Jarang Orang Yang Mengetahui, Siapa Yang Memberi Nama-Nama Surat Di Al Quran, Begini Penjelsannya


Sumber gambar nu.or.id

Salah satu bentuk bentuk mentadaburi Al Alquran yaitu memahami dan mengerti isi dari Al Alquran dan menerapkannya dalam sehari-hari.

Namun tahukah kau berasal dari mana nama-nama surat yang ada pada Al Alquran itu berasal?

Secara etimologi, surat ini berasal dari kata (السور) atau (السؤر) yang berarti sisa minuman dalam suatu bejana. Dengan pengertian ibarat ini, maka surat Al-Qur’an berarti sebagian kecil dari Al-Qur’an.

Sedangkan secara termenologi, surat yaitu sebuah jumlah ayat-ayat Al-Qur’an yang terdiri atas awal dan simpulan surat. Sedikitnya dalam satu surat yaitu tiga ayat. Senada dengan definisi di atas, Imam Zarkasyi berkata:

قرأن يشتمل على آي ذوات فاتحة وخاتمة وأقلها ثلاث أيات

Artinya: “Al-Qur’an yang meliputi atas beberapa ayat teridiri atas awal surat dan simpulan surat paling sedikit tiga ayat, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Kautsar.”

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ (3) ـ

Untuk banyaknya jumlah surat dalam Al-Qur’an, jumhur ulama menyatakan ada 14 surat. Pendapat ini sesuai dengan jumlah surat yang ada dalam mushaf dikala ini.

Ada pendapat lain menyatakan bahwa surat-surta dalam Al-Qur’an yaitu 13 surat, lantaran surat al-Anfal dan al-Taubah dianggap satu.

Di samping itu, para ulama mengelompokkan surat-surat Al-Qur’an ke dalam empat kelompok:

Pertama, ath-thiwal (الطوال) atau surat-surat Al-Qur’an yang panjang. Yang masuk ke dalam kelompok ini ada tujuh surat, yang dikenal dengan sebutan ath-thiwâl as-sab‘ (السبع الطوال). Ketujuh surat-surai yang panjang itu yaitu sebagai berikut: (1) al-Baqarah, (2) Ali Imran, (3) al-Nisa, (4) al-Maidah, (5) al-An’am, (6) al-A’raf, (7) Yunus. Pendapat ini diutarakan oleh Said bin Jubair bin Hisyam.

Sebagian pendapat yang lain menyatakan bahwa surat yang ke tujuh itu bukan surat Yunus tapi surat al-Anfal-al-Taubah lantaran kedua surat tersebut tidak dipisah oleh kalimat basmalah.

Kedua, al-mi’un (المئون) yaitu surat-surat Al-Qur’an yang terdiri atas seratus ayat atau lebih. Surat yang termasuk 100 ayat ini dimulai dari simpulan surat (السبع الطوال) hingga simpulan Surat al-Sajadah.

Ketiga, al-matsani (المثاني) yaitu surat-surat Al-Qur’an yang jumlah ayatnya kurang dari 100 ayat. Surat-surat yang tergolong al-matsanî ini yaitu dari awal Surat al-Ahzab hingga awal sUrat Qaf.

Keempat, al-mufashshal (المفصل) yaitu surat-surat Al-Qur’an yang pendek-pendek, yang terdapat di cuilan akhir-akhir Al-Qur’an.

Surat ini dikelompokkan dalam tiga kelompok:

Pertama, al-mufashshaal thiwal (طوال المفصل), yang tergolong kelompok ini yaitu surat al-Hujarat hingga al-Buruj.

Kedua, al-mufashshaal ausath (أوساط المفصل), yang tergolong kelompok ini yaitu al-Thariq hingga al-Bayyinah,

Ketiga, al-mufashshaal qishar (قصار المفصل), yang tergolong kelompok ini yaitu Surat al-Zalzalah hingga simpulan Al-Qur’an.

Penamaan Surat Al-Qur’an

Ulama berbeda pendapat wacana penamaan Al-Qur’an, apakah ia termasuk tauqifî, yakni sesuai petunjuk dari Nabi atas penamaan itu, atau taufiqi, yaitu hasil ijtihad sahabat?

