Ada 50 Penceramah Berpaham Radikal Di 41 Masjid, Ini Klarifikasi Tubuh Intelijen Negara (Bin)

Gambar ilustrasi dilansir dari lampungpro.com

BIN sebut Ada 50 penceramah radikal, siapa saja?

BIN menggolongkan ceramah radikal bermuatan intoleransi, ujaran kebencian, mengkafir-kafirkan, dan melawan ideologi Pancasila.

Berikut pernyataan lengkap Wawan Hari Purwanto, selaku juru bicara Kepala BIN!

Badan Intelijen Negara (BIN) meluruskan pernyataan bahwa 41 dari 100 masjid kementerian dan forum terpapar paham radikal. Menurut BIN, yang radikal bukan lah masjid, namun penceramah yang ada pada masjid tersebut.

Hasil temuan BIN dari 41 masjid yang terpapar, sekurangnya ada 50 orang penceramah radikal.

"Penceramah kontennya kita tidak ingin ada intoleransi lah, lalu ujaran kebencian ujaran takfiri, mengkafirkan orang lain dan juga membawa semangat radikal dan juga terkait dengan masalah ideologi Pancasila," terang Wawan dalam konferensi pers di tempat Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa, 20 November 2018.

Dilansir dari liputan6.com, Wawan menambahkan ada tiga golongan kategori ceramah. Rendah, sedang, dan tinggi.

Dia menjelaskan ceramah yang tergolong tinggi apabila sudah membanggakan kelompok radikal menyerupai ISIS dan semacamnya.

"Ini membawa aroma konflik timur tengah, ke sini jadi mengutip ayat perang sehingga menjadikan imbas ke arah perilaku tingkah laris opini dan motivasi," terang dia.

Adapun data awal itu berasal dari survei Rumah Kebangsaan dan Dewan Pengawas P3M (Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat). P3M melaksanakan survei di 100 masjid di lingkungan pemerintah. 41 digolongkan terpapar radikalisme.

"Ini early warning (peringatan dini) kepada kita semua alasannya yaitu yang dituju kenapa lingkungan pemerintah, alasannya yaitu di lingkungan pemerintah ini harus steril untuk hal-hal yang berbau radikal," terang Wawan.

Sementara itu, Wawan tak menjelaskan siapa-siapa saja penceramah dan terafiliasi dengan kelompok-kelompok apa si penceramah tersebut.

Sedangkan untuk masjid yang terpapar juga tak diungkap alasannya yaitu gosip rahasia. Wawan memastikan pengelola masjid tidak ada hubungannya dengan penceramah.

Terhadap penceramah itu, Wawan menuturkan telah melaksanakan pendekatan. Termasuk melaksanakan pengawasan isi ceramah. Itu supaya mencegah terulang kembali ceramah radikalisme. Namun, BIN menegaskan tidak melaksanakan pelarangan terhadap penceramah, hanya upaya komunikasi dan pembinaan.

"Selama sudah memperlihatkan perbaikan kita ijinkan, kita literasi supaya tidak terulang," terang Wawan.

BIN Sudah Melakukan Pendekatan Terhadap Para Penceramah Tersebut

Wawan menyebut pihaknya sudah melaksanakan pendekatan terhadap para penceramah tersebut. Dia menyampaikan ada upaya dari hati ke hati untuk menciptakan perubahan.

"Selama ini kita lakukan pendekatan dan dialogis, kita ingin memperlihatkan literasi, ini kan masalah yang perlu diliterasi dan kesalahpahaman begini dapat terjadi di mana saja, oleh hasilnya tetap harus ada upaya dari hati ke hati itu ada perubahan, alasannya yaitu kita perlu menjaga keamanan dan ketertiban," ujarnya.

Wawan menyampaikan BIN melaksanakan pendekatan dengan berkoordinasi dengan Kementerian Agama (Kemenag) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Segala Seuatu yang Menyangkut Paham Radikal Harus Dibersihkan.

Dilansir dari detik.com, Menko Polhukam Wiranto mengaku sudah mengetahui adanya 50 penceramah yang terpapar paham radikal. Wiranto menegaskan segala seuatu yang menyangkut paham radikal harus dibersihkan.

"Ya bersihkan, awasi, diwaspadai. Kita ajak semua bersihkan itu. Radikalisme, terorisme hingga kapan pun kita bersihkan," kata Wiranto usai menghadiri HUT Paguyuban Jawa Tengah, di TMII, Jakarta Timur, Selasa (20/11/2018).

Pemerintah berdasarkan Wiranto sudah melaksanakan koordinasi untuk mengatasi dan membersihkan paham radikal tersebut.

Menurutnya, ada sejumlah langkah-langkah khusus yang dilakukan pemerintah biar tidak menjadikan kegaduhan di tengah masyarakat.

"Sudah, kita sudah tahu Menteri Agama (Lukman Haikim Saifuddin) sudah tahu itu, tapi kan perlu satu langkah-langkah yang sistematis, terorganisir jangan hingga kita lakukan langkah keras justru dapat menciptakan kegaduhan," jelasnya.

"Kita di tahun politik ini pengen tenang, pengen damai, pengen aman, tentram makanya kita hindari kegaduhan," tambah Wiranto.

Wakil Ketua dewan perwakilan rakyat Fadli Zon mengkritik Badan Intelijen Negara (BIN)

Fadli menilai gosip BIN malah menjadikan kecurigaan.

"Saya kira dengan memperlihatkan pengumuman-pengumuman menyerupai ini akan menjadikan kecurigaan-kecurigaan baru, saling curiga, dan tidak menuntaskan persoalan," kata Fadli di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (21/11/2018).

Menurut Fadli, pengungkapan gosip menyerupai ini harus diiringi pemaparan kriteria yang terang soal radikalisme. Tanpa pemaparan komprehensif, lanjut dia, temuan BIN hanya menjadikan kegaduhan.

"Cara kerja intelijen itu kan cara kerja discreet (hati-hati), silent gitu ya. Bukan terbuka semacam itu dan jikalau mau terbuka sekalian transparan. Apa yang dimaksud dengan radikalisme, apa yang dimaksud terpapar radikalisme, kriteria-kriterianya menyerupai apa, ajaran-ajarannya menyerupai apa, sekalian transparan," jelasnya.

Fadli menyebut sebaiknya temuan ini menjadi materi penilaian terhadap aktivitas deradikalisasi yang diselenggarakan pemerintah.

"Sebenarnya yaitu kiprah daripada aparatur intelijen sekaligus ada aktivitas yang memang didanai juga oleh APBN, apa yang disebut sebagai deradikalisasi. Kaprikornus harusnya aktivitas itu yang harusnya dievaluasi, apakah aktivitas ini berjalan atau tidak," ucap Fadli.

Nah bagaimana berdasarkan Anda?