Viral Percakapan Seorang Ibu Menolak Vaksin, Sang Bidan Beri Tanggapan Menohok!
Gambar; potongan percakapan antara seorang ibu dan bidan yang viral di media umum (Twitter/gothed)
Dampak dari pro kontra penggunaan vaksin, menciptakan beberapa orang renta enggan untuk mengizinkan anaknya di berikan vaksinasi.
Hal serupa terjadi dan terungkap sesudah percakapan seorang ibu dan bidan viral di media sosial.
Berikut isi percakapan yang sedang viral tersebut!
Vaksin diharapkan untuk mencegah wabah penyakit, namun berkat informasi yang bermunculan mulai dari kehalalan hingga keamanannya beberapa kalangan terutama para ibu jadi khawatir.
Dampak terbesarnya yaitu beberapa orang renta yang lebih menentukan biar anaknya tidak divaksin.
Salah satu teladan kasus tersebut terekam dalam cuplikan layar di media umum yang viral. Akun Twitter @gothed mengunggah percakapan antara dua orang yang diduga seorang bidan dengan pasiennya.
Dalam percakapan sang pasien tidak ingin anaknya kelak divaksin dengan alasan alasannya tidak halal dan sedang tidak dalam keadaan darurat wabah.
Bahkan, perempuan tersebut juga menyebut bahwa tenaga kesehatan yang menyarankan vaksin sama menyerupai sales.
Foto: Twitter/gothed
Mendapati pernyataan menyerupai itu, sang bidan merasa tersinggung dan beri jawaban menohok.
"ya terserah alasan ibu apa aku ga masalah. tp aku ga suka dg kalimat di atas. Dokter/bidan yg yg pro bukan ga pantas di sebut 'tidak lebih dr sekedar sales' mereka bekerja sesuai apa yang mereka fahami. Saya hormati apa keputusan ibu. Tp perbedaan ini baiknya disikapi dg santun." tulis sang bidan.
Dalam percakapan berikutnya sang bidan memberi teladan apakah nanti mau pasien dijahit tanpa obat bius bila terjadi sobekan dikala proses persalinan.
Alasannya alasannya obat bius pun tidak punya label halal dan bukan dalam keadaan darurat.
"Ini ga darurat bu, artinya kalo aku jahit perinium ibu tanpa anastesi ibu ga akan mati. Cuma ya... Atau ga perlu di jahit aja Bu.. alasannya juga ga darurat," ungkap sang bidan.
Foto: Twitter/gothed
Unggahan percakapan tersebut pertama kali diunggah pada Sabtu (15/9) hingga menjadi viral di media sosial.
Unggahan tersebut hinggasaat ini telah dibagikan sebanyak 6.000 kali.
Orang renta Harus Pahami 8 Fakta Penting Soal Imunisasi
Dr. Soedjatmiko, Sp.A K (Msi), beberapa waktu kemudian mengunkap 8 fakta seputar imunisasi yang perlu diketahui orang tua. Seperti dikutip dari kompas.com, hal ini dimaksudkan biar tidak ada lagi salah kaprah di masyarakat mengenai imunisasi.1. Imunisasi merangsang kekebalan spesifik bayi dan anak
Pemberian vaksin akan merangsang peningkatan kekebalan spesifik pada bayi dan anak untuk membunuh basil atau racun yang dihasilkan oleh basil yang masuk ke dalam tubuh.Makara vaksin tidak melemahkan kekebalan tubuh, tetapi justru merangsang peningkatan kekebalan tubuh yang spesifik terhadap basil atau racun.
2. Imunisasi mencegah penyakit berbahaya
Kalau anak tidak di imunisasi, maka tubuhnya tidak memiliki kekebalan yang spesifik terhadap penyakit.Bila basil berbahaya yang masuk bersifat ganas dan banyak, maka tubuh tidak akan bisa melawan, sehingga bisa menjadikan sakit berat, cacat atau meninggal.
Sampai dikala ini, imunisasi yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk imunisasi rutin meliputi, Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak dan vaksin jemaah haji (Maningitis).
3. Imunisasi lebih simpel dan efektif cegah penyakit
Imunisasi lebih praktis, alasannya sangat cepat meningkatkan kekebalan spesifik tubuh bayi dan anak.Setelah diimunisasi dalam waktu 2-4 minggu, maka akan mulai terbentuk kekebalan spesifik tubuh bayi dan anak untuk melawan kuman.
Sementara itu, sumbangan ASI, hidup sehat, dan kebersihan lingkungan memang sanggup menurunkan risiko serangan penyakit, tetapi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk memperbaikinya.
Sehingga lebih sulit dan lebih usang akhirnya dibandingkan imunisasi.
4. Negara maju tetap butuh imunisasi
Negara maju dengan tingkat gizi dan lingkungan yang baik tetap melaksanakan imunisasi rutin pada semua bayinya, alasannya terbukti bermanfaat untuk bayi yang diimunisasi dan mencegah penyebaran ke anak sekitarnya.Sampai dikala ini berdasarkan data WHO, sekitar 194 negara maju maupun sedang berkembang tetap melaksanakan imunisasi rutin pada bayi dan balitanya.
“Jadi, tidak benar jikalau ada informasi yang menyampaikan negara kaya tidak membutuhkan imunisasi. Mereka tetap melaksanakan vaksinasi, bahkan vaksin yang diberikan jauh lebih banyak,” kata Soedjatmiko.
5. Tidak ada negara yang melarang kegiatan imunisasi
Sampai dikala ini, tidak ada satupun negara yang melarang kegiatan vaksin.Semua ahli-ahli di dunia dan pemerintah yakin dan setuju bahwa kegiatan vaksin penting dan bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan janjkematian tanggapan penyakit berbahaya.
6. Sebagian besar Vaksin imunisasi di Indonesia yaitu produk lokal
Vaksin yang dipakai untuk kegiatan imunisasi di Indonesia dibentuk oleh PT. Biofarma Bandung dan sudah dinyatakan kondusif oleh tubuh internasional WHO.Bahkan vaksin buatan Biofarma dikala ini sudah dipakai oleh Unicef untuk lebih dari 120 negara didunia.
7. Pasca imunisasi muncul ‘kejadian ikutan pasca imunisasi’
Setelah imunisasi kadang muncul insiden ikutan pasca imunisasi (KIPI) menyerupai demam ringan hingga tinggi, bengkak, kemerahan dan mudah rewel.Menurut Soedjamiko, insiden menyerupai itu yaitu reaksi yang umum terjadi pasca imunisasi.
Biasanya dalam hitungan 3-4 hari, tanda-tanda tersebut akan berangsur-angasur hilang dengan sendirinya.
8. Setelah diimunisasi masih bisa terkena penyakit, tapi ringan
Soedjatmiko mengatakan, proteksi imunisasi memang tidak ada yang 100 persen.Artinya, sesudah diimunisasi, bayi dan anak masih bisa terkena penyakit, tapi kemungkinannya sangat kecil yakni sekitar 5-15 persen.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda dan keluarga.