Naudzubillah... Ini 3 Golongan Orang Yang Amal Ibadahnya Tak Diterima Allah Swt
Gambar ilustrasi dilansir dari itsallaboutlife2018.com
Wallahu A'lam...
Namun dalam hadist dikatakan, ada 3 golongan orang yang Allah SWT tidak terima amal ibadahnya. Baik yang wajib maupun yang sunnah.
Berikut ketiga golongan orang tersebut...
Tiga golongan orang yang tidak diterima ibadahnya oleh Allah SWT.
ثلاثة لا يقبل اللّٰه منهم صئرفا ولا عدلا : عاق ،ومنان ومكذب بالقدر
Nabi saw bersabda, “Tiga golongan yang Allah tidak terima amal ibadahnya, yang wajib dan yang sunnah: anak yang durhaka kepada orang tuanya, orang yang mengungkit ungkit pemberiannya dan orang yang mendustakan taqdir.” (Hadist Hasan Riwayat Thabrani)
Meski tingkatan hadits diatas ialah hasan, namun kita harus dapat mengambil hikmahnya.
1. Anak yang durhaka kepada orang tua
Dilansir dari Rumaysho.com, Islam mengakibatkan berbakti kepada kedua orang bau tanah sebagai sebuah kewajiban yang sangat besar.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ditanya wacana amal-amal saleh yang paling tinggi dan mulia,
“Shalat sempurna pada waktunya … berbuat baik kepada kedua orang bau tanah … jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah, betapa kedudukan orang bau tanah sangat agung dalam Islam, sampai-sampai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menempatkannya sebagai salah satu amalan yang paling utama. Lalu, sudahkah kita berbakti kepada kedua orang tua?
Seorang pria bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapat perlakuan baik dariku?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya kembali, “Kemudian siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Lagi-lagi dia menjawab, “Ibumu.” Orang itu pun bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Maka dia menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Suatu ketika Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bertanya kepada seseorang, “Apakah engkau takut masuk neraka dan ingin masuk ke dalam surga?” Orang itu menjawab, “Ya.” Ibnu Umar berkata, “Berbaktilah kepada ibumu. Demi Allah, jikalau engkau melembutkan kata-kata untuknya, memberinya makan, pasti engkau akan masuk nirwana selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari)
2. Mengungkit-ungkit pemberian
Sebaik baik pinjaman ialah yang paling ikhlas, biarlah pemberianmu berada dalam catatan Allah, usah lagi kau menyebut nyebutnya dan kecewa lantaran kebaikanmu tidak berbalas kebajikan.Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah: 264)
Jika engkau memberi sesuatu, maka niatkanlah nrimo lantaran Allah, bila itu ialah sedekah. Jika itu hadiah, niatkanlah sebagai bentuk pendekatan diri antara engkau dan orang yang diberi.
3. Mendustakan taqdir
”Engkau tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang jelek dan engkau harus mengetahui bahwa apa saja yang akan menimpamu tidak akan luput darimu dan apa saja yang luput darimu tidak akan menimpamu.”Satu rukun kepercayaan yang wajib diimani oleh setiap muslim ialah beriman kepada takdir baik maupun buruk.
Mendustakan takdir merupakan dosa yang besar, lantaran sama saja tak mempercayai Allah SWT.
Allah Swt berfirman:
وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan insan tiada mengetahuinya.” (QS. Yusuf: 21)
Jika seseorang telah mencurahkan seluruh perjuangan untuk melaksanakan suatu amalan, namun hasil yang diperoleh tidak sesuai keinginan, maka pada ketika ini hendaklah ia menyandarkan segala urusannya pada Allah lantaran hanya Dia-lah yang menakdirkan segalanya.
Percaya kepada taqdir bukan berarti tidak usaha, lantaran Allah menakdirkan sesuatu berikut dengan lantaran sebab dan perjuangan yang kita ciptakan.
Demikian, Wallahu A'lam.