik dari semua generasi yang ada.

Apabila Iman telah diisi maka setiap dibacakan Al-quran dan As-sunnah maka akan semakin tebal Imannya.

Rasullullah SAW bersabda: “Bukalah pengecap bawah umur kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan ketika mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah”.

Sesungguhnya barangsiapa awal dan simpulan pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman, juz 6, hal. 398 dari Ibn abbas)

2. Mendidik Anak Tentang Sholat

Dalam kitab Imam al Baqir dan Imam ash Shadiq ra membuktikan bagaimana seharusnya kita mengenalkan dan mendidik anak ihwal salat. Dimulai dengan :

  • Setelah anak usia 5 tahun dan telah memahami arah, maka coba tanyakan mana bab kanan dan kirinya. Lalu ajarkan padanya arah kiblat dan mulailah mengajaknya salat.
  • Pada usia 7 tahun mulai biasakan ia untuk membasuh muka dan kedua telapak tangannya dan minta padanya untuk melaksanakan salat.
  • Tata cara berwudhu secara penuh mulai diajarkan pada usia 9 tahun. Kewajiban untuk melaksanakan salat serta derma eksekusi kalau meninggalkannya sudah sanggup di terapkan pada usia ini. Karena pada usia ini anak biasanya sudah berilmu memahami akan urutan, hukum dan tata tertib.

:

Beberapa riwayat menjelaskan perlu ketegasan dalam mendidik anak ibarat beberapa hadist berikut ini;

وعن ابن عباس مرفوعا :

“علقوا السوط حيث يراه أهل البيت فإنه لهم أدب “

Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, “Gantungkan cambuk di daerah yang bisa dilihat oleh para penghuni rumah alasannya ialah itu bermanfaat untuk mendidik mereka” [Silsilah Shahihah no 1447].

وقال المناوي أيضا: أي هو باعث لهم على التأدب والتخلق بالأخلاق الفاضلة والمزايا الكاملة التي أكثر النفوس الفاظة تتحمل فيها المشاق الشديدة لما له من الشرف ولما به من الفخار.))

Al Munawi juga mengatakan, “Maksud hadits, keberadaan cambuk itu akan mendorong bawah umur untuk bersikap sopan dan berakhlak dengan adat mulia dan pekerti yang utama, hal yang banyak jiwa bersabar untuk menanggung kesulitan biar bisa memilikinya ialah di dalamnya terdapat kemuliaan dan suatu yang membanggakan”.

3. Perkenalkan Ibadah-Ibadah dan Amalan Lainnya Serta Menerapkannya

Saat anak sudah mendekati usia baligh, maka orang bau tanah perlu mengenalkannya pada shaum (menahan hawa nafsu / puasa lahir dan batin) serta mewajibkan salat.

Selain dari itu juga ditekankan untuk mencari ilmu agama, menghafal Al-Qur’an yang apabila tidak bisa maka perintahkan padanya untuk mencatat.

Namun, jangan buat anak Anda menjadi Gila!!!

Ia, dengan menyuruhnya untuk berguru agama Islam namun menerapkan hukum yang bertentangan dengan hukum Allah maka sanggup mengakibatkan kerusakan psikologis pada Anak.

Oleh karna itu selain mendidik anak secara islam dituntut juga untuk menerapkan jalan hidup yang mengacu pada hukum Islam sebagai ketentuan tertinggi dalam berkeluarga.

Demikian, Wallahu A'lam.