Biar Nggak Salah Persepsi! Ini Alasan Hijab Di Judo Dilarang, Dapat Bahayakan Atlit


Miftahul Jannah meninggalkan arena sehabis didiskualifikasi dari pertandingan kelas 52 kg blind judo Asian Para Games 2018 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Senin (8/10). (Foto: dok. Antara Foto)

Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa hijab di Judo dilarang?

Seperti yang baru-baru ini  dialami Miftahul Jannah, atlet judo yang tolak lepas hijab sampai di diskualifikasi banyak menjadi perbincangan.

Biar nggak salah persepsi, ini penjelasannya kenapa hijab dihentikan dalam Judo.

Miftahul Jannah didiskualifikasi sebab menolak memenuhi hukum cabor judo di Asian Para Games, yakni melepas hijabnya. Keamanan menjadi alasan utama pelarangan tersebut.

Miftahul, yang turun di blind judo kategori Low Vision, diminta melepas hijab sebelum bertarung melawan Oyun Gantulga. Miftahul menolak memenuhi hukum tersebut dan ia harus mendapatkan keputusan diskualifikasi.

"Permasalahan itu sebab aturan. Aturan di judo itu atlet tidak diperkenankan menggunakan hijab pada dikala masuk matras. Hanya masuk matras saja. Tapi, sebab atlet ini tidak mau melepas dan memang sudah prinsip, mau bagaimana lagi. Itu juga sudah peraturan," kata penanggung jawab pertandingan judo Asian Para Games 2018, Ahmad Bahar, ibarat dikutip dari detik.com.


Sebenarnya, pelarangan terhadap judoka bertarung menggunakan hijab pernah juga terjadi di Olimpiade 2012, yang dikala itu dilangsungkan di London.

Judoka asal Arab Saudi, Wojdan Shaherkani, sempat dihentikan main sebab menggunakan hijab.

Juru bicara federasi judo dunia ketika itu, Nicolas Messner, menyampaikan pelarangan penggunaan hijab semata sebab alasan keamanan.

Karena di judo kedua petarung saling rangkul dan piting, dikhawatirkan hijab bisa mencekik leher dan membahayakan si atlet sendiri.

"Di judo, kami saling mencengkeram dan memiting leher, jadi hijab bisa berbahaya," ucap Messner sambil menambahkan bahwa cabang bela diri dari Jepang itu tidak mengenal perbedaan politik atau agama.

"Satu-satunya perbedaan di antara kompetitor (petarung judo) yaitu level kemampuan judo mereka," tegas Messner dikutip dari Aljazeera.

Pada dikala itu, Wojdan Shaherkani pada kesudahannya bisa tetap bertanding dan mencetak sejarah menjadi atlet Arab Saudi pertama yang tampil di Olimpiade.

Dia bisa bertarung sehabis mengganti hijab dengan semacam epilog kepala.


Untuk diketahui

Ketua Umum Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia, Senny Marbun, menyampaikan instruktur judo atlet disabilitas Indonesia tidak mengetahui hukum larangan penggunaan jilbab di kompetisi internasional ibarat Asian Para Games 2018.

Itulah alasan Miftahul Jannah, kesudahannya terpaksa harus didiskualifkasi dikala akan bertanding melawan wakil Mongolia, Oyun Gantulga, di kelas 52 kg, Senin (8/10/2018).

Senny Marbun menjelaskan, para instruktur judo sebetulnya sudah diberitahu ihwal hukum itu.

Namun, hukum larangan berjilbab itu kemungkinan belum dimengerti sebab terkendala bahasa.

"Pelatih judo kami tidak sanggup berbahasa Inggris dan tidak tahu hukum larangan berjilbab ketika ada rapat delegasi teknis dari Komite Paralimpiade Asia," kata Senny dalam jumpa dikutip dari Antara.com.

"Dia juga tidak meminta tolong kepada sesama instruktur untuk menerjemahkan hukum itu. Prinsipnya dalam olahraga tidak ada diskriminasi," ujar Senny menambahkan.

Senny lalu meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia sebab NPC juga turut bertanggung jawab sehingga Miftahul Jannah didiskualifikasi.