Viral Pesan Berantai Penculikan Anak Merajalela, Berikut Himbauan Penting Polisi


Image from detik.com

WASPADA TINGKAT TINGGI

Ramai pesan berantai melalui media sosial. Katanya si penculik punya triknya yang beragam. Ada yang memancing pakai jajan, ada juga yang dihipnotis, bahkan hingga terjadi pemaksaan.

Dan dalam pesan ini ada trik yang lebih ampuh para penculik. 

Jangan hingga lengah.

Berikut himbauan polisi !

Pesan berantai (broadcast) perihal percobaan penculikan anak dengan modus gres beredar di grup-grup WhatsApp dan media sosial. Kabarnya, ada perjuangan menculik bayi dengan cara bertanya-tanya dengan ramah kemudian mengakui bayi itu sebagai anaknya, menyerupai yang dilansir oleh detik.com

Berikut isi pesan berantai tersebut:

DUH YAA AMPUUUNN.. PENCULIK JAMAN NOW PADA JAGO ACTING YAA.. 👺👺👺

Belakangan ini, penculikan anak semakin marak terjadi. Bahkan dalam 2 tahun terakhir, masalah penculikan anak meningkat 2 kali lipat. Banyak orang bau tanah tidak tahu perihal seni administrasi penculikan yang satu ini. Pelaku sangat berani, walaupun Anda orang tuanya berada di samping.

Baru-baru ini, ada seorang netizen membagikan insiden yang dialaminya ke internet guna menghimbau orang bau tanah lain untuk berhati-hati jikalau bertemu orang tak dikenal yang seakan "terlalu ramah". Begini ceritanya:

Baru kemarin saya bawa anak saya pulang ke rumah ibu saya. Kita naik kereta. Di samping saya duduk seorang ibu-ibu, usianya kira-kira sudah 60 tahun. Sepertinya ia bawa cucu, usianya kira-kira 7-8 tahun.

Selama perjalanan, ibu ini ngobrol terus sama saya. Bukan cuma itu, ia juga mengingatkan saya kalau di kereta banyak orang, harus perhatiin barang bawaan. Cucunya juga kadang main-main sama anak saya.

Anak saya perempuan gres mau genap 1 tahun. Ibu itu tanya-tanya anak saya umur berapa, kapan lahir, lahir di mana, berat badannya, bla bla bla, terus ia juga kisah perihal cucu dia.

Saya pikir ia cuma ajak ngobrol biasa, namanya ibu-ibu, duduk di kereta, kebetulan sama-sama bawa anak, yah ngobrol.

Dia juga tanya anak saya minum susu apa, seberapa sering, yah saya jawab aja.

Tapi entah kenapa semakin usang pertanyaannya semakin aneh… makin mendalam dan mendetil. Masa ia tanya anak saya lahir jam berapa? Saya pikir ini kurang anggun untuk orang lain tahu yah, jadi saya bilang saya lupa.

Terakhir, ia tanya anak saya siapa namanya. Yah saya kasih tahu nama panggilan anak saya, tapi ia tanya NAMA LENGKAP!

Di sini saya sudah semakin curiga. Merasa ada yang tidak beres, saya pun memberitahukan nama palsu.

Sebelum hingga stasiun, saya pamit ke toilet. Ibu itu malah memperlihatkan saya untuk menitipkan anak kepadanya. Dalam hati saya sudah sangat curiga. Saya ingin mencari daerah duduk di daerah lain, namun sudah penuh semua, jadi terpaksa saya kembali lagi duduk di samping ibu itu. Kelihatan sekali ia menunggu saya di bangku itu hingga saya kembali.

Turun di stasiun, ibu itu bantu saya bawa koper tanpa disuruh. Kita jalan bareng hingga pintu luar stasiun. Dia tanya apakah saya ada yang jemput. Saya bilang tidak… (padahal ada)

TIba-tiba, ibu itu mau gendong anak saya. Dia bilang terima kasih sudah menjaga "cucunya".

Saya pribadi kaget. Saya bilang, "Ibu! Ini apa-apaan sih!?"

Anak laki-laki yang ikut di sampingnya pun, "Orang jahat! Kembalikan adik saya!"

Saya pribadi stress berat anak kecil itu ngomong begitu. Banyak orang liatin saya, kirain saya culik anak. Tiba-tiba ada satu cewek datang, panggil nama anak saya (nama palsu yang tadi saya kasih tahu) dan bilang, "Duh kau ke mana aja dari tadi ibu cari-cari! Ayo kita pulang!"

Dia ngotot mau gendong anak saya. Saya pribadi naik taksi yang ada di depan gerbang, tapi ngerinya, perempuan ini ikut naik. Dia tarik-tarik anak saya. Saya peluk anak saya erat-erat. Anak saya pun nangis.

Di tengah kekacauan menyerupai ini, pak supir juga gak berani jalan. Saya cuma sanggup turun lagi dan menghadapi perempuan itu. Mendengar tangisan anak saya, semua orang berhamburan keluar, kirain saya culik anak.

Anak kecil itu bilang, "Bu, kembaliin adik saya cepet! Kita mau pulang!"

Saya bilang, "Apa-apaan kalian!? Ini anak saya!"

Tangan dan kaki saya sudah bergemetar. Hati saya sudah dag dig dug, takut anak saya diambil sama mereka. Bagaimana pun, dua lawan satu. 

