Jangan Pernah Usir Anak Kecil Yang Ramai Di Masjid, Alasannya Bekerjsama Mereka...



Image from hidayatullah.com

Benarkah mengusir anak kecil yang ramai di masjid sama saja dengan mengusir malaikat...?

Ketahui fakta-fakta perihal ramainya anak kecil di masjid melalui sejumlah hadist berikut ini.

Jika bawah umur muslim berlari riang tawa di masjid itu lah ciri khas bawah umur tetapi kalau yang berlari dan tertawa itu orangtua gres layak di usir.

Seperti yang dikutip dari hidayatullah.com, mereka sebenarnya "Malaikat" yang sedang bergembira di rumah Robb-Nya Bahkan Hasan dan Husein pernah menaiki badan Rasulullah ketika mengimami sholat para sahabat Rasulullah sujud begitu usang hingga ada sahabat yg bertanya "mengapa usang sekali sujudmu ya Rasulullah" rasul menjawab "Tadi Hasan dan Husein naik di tubuhku, saya khawatir kalau saya bangun mereka terjatuh, ku biarkan mereka puas bermain".

:

Berikut beberapa kasus penanganan yang dilakukan oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pada bawah umur di masjid. 

Tulisan ini diperlukan sebagai pelajaran, biar kita sanggup meneladani baginda Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam.

Pertama, ialah Sahabat Nabi yang berjulukan Syaddad ra meriwayatkan, bahwa Rasulullah tiba – ke masjid- mau shalat Isya atau Zuhur atau Asar sambil membawa -salah satu cucunya- Hasan atau Husein, kemudian Nabi maju kedepan untuk mengimami shalat dan meletakkan cucunya di sampingnya, kemudian nabi mengangkat takbiratul ihram memukai shalat.

Pada ketika sujud, Nabi sujudnya sangat usang dan tidak biasanya, maka saya belakang layar mengangkat kepala saya untuk melihat apa gerangan yang terjadi, dan benar saja, saya melihat  cucu nabi sedang menunggangi belakang nabi yang sedang bersujud, sesudah melihat kejadian itu saya kembali sujud bersama makmum lainnya.

Ketika selesai shalat, orang-orang sibuk bertanya, “wahai Rasulullah, baginda sujud sangat usang sekali tadi, sehingga kami sempat mengira telah terjadi apa-apa atau baginda sedang mendapatkan wahyu”.  Rasulullah menjawab, “tidak, tidak, tidak terjadi apa-apa, cuma tadi cucuku mengendaraiku, dan saya tidak mau memburu-burunya hingga dia menuntaskan mainnya dengan sendirinya.” (HR: Nasa’i dan Hakim)

عن شداد رضي الله عنه قال: خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم في إحدى صلاتي العشي الظهر أو العصر وهو حامل حسناً أو حسيناً، فتقدم النبي صلى الله عليه وسلم فوضعه عند قدمه ثم كبر للصلاة، فصلى، فسجد سجدة أطالها!! قال: فرفعت رأسي من بين الناس، فإذا الصبي على ظهر رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو ساجد! فرجعت إلى سجودي، فلما قضى رسول الله صلى الله عليه وسلم الصلاة، قال الناس: يا رسول الله إنك سجدت سجدة أطلتها حتى ظننا أنه قد حدث أمر أو أنه يوحى إليك؟ قال: “كل ذلك لم يكن، ولكن ابني ارتحلني، فكرهت أن أعجله حتى يقضي حاجته” (رواه النسائي والحاكم وصححه ووافقه الذهبي)

Kedua, Abdullah Bin Buraidah meriwayatkan dari ayahandanya: Rasulullah sedang berkhutbah -di mimbar masjid.

kemudian -kedua cucunya Hasan dan Husein tiba bermain-main ke masjid dengan memakai kemeja kembar merah dan berjalan dengan  sempoyongan jatuh bangun lantaran memang masih bayi, kemudian Rasulullah turun dari mimbar masjid dan mengambil kedua cucunya itu dan membawanya  naik ke mimbar kembali.

