Apa Yang Terjadi Pada Ruh Sehabis Seseorang Dinyatakan Meninggal? Ini Jawabannya

Gambar gambaran dilansir dari tribunnews.com

Mungkin anda bertanya-tanya...

Dimana Ruh dan bagaimana kondisinya sehabis seseorang dinyatakan meninggal dunia?

Seperti inilah yang terjadi berdasarkan Hadist!

Dimana Ruh dan bagaimana kondisinya sehabis seseorang dinyatakan meninggal dunia?

Pertama:

Diriwatkan Imam Ahmad, no. 17803 dari Bara bin Azib dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya seorang hamba yang beriman, saat terputus dari dunia dan memulai (kehidupan) akhirat, para malaikat turun kepadanya dari langit, wajahnya putih, wajah mereka menyerupai matahari.

Bersamanya kain kafan dari nirwana dan minyak wangi dari surga. Sampai mereka duduk sejauh mata memandang. Kemudian didatangkan malaikan maut alaihissalam.

Lalu dia duduk di kepalanya seraya mengatakan, “Wahai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan keridoan Allah.

Maka (ruh) keluar lepas menyerupai tetasan air yang mengalir dari daerah minuman. Maka dibawanya ruh itu dengan sepenuh perhatian tidak lengah sedikipun. Lalu dibawa dan diletakkan di kafan itu dengan minyak wangi itu, sehingga keluar darinya basi sangat wangi yang didapatkan di atas bumi.

Berkata, “Kemudian dia dibawa naik olehnya, tidaklah melewati sekumpulan malaikat kecuali mereka mengatakan, “Apa gerangan ruh yang baik ini?” mereka menjawab, “Ini fulan bin fulan.” dengan menyebutkan nama terbaiknya yang mereka namakan di dunia.

Hingga selesai dari langit dunia, kemudian mereka meminta izin untuk dibukakan baginya, dan dibukakan untuk mereka, dan setiap makhluk di langit ikut menghantarkan hingga ke langit setelahnya hingga selesai di langit ketujuh.

Maka Allah Azza Wajalla berfirman, “Tulislah kitab hamba-Ku ini di Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi. Karena Saya ciptakan darinya dan ia dikembalikan dan nanti akan di keluarkan lagi.Maka ruhnya dikembalikan ke jasadnya, hingga tiba dua malaikat dan mendudukkannya….” kemudian disebutkan hadits wacana pertanyaan kubur.

Kemudian disebutkan mencabut ruh orang kafir dan mengatakan,

“Mereka membawannya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan mereka mengatakan, “Ruh basi apa ini.” Mereka menyampaikan fulan bin fulan, dengan nama terjelek yang mereka namakan di dunia.

Sampai ke langit dunia. Dan meminta dibukakan, namun tidak dibukakan untuknya.

Kemudian Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

لا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

“Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langitdan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum.” (QS.Al-A’raf: 40)

Maka Allah Azza Wajalla berfirman, “Tulislah kitabnya di Sijjin di bumi yang bawah. Kemudian dilemparkan ruhnya begitu saja dan dibacakan ayat:

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنْ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ (سورة الحج: 22)

“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka ialah ia seakan-akan jatuh dari langit kemudian disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tmpat yang jauh” (QS. Al-Hajj: 31)

Dan ruhnya dikembalikan ke jasadnya dan dua malaikan tiba dan didudukkannya…) kemudian disebutkan pertanyaan kubur. Dinyatakan shahih Albany dalam ‘Shahih Al-Jami’, (1676). Silahkan lihat tanggapan soal no. 4395.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Dalam hadits ini disimpulkan bahwa ruh tetap sehabis berpisah dari badan. Berbeda dengan kesesatan orang-orang mutakallimin yang menyampaikan bahwa dia naik dan turun, juga berbeda dengan kesesatan orang hebat filsafat yang menyampaikan bahwa dia dikembalikan ke badan. Hadits ini juga mengndung pemahaman bahwa mayit ditanya maka dia akan diberi nikmat atau diazab.” (Majmu Fatawa, 4/292).

Diriwayatkan Ibnu Majah, (4262) dari Abu Hurairah dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“Mayit didatangi oleh Malaikat, kalau dia orang baik, para Malaikat berkata, “Keluarlah wahai jiwa yang baik, dahulu berada di jasad yang baik. Keluarlah dengan mulia dan diberi kabar bangga dengan ruh dan raihan. Dan Tuhan tidak marah. Hal itu terus dikatakan menyerupai itu hingga (ruhnya) keluar.

Kemudian dinaikkan ke langit, kemudian dibukakan baginya. Maka dikatakan, “Siapa ini?” Mereka mengatakan, “Fulan.” Lalu dikatakan, “Selamat tiba jiwa yang baik. Dahulu engkau berada dalam jasad yang baik. Keluarlah dengan mulia, dan beri kabar bangga dengan ruh dan raihan dan bahwa Tuhan tidak marah. Senantiasa dikatakan menyerupai itu hingga di langit daerah Allah Azza Wa Jalla berada.

