Bunda Mau Sehat, Mulia, Senang Serta Masuk Surga? Begini Caranya


Foto: Keluarga Bahagia (ruangmuslimah.com)
Mungkin Anda bertanya-tanya lezat bener bisa sehat, mulia, senang serta masuk nirwana sekaligus. Bagaimana caranya?

Kuncinya cuma satu! " Makara ibu rumah tangga yang baik".

Nggak percaya? Berikut bukti-buktinya!

Menjadi ibu rumah tangga sangat berpotensi menjadi senang dunia-akhirat, terkhusus jikalau belum dewasa yang dididiknya tumbuh menjadi orang yang sholeh dan sholehah.

Memang benar ibu rumah tangga tidak bisa dikenal layaknya artis alasannya yakni memang pekerjaannya di dalam rumah.

Bahkan ibu rumah tangga mungkin tidak bisa berpenghasilan dengan pekerjaan yang tak terkira di dalam rumah.

Tetapi, harus jujur diakui bahwa kesuksesan keluarga berawal dari ibu yang baik didalam rumah.

Kita contohkan saja kenakalan remaja yang sekarang sudah mengarah pada kejahatan remaja, salah satunya dikarenakan hilangnya kiprah seorang ibu di dalam rumah.

Banyaknya orang bau tanah yang super sibuk di kota-kota besar, mengakibatkan interaksi mereka dengan buah hatinya tidak berjalan secara sempurna, sehingga banyak anak merasa tidak diperhatikan dan balasannya terjerumus pada pergaulan yang merugikan.

Kembali Pada Tugas Utama seorang Istri

Memang tidak semua perempuan yang menentukan berkarir semata-mata alasannya yakni aib menjadi ibu rumah tangga.

Sebagian alasannya yakni situasi dan kondisi yang mengharuskan istri ikut turun ke medan kerja, untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang boleh jadi belum bisa diatasi seorang diri oleh suami.

Tetapi, Islam telah menegaskan bahwa kiprah atau kiprah utama yang harus dijalankan oleh seorang muslimah sebagai istri dan ibu yakni mengurus rumah tangga, mendidik anak, menjaga harta suami, menuntaskan pekerjaan-pekerjaan rumah yang tak kalah beratnya dari pekerjaan suami untuk memenuhi nafkah.

Jika mempunyai bayi, maka kiprah utama seorang ibu yakni menyusui anaknya, selama dua tahun, jikalau ingin tepat penyusuannya.

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah [2]:233).

Adapun kewajiban mencari nafkah, Islam tidak menawarkan beban tersebut kepada istri, tetapi dibebankan kepada suami.

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.” (QS. Al-Baqarah [2]: 233)

Suami berkewajiban untuk menawarkan nafkah kepada istri dan belum dewasa ibarat yang diperintahkan dalam ayat diatas.

Dan kewajiban untuk menawarkan nafkah kepada istri dan belum dewasa berlaku meski suami miskin atau istri dalam keadaan kaya atau berkecukupan.

Hendaklah orang yang bisa memberi nafkah berdasarkan kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rizkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan menawarkan kelapangan setelah kesempitan.” (QS: Ath Thalaaq [65]: 7).

Menjadi Sehat, Mulia, Bahagia Serta Masuk Surga dengan Menjadi Ibu Rumah Tangga

Ada banyak laba menjadi ibu rumah tangga yang lingkupnya tidak saja di dunia, tetapi juga di akhirat, ibarat dikutip dari parentingislami.com


Pertama, sehat.

Seorang ibu yang mengasuh buah hatinya sendiri cenderung akan lebih sehat.

Karena seorang ibu apalagi yang masih menyusui akan dihadapkan dengan kondisi-kondisi tertentu yang seringkali memaksanya untuk jalan cepat, berlari, atau bergerak sigap.