Lalu Rasulullah berkata, “Maha Benar Allah, bahwa harta dan bawah umur itu ialah fitnah, kalau sudah melihat kedua cucuku ini saya tidak sanggup sabar.” Lalu Rasulullah kembali melanjutkan khutbahnya. (HR: Abu Daud)

وعن عبد الله بن بريدة عن أبيه رضي الله عنه قال: خطبنا رسول الله صلى الله عليه وسلم، فأقبل الحسن والحسين رضي الله عنهما عليهما قميصان أحمران يعثران ويقومان، فنزل فأخذهما فصعد بهما المنبر، ثم قال: “صدق الله، إنما أموالكم وأولادكم فتنة، رأيت هذين فلم أصبر”، ثم أخذ في الخطبة (رواه أبو داود).

Ketiga, dalam Hadis lain diceritakan, bahwa Rasulullah shalat, dan bila ia sujud maka Hasan dan Husein bermain menaiki belakang Rasulullah.

Lalu, jikalau ada sahabat-sahabat yang ingin melarang Hasan-Husein maka Rasulullah memberi kode untuk membiarkannya, dan apabila sesudah selesai shalat rasulullah memangku kedua cucunya itu. (HR: Ibnu Khuzaimah)

وفي حديث آخر: كان الرسول صلى الله عليه وسلم يصلي، فإذا سجد وثب الحسن والحسين على ظهره، فإذا منعوهما أشار إليهم أن دعوهما، فلما قضى الصلاة وضعهما في حجره (رواه ابن خزيمة في صحيحه).

Keempat, Abu Qatadah ra mengatakan: “Saya melihat Rasulullah saw memikul cucu perempuannya yang berjulukan Umamah putrinya Zainab di pundaknya, apabila ia shalat maka pada ketika rukuk Rasulullah meletakkan Umamah di lantai dan apabila sudah kembali berdiri dari sujud maka Rasulullah kembali memikul Umamah.” (HR. Bukhari & Muslim)

وقال أبو قتادة رضي الله عنه: رأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وأمامة بنت العاص -ابنة زينب بنت الرسول صلى الله عليه وسلم- على عاتقه، فإذا ركع وضعها وإذا رفع من السجود أعادها (رواه البخاري ومسلم).

Kelima, pada Riwayat Lain Dari Abu Qatadah, menyampaikan “……… pada ketika rukuk Rasulullah meletakkan Umamah di lantai dan apabila sudah kembali berdiri dari sujud maka Rasulullah kembali memikul Umamah. Dan Rasulullah terus melaksanakan hal itu pada setiap rakaatnya hingga beliu selesai shalat.” (HR:Nasa’i)

وفي رواية أخرى عن أبي قتادة رضي الله عنه قال: بينما نحن جلوس في المسجد إذ خرج علينا رسول الله صلى الله عليه وسلم يحمل أمامة بنت أبي العاص بن الربيع -وأمها زينب بنت رسول الله صلى الله عليه وسلم- وهي صبية يحملها، فصلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وهي على عاتقه يضعها إذا ركع ويعيدها إذا قام، حتى قضى صلاته يفعل ذلك بها (رواه النسائي).

Keenam, dalam hadis yang lain Rasulullah berkata, “Kalau sedang shalat, terkadang saya ingin shalatnya agak panjangan, tapi kalau sudah mendengarkan tangis anak kecil -yang dibawa ibunya ke masjid- maka sayapun menyingkat shalat saya, lantaran saya tau betapa ibunya tidak lezat hati dengan tangisan anaknya itu.” (HR: Bukhari Dan Muslim)

وفي حديث آخر: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “إني لأدخل في الصلاة وأنا أريد إطالتها فأسمع بكاء الصبي فأتجوّز في صلاتي مما أعلم من شدة وجد أمه من بكائه” (رواه البخاري ومسلم).