Jumhur ulama menyatakan bahwa seluruh nama-nama surat yaitu tauqifi, artinya sesuai atas petunjuk dan perintah Nabi.

Pendapat ini dikuatkan dengan beberapa dalil hadits:

من قرأ هاتين الأيتين من أخر سورة البقرة في ليلة كفتاه 

Artinya: Barangsiapa yang membaca dua ayat dari simpulan surat al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan dicukupkan.

من قرأ الزهراوين: البقرة وآل عمران فإنهما تأتيان يوم القيامة كأنهما غمامتان تحاجان عن أصحابهما 

Artinya: “Bacalah al-Zahrawain, yakni surat al-Baqarah dan Ali Imran, kelak keduanya akan tiba menaungi pembacanya.”

من قرأ عشر أيات من أول الكهف عصم من الدجال 

Artinya: “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat di awal Surat al-Kahfi, maka akan terjaga dari (godaan) dajjal.”

Hadits-hadits di atas mengindikasikan bahwa Nabi yang memberi nama-nama surat dalam Al-Qur’an.

Sementara itu, sebagian ulama menyatakan bahwa penamaan surat ini dilakukan atas dasar ijtihad para sobat dan tabi’in. Hal ini didasarkan pada penamaan yang disematkan Imam Sufyan bin Uyainah terhadap surat al-Fatihah. Imam Sufyan memberi nama surat al-Fatihah dengan nama surat al-Wafiah (sempurna), alasannya yaitu dalam surat al-Fatihah meliputi seluruh makna yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Imam al-Tsa’labî memberi alasan lain wacana penamaan di atas, yaitu bahwa Surat al-Fatihah ini tidak mendapatkan tanshif (setengah-setengah). Sebab setiap surat Al-Qur’an apabila dibaca dalam shalat, boleh dibaca separuh di rakaat pertama, lalu dilanjutkan separuhnya di rakaat kedua, berbeda dengan al-Fatihah, ia tidak sanggup dibaca kecuali harus dibaca secara utuh dan lengkap.

Dalam hal ini, baik Imam Sufyan maupun al-Tsa’labî memberi nama pada surat al-Fatihah sesuai makna yang terkandung dalam surat al-Fatihah, tanpa menurut pada petunjuk Nabi.

Perlu diketahui bahwa ada sejumlah surat yang tidak hanya mempunyai satu nama saja, termasuk di antaranya yaitu Surat al-Fatihah. Surat ini mempunyai banyak nama, ada yang sesuai petunjuk Nabi (tauqifî), ada yang sesuai ijtihad sobat atau tabi’in (taufiqî).

Nama-nama Surat al-Fatihah, yang sesuai dengan petunjuk Nabi yaitu sebagai berikut:

1. Ummul Qur’an
2. Fatihah al-Kitab
3. Al-Sab’u al-Matsanî.

Ketiga nama-nama di atas sesuai dengan sabda Nabi:

عن  أبي هريرة، عن النبي أنه قال: هي أم القرأن، وهي الفاتحة، وهي السبع المثاني 

Artinya: “Surat al-Fatihah itu yaitu ummul Qur’an, al-Fatihah, dan al-Sab’u al-Matsanî.”

Adapun nama-nama atas ijtihad sobat atau tabi’in beserta alasan penamaannya yaitu sebagai berikut:

1. Al-Wafiah

Karena meliputi seluruh makna yang terkandung dalam Al-Qur’an

2. Al-Kafiah

Karena bacaan al-Fatihah mencukupi dalam shalat, sedangkan yang surat yang tidak sanggup menggantikan al-Fatihah,

3. Al-Munajah

lantaran seorang hamba bermunajat kepada Tuhannya dengan ucapan: (إياك نعبد وإياك نستعين) 

4. Al-Du’a

Karena meliputi unsur doa, (اهدنا الصراط المستقيم),

5. Al-Tafwid

Karena mengandung unsur kepasrahan dan ketulusan beribadah kepada-Nya dengan ucapan: (إياك نعبد وإياك نستعين).

Dengan demikian, penamaan surat-surat dalam Al-Qur’an secara umum yaitu tauqifî, sesuai petunjuk Nabi.

Namun sebagian nama-nama itu ada yang ijtihad sobat atau para tabi’in lantaran melihat pada kandungan makna yang terdapat surat itu. Wallahu a’lam.