Misalnya bayi sedang menangis, maka secara impulsif seorang ibu akan pergi berlari menuju bayi mungilnya. Kejadian ibarat itu boleh jadi berlangsung sepanjang hari.

Kesigapan seorang ibu ketika bangun dari dingklik dan berlari menghampirinya bisa melatih daya tahan ibu (endurance).

Lebih dari itu ketika bayi sudah berumur enam bulan ke atas, biasanya seorang ibu akan tertarik untuk bermain dengan bayinya.

Seorang ibu akan dibentuk gemas oleh bayinya ketika tersenyum atau mungkin tertawa, sehingga merangsang ibu untuk mengabil bayinya kemudian mengayunnya ibarat pesawat, bermain kuda-kudaan, atau mengelitikinya.

Aktivitas semacam itu akan terjadi dalam keseharian seorang ibu, dan itu berarti seorang ibu telah melakuakan latihan fleksibilitas.


Kedua, mulia.

Dalam Islam, seorang ibu yakni insan pertama dan utama yang harus ditaati, dipatuhi dan dihormati oleh seorang anak.

Jadi, Islam menempatkan kaum ibu sebagai insan paling mulia di muka bumi ini.

Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk kupergauli dengan baik?” Beliau berkata, “Ibumu.” Laki-laki itu kembali bertanya, “Kemudian siapa?”, tanya pria itu. “Ibumu”, jawab beliau, “Kemudian siapa?” tanyanya lagi. “Kemudian ayahmu”, jawab beliau.” (HR. Bukhari).

Sementara itu di dalam Al-Qur’an Allah berfirman,

Dan Kami perintahkan kepada insan (untuk berbakti kepada) kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun” (QS: Luqman [31] : 14).

‘Atha` bin Yasar berkata, “Aku pergi kemudian bertanya kepada Ibnu ‘Abbas, ‘Kenama engkau menanyakan wacana kehidupan ibunya (masih hidup atau tidak)?’ “Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menjawab, “Sungguh saya tidak mengetahui adanya suatu amalan yang lebih mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla daripada berbakti kepada ibu.” (HR: Bukhari).

:

Ketiga, bahagia.

Menjadi ibu rumah tangga sangat berpotensi menjadi senang dunia-akhirat, terkhusus jikalau belum dewasa yang dididiknya tumbuh menjadi orang yang sholeh dan sholehah.

Setidaknya itulah yang dirasakan oleh ibunda dari Imam Syafi’i dan Imam Bukhari.

Kedua ulama itu besar dengan bimbingan seorang ibu yang tekun dan sabar dalam mendidik putranya, sehingga keduanya tumbuh cendekia balig cukup akal menjadi insan ‘penyelamat’ aliran Islam.

Dari kedua tangan ulama besar itu, lahirlah aneka macam macam kitab yang sangat diperlukan umat insan sampai final zaman.

Bukankah hal tersebut yakni kebahagiaan tiada tara yang selalu diinginkan seorang ibu kepada anak-anaknya?


Keempat, Masuk surga.

Anak yang sholeh dan sholehah yakni jalan orang bau tanah masuk surga.

Rasulullah bersabda, "Apabila seorang anak Adam mati putuslah amalnya kecuali tiga perkara : sedekah jariah atau ilmu yang memberi manfaat kepada orang lain atau anak yang sholeh yang berdoa untuknya.” (HR. Muslim).

Jadi, tidak ada investasi terbesar yang mutlak menguntungkan selama-lamanya selain mendidik belum dewasa kita sendiri.

Baik untuk masa depan mereka menjadi insan didunia, juga untuk orangtua di akhirat.

Coba kita renungkan bersama, adakah ibu yang paling senang di muka bumi ini selain daripada ibu yang mempunyai anak yang sholeh dan sholehah dan selalu mendoakan keduanya?

Maka, alasan apalagi yang akan dikemukakan, sementara laba mengasuh anak itu sangat luar biasa?

Demikian, Wallahu A'lam.