Ketujuh, Anas meriwayatkan, “Pernah Rasulullah shalat, kemudian ia mendengar tangis bayi yang dibawa serta ibunya shalat ke masjid, maka Rasulullah pun mempersingkat shalatnya dengan hanya membaca surat ringan atau surat pendek. (HR: Muslim)

وفي رواية أخرى: قال أنس رضي الله عنه: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يسمع بكاء الصبي مع أمه وهو في الصلاة فيقرأ بالسورة الخفيفة أو بالسورة القصيرة (رواه مسلم).

Kedelapan, pada hadis lain diriwayatkan bahwa Nabi memendekkan bacaannya pada ketika shalat Subuh (dimana biasanya selalu panjang), kemudian sahabat bertanya: “Ya Raslullah kenapa shalatnya singkat, enggak biasanya? Rasulullah menjawab, “saya mendengar bunyi tangis bayi, saya kira ibunya ikutan shalat bersama kita, saya kasihan dengan  ibunya.” (HR:  Ahmad)

وفي حديث آخر أن النبي صلى الله عليه وسلم: جوّز ذات يوم في الفجر -أي خفف- فقيل: يا رسول الله، لم جوزت؟! قال: “سمعت بكاء صبي فظننت أن أمه معنا تصلي فأردت أن أفرغ له أمه” (رواه أحمد بإسناد صحيح).

Sembilan, Sahabat Nabi Yang Bernama Rabi’ menceritakan bahwa pada suatu pagi hari Asyura Rasululah mengirim pesan ke kampung-kampung sekitar kota Madinah, yang bunyinya “Barang siapa yang sudah memulai puasa dari pagi tadi maka silahkan untuk menuntaskan puasanya, dan bagi yang tidak puasa juga silahkan terus berbuka”. Sejak saat  itu kami senantiasa terus berpuasa pada hari Asyura, begitu juga bawah umur kecil kami banyak yang ikutan berpuasa dengan kehendak Allah, dan kami pun ke masjid bersama anak-anak. Di masjid kami menyiapkan mainan khusus buat bawah umur yang terbuat dari wool. Kalau ada dari bawah umur itu yang tidak berpengaruh berpuasa dan menangis minta makan maka kamipun memberi masakan bukaan untuknya”. (HR. Muslim)

وعن الربيع بنت معوذ رضي الله عنها قالت: أرسل رسول الله صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار التي حول المدينة: “من كان أصبح صائماً فليتم صومه، ومن كان أصبح مفطراً فليتم بقية يومه” فكنا بعد ذلك نصومه ونصوم صبياننا الصغار منهم إن شاء الله، ونذهب إلى المسجد فنجعل لهم اللعبة من العهن، فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناها إياه عند الإفطار (رواه مسلم)،

Demikianlah betapa Rasulullah dan para Sahabat memanjakan bawah umur di masjid meski tidak mengecewakan seru lantaran yang namanya bawah umur pasti akan mengakibatkan aneka macam gangguan keributan dan tangisan yang mengakibatkan shalat atau ibadah jadi terganggu.

Namun, ada saja oknum pengurus masjid yang tetap ngotot ingin mengusir bawah umur dan menjauhkan mereka dari masjid dengan berdalil kepada hadis lemah yang berbunyi:

“Jauhkan masjid Anda dari bawah umur dan orang gila.”

“جنبوا مساجدكم صبيانكم ومجانينكم”

“Hadis diatas lemah dan tidak terang asalnya dari mana, sehingga tidak sanggup dijadikan dalil”. Begitu kata para ulama Hadis, menyerupai Al-Bazzar dan Abdul Haq Al-Asybili. Sebagaimana Ahli Hadis Imam Al-Hafiz Ibnu Hajar dan Ibnu Al-Jauzi dan Al-Munziri dan Haitsami dan ulama-ulama lain juga melemahkan hadis tersebut.

