Maaf Suamiku... Alasannya Yaitu 3 Hal Ini, Saya Tak Akan Pernah Mentaatimu!!


Gambar ilustrasi dilansir dari asalbagikan.blogspot.com

Maaf suamiku...

Aku sungguh mencintaimu dan selalu ingin patuh kepadamu. Namun suamiku, saya juga menyayangi Rabb ku bererta RasulNya.

Oleh alasannya ialah itu maafkan istrimu ini suamiku, kerna 3 hal ini saya tak akan pernah mentaatimu...

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لأَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللَّهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ

Seandainya saya memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu saya akan memerintah para perempuan untuk sujud pada suaminya alasannya ialah Allah telah menyebabkan begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud no. 2140, Tirmidzi no. 1159, Ibnu Majah no. 1852 dan Ahmad 4: 381. Syaikh Al Albani menyampaikan bahwa hadits ini shahih)

Melalui hadits mulia ini, Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam ingin memberikan pesan kepada para istri, termasuk kepadaku. Bahwa suami mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, suami layaknya nahkoda yang mengatur jalannya rumah tangga kala mengarungi lautan kehidupan.

Ketaatan istri kepada suami bukan hanya alasannya ialah suami telah menafkahinya, melindunginya, dan memenuhi segala kebutuannya. Akan tetapi lebih dari itu, ketaatan istri kepada suami ialah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah ta’ala.

Namun suamiku, dalam hal ini Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam telah menuturkan satu kaidah agung yang harus kita pahami.

Sejauh manakah kewajiban taat seorang istri kepada suaminya? Apakah ia merupakan ketaatan mutlak tanpa batas? Ketaatan yang menyebabkan istri layaknya budak kepada tuannya? Ataukah ada suatu kondisi di mana ketaatan itu boleh dilanggar, atau bahkan wajib didurhakai?

Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah Azza wa Jalla.

Beliau – shollallohu ‘alaihi wa sallam – juga bersabda,

Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam hal yang ma’ruf.

Oleh alasannya ialah itu suamiku, ketaatan ku sebagai seorang istri kepada dirimu haruslah ku sesuaikan dengan ketaatanku kepada Allah ta’ala.

Sebab, kalau kewajiban taat dan patuh kepada mu sangatlah besar, maka kewajibanku taat dan patuh kepada Allah, tentu lebih besar lagi, alasannya ialah Allah-lah yang telah membuat saya dan kamu, dan mengikatkan tali cinta suci di antara kita.

Suamiku, ada 3 hal yang membuat saya tak mentaatimu.

1. Berbuat Syirik atau Kufur

Maaf suamiku, saya tak akan pernah berbuat kesyirikan.

Meski engkau tidak senang, tidak ridha, murka, atau bahkan hendak menceraikanku, saya akan tetap pada pendirianku.

Syirik akan menjerumuskan kita ke neraka jahanam, dan tak akan pernah di ampuni oleh Allah SWT.

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisa’: 48).

Karena kecintaanku pada Rabb ku dan juga kepadamu suamiku, saya tak ingin kita berdua terjerumus pada pedihnya neraka.

2. Membuka Aurat di daerah umum

Meski kau ingin saya tampil sexy, tampil mempesona di mata orang lain, saya tak akan pernah mau.

Sebab kecantikanku, dan semua yang ada pada tubuhku hanya untuk dirimu suamiku.

Jikapun saya mematuhimu, berarti saya telah durhaka kepadamu dan juga kepada Allah SWT.

3. Minta Dilayani di Ranjang, Sedangkan Istri Dalam Keadaan Haidh, atau Suami Minta Jimak Melalui Dubur

Memang saya tidak diperkenankan menolak usul mu suamiku, jikapun saya menolak (tanpa alasan syar’i), maka saya akan dilaknat sampai kau ridha.

Namun demi suatu hikmah dan kemaslahatan, Islam telah mengatur rambu-rambu bagi suami istri dalam berafiliasi intim, dan kalau rambu-rambu itu dilanggar, maka mereka akan terjatuh ke dalam dosa.

Di antara rambu-rambu itu ialah tidak boleh berafiliasi intim dikala istri sedang haidh, oleh alasannya ialah itu istri harus menolak usul suami untuk berafiliasi intim kalau ia sedang haidh.

Namun dalam kondisi ibarat ini keduanya boleh melaksanakan apa saja selain jimak. Demikian juga apabila suami mengajak istri untuk berafiliasi intim melalui dubur, maka ia juga harus menolaknya. Jika tidak, maka keduanya justru akan mendapat marah dari Allah ta’ala.

:




Sekali lagi suamiku, saya sungguh mencintaimu. Aku hanya tak mentaatimu alasannya ialah larangan Allah, dan saya juga takut kita berdua terjerumus dalam jurang kenistaan kalau melanggarnya.

Selebinya kalau yang kau minta tak bertentangan dengan apa yang diperintahkan dan dihentikan Allah SWT beresrta Rasulullah, niscaya kujalankan...

Karena, Aku ingin hidup senang bersamamu, baik di dunia maupun di syurga.