Tiba-tiba, ada orang yang manggil. Pas saya lihat, ternyata itu bapak sama ibu! Mereka tiba jemput saya!

"Ada apa ini rame-rame begini!?", tanya bapak.

"Itu pak, mereka mau culik anak, bilang ini anak mereka!"

"Ini anak saya kok!", bela perempuan itu. Saya tahu tanggal lahirnya, golongan darahnya, namanya….. dan lain-lain, semua ia sebutkan satu-satu.

Saya pikir, Astaga…. Itu kan yang tadi informasi perihal anak saya yang saya kasih tahu ibu-ibu itu di kereta. Saya pikir cuma sekedar ngobrol, gak nyangka sanggup jadi menyerupai ini! Untung saya kasih tahu nama palsu anak saya.

"Kalau gitu, nama anak saya siapa?", teriak saya.

"Nadin!", sahut mereka.

"Bukan! Nama anak saya putri! Nadin itu nama palsu!", teriak saya.

Semua orang yang di sana, termasuk 2 perempuan itu pun hanya sanggup terdiam.

Saya pribadi semprot, "Kalian ini masih punya hati nurani gak!? Bisa-bisanya ajak anak kecil untuk ikut bohong sama kalian culik anak orang! Dosa tahu gak!? DOSA!"

Mereka pribadi membisu gak berani ngomong sepatah kata pun. Saya pribadi naik kendaraan beroda empat didampingi ayah dan ibu saya kemudian pergi.

Duduk di mobil, tubuh saya masih gemetaran. Air mata saya mulai bercucuran. Saya peluk erat-erat putri saya. Kalau saja ayah dan ibu tidak tiba sempurna waktu… bisa-bisa anak saya beneran direbut sama dua orang itu...

Setelah hingga di rumah, sudah agak tenang, kami pribadi lapor polisi. Ternyata polisi juga bilang kalau akhir-akhir ini kerap terjadi penculikan anak. Mungkin ini ialah salah satu cara yang mereka gunakan, menargetkan ibu muda yang bawa anak, akal-akalan bersahabat dan mencari kesempatan untuk mengambil anak ketika sang ibu tidak memperhatikan. Untung dari awal saya tidak pernah lengah melepaskan kedua mata dari putri saya.

Dengar-dengar belum usang ini juga ada insiden anak diculik di pasar. Seorang ibu bau tanah tak dikenal tiba ke seorang ibu yang lagi bawa anak dan bilang, "Ternyata kau di sini!" Tiba-tiba seorang laki-laki tak di kenal seumuran ibu muda itu tiba dan pribadi menampar ibu muda itu dan mendorongnya.

"Udah tau anak sakit masih dibawa keluar!", hardik laki-laki itu.

Ibu bau tanah itu pun pribadi gendong bayinya yang ada di dorongan dan ngomel-ngomel, "Anak udah sakit gini masih dibawa keluar juga… Mana ada ibu macam ini!?"

Ibu bau tanah itu bawa anak pergi duluan, sedangkan laki-laki itu masih di sana marahin sang ibu yang tidak tahu apa-apa dan tak berdaya menghadapi laki-laki sebesar itu seorang diri.

Terakhir, laki-laki itu naik motor kemudian pergi. Ibu itu cuma sanggup menangis kebingungan bilang anaknya diculik, tapi gak ada yang peduli. Orang-orang kirain itu cuma dilema keluarga, pasangan lagi berantem. Sampai beberapa ketika kemudian gres tahu ternyata ada anak diculik. Anak itu juga kira-kira berusia 10 bulan.

Kalau didengar-dengar, saya gak nyangka kalau hal ini akan benar-benar terjadi pada saya. Sebagai orang tua, kita dihentikan lengah. Kalau menjumpai orang tak dikenal yang tiba-tiba nyapa, sok kenal sok dekat, tanya-tanya hal yang kedengarannya aneh atau minta gendong anak sebentar, TOLONG JANGAN! Kita tidak akan pernah tahu apa maksud orang di belakang, untuk itu dengan mengantisipasi dan menjaga jarak ialah satu-satunya hal yang sanggup kita lakukan.



Jangan Langsung Percaya Tapi Perlu Waspada

Karo Penmas Divisi Humas Polisi Republik Indonesia Brigjen Mohammad Iqbal menyampaikan pihaknya belum mendapatkan laporan soal penculikan anak dengan modus tersebut. Iqbal meminta publik tidak cepat percaya dengan broadcast semacam itu namun tetap waspada.

"Jangan terlalu percaya dengan pesan berantai di WhatsApp yang menyebutkan hal itu. Tapi kita juga perlu waspada," ujar Brigjen Iqbal ketika dihubungi, Jumat (9/2/2018).

Orangtua diwanti-wanti untuk tidak gampang percaya dengan orang asing yang gres dikenal untuk menghindari penculikan. Anak-anak juga perlu diberikan pendidikan semoga tidak gampang percaya dengan orang yang gres dikenal.

"Kepada orang tua, hendaknya menjaga belum dewasa dalam situasi contohnya keramaian dan jangan biarkan anak sendirian. Perlu juga diberikan pendidikan kepada anak untuk tidak gampang percaya atau ikut seruan orang yang tidak dikenal meskipun mengatasnamakan papa, mama atau keluarganya," ungkapnya.