Banyak kalangan awam yang mengira bahwa hadis tersebut benar diriwayatkan dari Rasulullah sehingga menciptakan mereka senang benar  mengusir bawah umur dari masjid dan sangat tidak suka kalau melihat bawah umur bermain di masjid. Ini ialah perilaku dan tindakan yang sangat salah dan tidak benar.

Yang benar ialah Islam sangat peduli dengan anak-anak, dan memerintahkan para ayah dan orang renta kerabat yang bertanggungjawab pada bawah umur untuk menyuruh anak-anaknya shalat semenjak umur 7 tahun.

Dan kawasan yang benar dalam mengajarkan bawah umur shalat dan membaca Al-Quran dan hukum-hukum tajwid dan materi-materi keislaman lainnya, ialah Masjid.

Seperti itu petunjuk dan pedoman yang diajarkan Rasulullah pada ummatnya terkait interaksi kita kepada bawah umur di masjid. Sehingga siapapun dihentikan mengusir bawah umur dari masjid, alasannya mereka ialah pemuda-pemuda cita-cita masa depan.

Allah memerintahkan kita biar meneladani Rasulullah pada segala hal, baik terkait urusan dunia maupun akhirat, sehingga sudah selayaknyalah kita mengikuti dan meladani Rasulullah dalam membiasakan bawah umur kita untuk mendatangi masjid dan bermain di masjid, serta tidak membiarkan mereka ngumpul-ngumpul tidak terang di ujung gang atau jalan yang hanya akan mengakibatkan susila mereka menjadi buruk lantaran imbas lingkungan dan teman-teman mereka yang tidak sehat.

Dan andainya pun sebahagian bawah umur yang tiba ke masjid sering menjadi gangguan bagi orang-orang yang sedang shalat, baik lantaran bunyi tangisan mereka, jeritan dan lengkingan suara, namun jamaah masjid dihentikan meresponnya dengan garang atau memarah-marahi bawah umur tersebut atau orang renta anak-anak, yang hanya akan menambah-menambah keributan gres saja.

Serahkan hal itu kepada para pengurus masjid atau arif balig cukup akal masjid untuk menuntaskan problem bawah umur tersebut dengan bijak dan baik menyerupai metode yang dilakukan oleh Rasulullah.

Dan yang perlu diingat dan dicatat dan diamalkan ialah perilaku lemah lembut dalam menuntaskan problem bawah umur di masjid.

Rasulullah pernah bersabda, “Segalanya sesuatu yang dibarengi dengan kelembutan pasti akan membuatnya menjadi lebih manis dan indah. Jika kelembutan terenggut, segalannya akan menjadi rusak dan jelek.” (HR: Muslim)

“إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه ولا ينزع من شيء إلا شانه” (رواه مسلم).

Rasulullah ialah contoh terbaik bagi kita. Pernah terjadi seorang Arab Badui masuk ke dapam  Masjid Nabawi, kemudian Si Badui buang air kecil di dalam masjid itu. Melihat si badui pipis di masjid maka para sahabat nabi marah.

Menanggapi hal ini Nabi pun menyelesaikannya dengan  bijak dan lembut dan berkata, “Biarkanlah badui itu, nanti jikalau pipisnya sudah selesai mohon basuh dan siram kencingnya itu dengan air. Kalian -umat islam- ini  diutus bukan untuk bikin repot, melainkan untuk mempermudah.” (HR: Bukhari & Muslim)

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قام أعرابي فبال في المسجد!! فتناوله الناس، فقال لهم النبي صلى الله عليه وسلم: “دعوه، وهريقوا على بوله سجلاً من ماء أو ذنوباً من ماء فإنما بعثتم ميسرين ولم تبعثوا معسرين” (رواه البخاري ومسلم).

Islam melarang mengusir bawah umur keluar masjid. Islam justru mewajibkan umatnya  membiasakan bawah umur tiba ke masjid untuk berguru shalat, belajar  membaca Al-Quran, berguru tajwid dan berguru aturan syariat lainnya.

Semoga bermanfaat...