Penghujung Tahun 2018, Waspadai Fenomena Tragedi Hidrometeorologi


Gambar Ilustrasi dilansir dari istimewa

Fenomena tragedi hidrometeorologi, menyerupai banjir, longsor, dan puting beliung...

Secara statistik, tragedi hidrometeorologi dari tahun ke tahun semakin meningkat!

Oleh alasannya yaitu itu masyarakat di himbau untuk lebih waspada terhadap fenomena tragedi tersebut di penhujung tahun ini!

Dalam sepekan ini saja, beberapa wilayah di Indonesia telah mengalami dahsyatnya tragedi hidrometeorologi, menyerupai banjir, longsor, dan puting beliung.

Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah mencatat 7 orang meninggal dunia jawaban tragedi hidrometeorologi antara 7-12 November 2018 yang melanda Nusa Tenggara Timur (NTT), Sumatera Barat, dan Tasikmalaya. 

Secara statistik, tragedi hidrometeorologi dari tahun ke tahun semakin meningkat, sepanjang tahun 2018 saja terdapat sebanyak 605 kejadian puting beliung, banjir 506 kejadian, dan longsor 319 kejadian.

Apa bekerjsama penyebabnya?

Pertama

Dilansir dari kumparan.com, ada aneka macam faktor yang perlu kita cermati, di antaranya yaitu:

IOD (Indian Ocean Dipole), ENSO (El NiƱo-Southern Oscillation), Monsun, dan suhu muka maritim serta MJO (Madden Julian Oscillation). Semuanya menawarkan efek dalam pertumbuhan awan di wilayah Indonesia.

Monitoring IOD dengan indeksnya memperlihatkan nilai 0.8, 0.5, dan 0.17 (normal) berturut-turut semenjak September, Oktober, dan November 2018.

Secara umum lebih banyak uap air dari Indonesia yang keluar menuju Samudra Hindia. Kondisi ini diperkirakan terus berlanjut hingga tamat tahun nanti.

Sementara itu, untuk periode yang sama, yaitu September-Oktober-November, ENSO dimonitor normal hingga lemah dengan indeks berkisar 0.3-0.95. Artinya dominasi pemikiran udara keluar terjadi dari Indonesia ke Samudra Pasifik, meski demikian superposisi IOD dan ENSO sanggup terjadi, terutama di Indonesia kepingan barat.

Aktivitas Monsun meskipun tidak terlalu aktif tapi Monsun Asia cenderung akan menguat selama bulan November dan menawarkan peluang pembentukan awan hujan terutama Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Papua.

Sementara itu, sepanjang November 2018, Monsun Australia cenderung masih cukup kuat, sehingga menekan potensi pembentukan awan hujan di sekitar Jawa timur, Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi kepingan selatan.

Kondisi suhu permukaan maritim di wilayah perairan Indonesia masih bernilai netral dengan anomali suhu berkisar antara -1.0 °C hingga dengan 1.0 °C. Kondisi ini cukup menawarkan peluang penguapan dan pertumbuhan awan di beberapa wilayah Indonesia, terutama Sumatera, Sulawesi, dan Papua.

Kedua

Indonesia merupakan satu di antara tiga negara dengan konveksi terbesar di dunia, tidak sulit untuk awan-awan konvektif (awan berpotensi hujan) tumbuh dan menjulang di Indonesia.

Bahkan hingga pada bentuk sempurnanya yaitu awan Cumulonimbus (Cb) yang sanggup tumbuh secara tunggal (single cell) ataupun berkelompok (multi cell) mencapai level tropopause (18 kilometer) dengan jangkauan 2-8 kilometer.

Apalagi pada musim-musim peralihan ke demam isu hujan (September-Oktober-November), potensi tumbuh Cb semakin menjadi-jadi.

Ada tiga produk yang dihasilkan oleh awan-awan Cb di antaranya:

  • Hujan lebat hingga ekstrem
  • Angin kencang
  • Bahkan puting beliung serta petir.


Hasil pengamatan satelit Himawari memperlihatkan seringnya Cb multi cell dengan suhu puncak awan yang mencapai di bawah -70°C, sehingga rentan terhadap hujan ekstrem.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan hujan es alasannya yaitu kuatnya konveksi yang mendorong tetes-tetes air yang sangat hambar (super cooled water) pada lapisan tengah awan ke lapisan puncak awan sehingga membeku dan menjadi bongkahan es (hail) yang tidak sempat mencair saat mencapai permukaan tanah.

Tidak hingga di situ, tumbukan antara partikel presipitasi (hail) dan partikel awan (tetes) akan menghasilkan pemisahan muatan konkret dan negatif sehingga memicu terjadinya petir.

Sambaran petir awan ke tanah (Cloud to Ground, CG) sanggup mencapai 10-20 sambaran/km2/tahun dengan puncak kegiatan antara pukul 15.00-16.00 WIB. Potensi energi panas yang dihasilkan oleh petir sanggup mencapai 30.000 K sehingga perlu diwaspadai.

Bukan hanya itu, tempat pesisir utara Jawa dan selatan Jawa perlu diwaspadai potensi tinggi gelombang yang sanggup mencapai 5-7 meter.

Analisis sifat hujan sebagian besar wilayah Indonesia sepanjang September dan Oktober termasuk rendah hingga menengah (<300 milimeter), hanya beberapa wilayah di Sumatera kepingan barat dan Kalimantan kepingan barat yang mempunyai sifat hujan tinggi (>300 milimeter).

Kondisi lahan yang kering dengan ketahanan yang rendah apabila mendadak menjadi jenuh jawaban diguyur hujan secara terus-menerus akan berpotensi terjadinya longsor dan banjir, sehingga perlu diwaspadai terutama daerah-daerah dengan kemiringan yang curam.

Lantas, apa yang harus dilakukan dengan kondisi tersebut di atas?

Kewaspadaan secara individual, sinergi antara pemerintah sentra dan daerah, bahkan hingga pada tingkat satker perlu ditingkatkan.

Pengelolaan dan tata kota menjadi dilema terbesar apabila tidak segera ditangani.

Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko tragedi juga sangat diperlukan.

Perlu langkah jangka pendek dan jangka panjang dalam mensiasati kondisi cuaca maupun iklim tersebut.

Berkurangnya lahan hijau, pendangkalan sungai maupun pemikiran air sebagai tempat resapan atau penampungan menjadikan air hujan dengan intensitas yang sedangpun (5-10 milimeter per jam) berisiko menjadi dilema besar alasannya yaitu berpotensi menjadi banjir bandang.

Daerah-daerah yang pernah mengalami banjir bandang perlu segera diperbaiki di samping melaksanakan identifikasi aliran-aliran sungai, waduk, selokan yang mempunyai potensi kejenuhan air tinggi dengan mempertimbangkan kontur lahan di sekitarnya.

Sistem kebencanaan nasional berbasis gosip dan efek perlu dipertimbangkan untuk langkah jangka panjang sehingga ke depan sanggup lebih tanggap dan siap dalam menghadapi tragedi hidrometeorologi.

Demikian, biar informaasi ini bermanfaat bagi kita semua.