Kalau orangnya buruk, berkata, “Keluarlah wahai jiwa yang buruk, dahulu engkau berada di tubuh yang buruk. Keluarlah dalam kondisi hina. Beri kabar bangga dengan Hamim dan Gossak dan lainnya berbentuk berpasangan. Senantiasa dikatakan menyerupai itu hingga (ruhnya) keluar.

Kemudian dinaikkan ke langit. Tidak dibukakan baginya. Dikatakan, “Siapa ini? Dikatakan, “Fulan. Dikatakan, “Tidak ada selamat tiba dengan jiwa yang buruk. Dahulu di tubuh yang jelek. Keluarlah dalam kondisi hina. Sesungguhna dia tidak dibukakan pintu-pintu langit. Maka dilemparkannya dari langit kemudian hingga ke kuburan.” (Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Pada dua hadits ini, ada klarifikasi kondisi ruh sehabis mati dan sebelum dikubur.

Yaitu jikalau ruh seorang hamba mukmin, maka para Malaikat memperlihatkan kabar bangga sebelum dicabut dengan ampunan dan keridoan Allah. Kemudian diolesi minyak wangi kemudian diangkat dalam kondisi senang menghadap Tuhannya Subhanahu wa taala. Maka Allah berfirman, “Catatlah kitab hamba-Ku di Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi.”

Kemudian ruh dikembalikan ke jasad asalnya. Kemudian pemiliknya ditanya di kuburan, maka Allah kuatkan dengan tanggapan yang niscaya dan dihamparkan kuburannya sejauh pandangan mata.

Kalau ruh orang kafir, maka para Malaikat memberi kabar bangga dengan neraka dan kemurkaan Allah, kemudian dinaikkannya dalam kondisi busuk, hina dan ketakutan.

Pintu-pintu langit tidak dibukakkan. Kemudian dilemparkan ke bumi dan dikembalikan ke jasadnya. Pemiliknya mendapatkan fitnah dikuburannya dan disempitkan dan didatangkan panas dan hembusan neraka.

Masa antara dicabut ruh dan dikuburkan serta pertanyaan di kubur bagi orang beriman ialah rihlah pertama kali menuju kebahagiaan selamanya. Karena dia diberi kabar bangga dengan nirwana dan kenikmatan yang kekal. Ditulis pada kitabnya di Illiyyin. Di sana ruh bangga dan bahagia, tidak sengsara selamanya.

Sementara bagi orang kafir, itu ialah awal rihlah siksaan selamanya. Karena Allah murka kepadanya dan tidak diizinkan membuka pintu-pintu langit, tidak juga pintu rahmat baginya. Ditulis di kitab Sijil, disana ruhnya sengsara, tidak senang selamanya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahulah mengatakan, “Seluruh hadits shahih dan mutawatir memperlihatkan bahwa ruh kembali ke badan. Permasalahannya ialah jikalau dikatakan tubuh tanpa ruh. Ini pendapat yang dikatakan sebagian orang, tetapi dingkari oleh jumhur. Begitu juga permasalahan ruh tanpa badan. Ini dikatakan oleh Ibnu Maisarah dan Ibnu Hazm. Kalau menyerupai itu, maka dalam kuburan tidak ada pengkhususan untuk ruh.” (Majmu Fatawa, 5/446).

Kedua:

Dilansir dari islamqa.info, permasalah ini termasuk problem mistik seharusnya orang muslim menerimanya tidak bertanya wacana bagaimana caranya, alasannya ialah kehidupan barzah tidak seorang pun yang mengetahui cara dan esensinya kecuali Allah.

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya, “Sesungguhnya kematian insan maksudnya ialah keluarnya ruh dari jasad. Ketika dikuburkan apakah ruh kembali ke jasadnya atau kemana ia pergi? Jika ruh kembali ke jasad di kuburan, bagaimana hal itu?

Maka ia menjawab, “Terdapat riwayat dari Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bahwa jenazah saat meninggal, maka ruhnya akan dikembalikan lagi kepadanya waktu di kuburnya. Dan ditanya wacana Tuhan, agama dan nabinya.

Maka Allah kuatkan orang yang beriman dengan ucapan yang besar lengan berkuasa di kehidupan dunia dan akhirat.

Seraya orang mukmin mengatakan, “Tuhanku Allah, agamaku Islam dan nabiku Muhammad."

Sementara orang kafir atau munafik, saat ditanya dia menjawab, “Ha-ha-ha, saya tidak tahu, saya mendengar orang menyampaikan sesuatu dan saya ikut mengatakannya."

:

Pengembalian ini –maksudnya pengembalian ruh ke tubuh dalam kubur- bukan menyerupai kejadian ruh insan ke badannya di dunia, alasannya ialah ia kehidupan barzah kita tidak mengetahui hakekatnya.

Kita tidak diberi tahu wacana hakekatnya di kehidupan ini. Semua urusan mistik yang kita tidak diberitahu tentangnya, maka kewajiban kita terhadapnya ialah tawaquf (berhenti tidak perlu mendalami).

Berdasarkan firman Allah ta’ala:

وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً (سورة الإسراء: 36)

“Dan janganlah kau mengikuti apa yang kau tidak memiliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36) (Fatawa Nurun ‘Ala Ad-Darbi’ karangan Syekh Utsaiin, 4/2, dengan penomoran syamilah).

Demikian, Wallahu A'lam.