4 Fakta Mengerikan Yang Dilakukan Kkb Pada Pekerja Trans Papua


Evakuasi Jenazah Korban Pembunuhan KKB Papua (Foto: tribunnews.com)

Sadis dan keji...

Inilah 4 fakta yang terungkap dari pembantaian pekerja Trans Papua oleh kelompok kriminal bersenjata di Nduga, Papua.

Peringatan, yang nggak berpengaruh nggak usah baca!

Trauma, kondisi inilah yang tengah dirasakan keempat pekerja PT Istaka Karya sesudah berhasil lolos dari pembantaian janjkematian yang dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua.

Para korban dievakuasi dari Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, Selasa, 4 Desember 2018 memakai heli milik Tentara Nasional Indonesia AU dari Distrik Mbua. Mereka yaitu Jimmi Aritonang, Martinus Sampe Pauliling, Ayub, dan Jefri.

Aparat juga mengevakuasi enam petugas Puskesmas Mbua dan dua guru SMP.

Guna proses pemulihan, tiga di antaranya dibawa ke RSUD Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Saat ditemukan mereka mengalami luka tembak di bab lengan dan kaki.

Berikut ini dongeng kekejaman yang berhasil diungkap para pekerja proyak Trans Papua yang selamat dari pembantaian:

1. Kamp Pekerja Didatangi KKB ketika Libur

Dilansir dari liputan6.com, Jimmy Aritonang, salah satu korban kekejaman KKB di Kabupaten Nduga yang lolos dari maut.

Pascaperistiwa tersebut, salah satu pekerja PT Istaka Karya ini mulai memberanikan diri menceritakan kisah mengerikan yang gres dilaluinya.

Sabtu, 1 Desember 2018, beliau dan puluhan pekerja jembatan dan jalan Trans Papua memutuskan untuk tidak bekerja. Karena hari itu diklaim kelompok separatis sebagai HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) dengan dimeriahkan upacara bakar kerikil bersama masyarakat.

"Sekitar pukul 15.00 WIT, KKB mendatangi kemah PT Istaka Karya dan memaksa seluruh karyawan yang berjumlah 25 orang keluar. Mereka digiring dengan tangan terikat menuju Kali Karunggame dengan dikawal 50 orang pasukan KKB dengan senjata adonan standar militer," terperinci Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi yang menceritakan kembali kesaksian Jimmy.

2. Dibantai dengan Kejam Sambil Menari-Nari

Saat digiring keluar kamp dengan ditodong senjata militer, ketakutan menyelimuti para pekerja. Mereka tak bisa melawan dan hanya bisa mengikuti perintah.

Pada 2 Desember 2018, pukul 07.00 WIT, seluruh pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan tangan terikat menuju Bukit Puncak Kabo. Mereka dipaksa berbaris dengan deretan lima saf dalam kondisi jalan jongkok.

Melihat korbannya tak berdaya, KKB yang kegirangan menari-nari sambil meneriakkan bunyi hutan khas pedalaman Papua. Tiba-tiba rentetan peluru ditembakkan ke arah para pekerja kolam tawanan perang. Jenazah pun bergelimpangan.

"Sebagian pekerja tertembak mati di tempat. Sebagian lagi akal-akalan mati terkapar di tanah," kata Aidi.

3. Korban yang Kabur Tertangkap dan Digorok

Melihat korbannya tewas, kelompok bersenjata ini melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo.

Tanpa mereka ketahui, ada 11 pekerja Trans Papua yang akal-akalan mati tertembak. Salah satunya yaitu Jimmy Aritonang.

Kesebelas ini kemudian berusaha berdiri dan melarikan diri. Namun, agresi mereka tepergok oleh KKB kemudian dikejar. Lima orang tertangkap dan digorok, sementara enam lainnya berhasil melarikan diri ke arah Mbua.

Saat ini, dua orang di antaranya belum ditemukan. Jimmy bersama tiga rekannya berhasil lolos dan selamat.

4. Tak Cukup Sampai Disitu, KKB Serang Pos TNI

Pelarian Jimmy dan ketiga rekannya ternyata belum aman. Kelompok yang diduga didalangi Egianus Kokogaya ini mengejarnya sampai ke Distrik Mbua.

Pada 3 Desember 2018 sekitar pukul 05.00 Wit, mereka nekat menyerang Pos Tentara Nasional Indonesia 755/Yalet daerah para korban diamankan. Mereka memakai senjata standar militer campuran, berikut panah dan tombak.

Serangan diawali dengan pelemparan kerikil ke arah pos. Salah seorang anggota Yonif 755/Yalet atas nama Serda Handoko yang membuka jendela tertembak dan meninggal dunia.

"Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada 4 Desember pukul 01.00 WIT, Danpos memutuskan untuk mundur mencari medan pinjaman yang lebih menguntungkan. Saat itulah salah seorang anggota atas nama Pratu Sugeng tertembak di lengan," ucap Kapendam XVII/Cendrawasih Kolonel Inf Muhammad Aidi.