Jadilah Orang Bau Tanah Cerdas, Ini 5 Cara Mendidik Anak Ala Islam Di Kala Digital!


Gambar ilsutrasi dilansir dari mungilmu.com

Ayah-Bunda, Jadilah orang renta yang cerdas.

Dizaman sekarang, mendidik anak itu susah-susah gampang.

Jika tak mengikuti teknologi, maka belum dewasa akan tertinggal, namun bila kebablasan juga sanggup menjadi bumerang bagi anak dan juga orang tua.

Oleh alasannya yakni itu, perhatikan 5 cara mendidik anak ala Islam dijaman yang serba modern ini.

Sebagaimana harta, mempunyai anak juga merupakan sebuah nikmat dan kesenangan bagi setiap orangtua.

Namun demikian, selayaknya sebuah nikmat pula, di dalamnya terdapat ujian yang diberikan Allah kepada hambaNya.

Allah menjelaskan dalam firman berikut:

زين للناس حب اللشهوات من اللنساء والبنين والقناطير زوالقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والانعام والحرث ذالك متاع الحيات الدنيا والله عنده حسن المئاب

Artinya: “Dijadikan indah pada pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan. Antara lain: wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak. Kuda pilihan, bintang-binatang ternak, sawah, dan ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Dan di sisi Allah lah daerah kembali yang baik. (Q.S Ali Imran: 14)

Yang wajib disadari orangtua, dikaruniakan anak oleh Allah merupakan nikmat yang patut kita syukuri, namun jangan lupa, di dalam nikmat itu pula kita harus cendekia mengolah ujian tersebut dengan sebaik-baiknya terlebih di masa digital ini.

Memiliki anak berarti kita harus siap bertanggung jawab atas segala kebutuhan lahir beserta batinnya.

Baik dari nafkah, hingga ke pendidikan moderen biar anak tak tertinggal dari yang lainnya.

Lantas, bagaimana cara mendidik anak secara islami sebagai belahan dari ikhtiar kita dalam mengolah ujian atas kenikmatan tersebut diera sekarang?

Berikut langkah-langkah yang harus Anda alakukan:

1. Jangan Sampai Komunikasi dengan Anak-anak Merenggang

Terlebih, di masa digital ketika ini di mana dunia maya seolah lebih aktual dari dunia nyata, komunikasi antar-anak dan orangtua tak sedikit yang merenggang.

Mencari tanggapan tersebut, tentunya, kita harus kembali kepada panutan kita Rasulullah SAW. Dimulai dari perilaku dan tauladan Nabi Muhammad yang lembut dan penyayang.

Sikap rahmah dan cinta kasih yang dicontohkan ia tak hanya pada sebagian golongan tertentu saja, tetapi kepada semua umat dan golongan. Termasuk golongan anak-anak.

Seperti yang kami kutip dari bincangsyariah.com, Rasulullah pernah menggendong cucunya dan kemudian jubah ia dikencingi. Abu Laila yang melihat bencana itu terkejut dan pribadi berusaha mengambil cucu Rasul dari gendongannya.

Namun Rasulullah menolak memperlihatkan cucunya pada Abu Laila, Rasulullah pun berkata biar Abu Laila tak bicara keras biar tak menakuti anak-anak.

Rasulullah kemudian menyampaikan bahwa apa-apa yang mengotori jubahnya, sanggup hilang dengan cepat bila dicuci. Namun stress berat anak kecil dari kata-kata bernafsu dan hardikan, belum tentu sanggup hilang dalam waktu cepat.

Begitulah Rasulullah, kelembutannya dalam mendidik menjadi panutan. Berbicara lembut ada baiknya kita lakukan meski dalam kondisi murka sekalipun, termasuk dalam mendidik anak-anak. Sehingga hal tersebut menghilangkan sekat antara orangtua dan anak.

2. Ketahui Trend yang Digandrungi Anak-anak biar Tahu Cara Memfilternya

Maraknya game online dan sosial media ketika ini memang tak sanggup dihindari.

Dunia digital pun kini bukan hanya milik orang dewasa, tapi juga anak-anak. Hal tersebut pun patut kita syukuri, alasannya yakni teknologi bila dipakai dengan positif, justru akan menghasilkan kebaikan.

Orangtua harus sanggup memfilter terhadap konten yang sanggup membahayakan belum dewasa praktis berseliweran di dunia maya.

Orangtua yang gagap akan kemajuan teknologi, alih-alih ingin membentengi anak dari hal-hal negatif, justru banyak kecolongan alasannya yakni tak sama sekali sanggup masuk ke dalam dunia belum dewasa mereka.

3. Menggali Informasi dari Aktifitas yang dilakukan Anak

Ada baiknya setiap orangtua mengajak kembali anak-anaknya untuk berkomunikasi kembali di ruang-ruang keluarga.

Seperti berbincang di waktu makan malam, waktu hendak tidur, ataupun waktu mencar ilmu dan hari libur sekolah.

Karena, ruang dan waktu inilah yang terkadang diperlukan belum dewasa secara hakiki tanpa pernah mereka sebutkan secara lisan.

Orangtua juga harus cendekia menggali info sebanyak-banyaknya dari aktifitas yang dilakukan anak. Siapa temannya, apa aplikasi yang diunduhnya, hingga bagaimana pelajaran sekolah.

4. Sisihkan Waktu Luang untuk Anak

Jangan sampai, alasannya yakni kelalaian orantua dalam mengawasi dan menyisihkan waktu untuk anak di masa digital ini, orangtua justru main hakim sendiri begitu melihat anaknya tak berhenti-henti memainkan gadget.

Tak sedikit orangtua yang bahkan menghardik anaknya alasannya yakni terlalu sibuk dengan dunia digitalnya sendiri.

Hal ini bila dilakukan, selain tak akan berdampak hal positif ke anak, justru akan menimbulkan stress berat padanya.

:

5. Menihilkan Superioritas Antara Orangtua dan Anak

Berbicaralah rendah (lembut) bila Anda menyayangi anak-anak.

Barangkali, aliran cinta yang Rasulullah tunjukkan kepada belum dewasa seolah menihilkan superioritas antara ayah dan anak. Namun begitu, tak ada satupun keturunan Rasulullah yang tak menaruh hormat dan bakti pada sosok ia yang penuh kasih.

Percayalah, menyayangi dan menyayangi merupakan belahan dari ibadah mengikuti aliran Rasulullah Saw.

Jika tak ada sekat antara orangtua dan anak, pasti anak akan lebih bahagia menghabiskan waktu di dunia nyata, beribadah bersama dengan orangtua daripada asyik di dunia maya.

Semoga dalam setiap nikmat dan karunia (anak-anak) yang Allah berikan pada kita, itu sanggup menjadi lahan nirwana untuk kita semua. Amin ya Rabbal-alamin.

Demikian, Wallahu a’lam.