Kisah Sahabat Nabi Yang Jenazahnya Dimandikan Oleh Para Malaikat Di Langit


Gambar dari haditv.com

MasyaAllah

Betapa mulianya beliau, meninggal dalam keadaan syahid, lalu jenazahnya dimandikan oleh para malaikat langit.

Siapakah sahabat nabi ini dan apa amalnya yang bisa kita contoh? Berikut kisahnya!

Hanzhalah bin Abu Amir yaitu anak pemimpin suku Aus yang terbilang kaya di Yastrib (Madinah) pada masa menjelang hijrahnya Nabi Muhammad ke sana.

Ayahnya, Abu Amir bin Shaify, orang yang sangat benci kepada Islam. Pada zaman jahiliyah, dia menerima julukan Abu Amir Sang Pendeta, tetapi julukan itu berbalik menjadi Abu Amir lelaki Fasik ketika Yastrib sudah dikuasai oleh kaum muslim.

Pernah dengan arogan Abu Amir berkata, “Jika saya menyeru kaumku yang sudah masuk Islam, mereka niscaya akan mengikutiku dan bergabung dengan kaum Quraisy.”

Tapi gres saja mulutnya menyebutkan nama dirinya, “Wahai bani Aus, saya Abu Amir..”, orang-orang Aus yang muslim menimpali, “Wahai lelaki fasik, Allah tidak akan memberkatimu!”

Mereka mengucapkan kalimat itu sambil melancarkan serangan yang menyebabkan Abu Amir melarikan diri. Nah, di antara penyerang itu, yaitu anaknya sendiri, Hanzhalah.

Hanzhalah, yang telah masuk Islam, kesudahannya menikah dengan Jamilah binti Abdullah bin Ubay bin Salul, anak sahabat bapaknya. Mertuanya itu dikenal sebagai tokoh munafik, menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keimanan.

Dia berpura-pura membela Nabi Muhammad dalam Perang Uhud; namun ketika rombongan pasukan muslim bergerak ke medan laga, ia menarik diri bersama orang-orangnya, kembali ke Madinah.

:

Pagi harinya, ketika mendengar permintaan untuk berjihad, Hanzhalah mengambil pedang dan baju perangnya, pribadi bergabung dengan induk pasukan muslim dan pergi berp erang.

Dalam peperangan itu, dia berhasil mendekati Abu Sufyan ketika teman-temannya justru melarikan diri ketakutan. Abu Sufyan, dalam duel satu lawan satu, terjatuh dari kudanya. Wajahnya pucat, ketakutan.

Pedang Hanzhalah yang berkilauan siap merobek lehernya. Dalam hitungan detik, nya wanya akan melayang.

Tapi, dalam suasana genting itu, Abu Sufyan berteriak minta tolong, “Hai orang-orang Quraisy, tolong aku.”

Lantas orang-orang Quraisy di sekitarnya tanpa ampun mengayunkan pedangnya kepada Hanzhalah, dari kiri, kanan, dan belakang, sehingga Hanzhalah tersungkur.

Dalam kondisi yang sudah parah, darah mengalir begitu deras dari tubuhnya, ia masih dihujani dengan lemparan tombak dari banyak sekali penjuru. Dan akhirnya…anak muda ini gugur sebagai syuhada.

Abu Sufyan, si pengecut itu, pun selamat dari tajamnya pedang Hanzhalah.

Seusai peperangan, Abu Amir dan Abu Sufyan mengitari medan tabrak dan mencari data sahabat-sahabat Nabi yang gugur. Biasanya mereka akan melampiaskan dendamnya dengan mencincang mayat-mayat musuhnya.

Mereka menemukan jasad Kharijah bin Abu Suhair dari suku Khazraj, pemimpin Bani Kahzraj; Abbas bin Ubadah bin Fadhlah; Dzakwan bin Abu Qais, darah biru Yastrib; dan tentu saja Hanzhalah.

“Anakku, kenapa kau tidak mau mengikuti perintahku untuk tidak ikut berperang?” keluh Abu Amir dengan nada kesedihan. “Andaikan menaati perintahku, kau akan hidup terhormat bersama kaum Aus.”

Kepada orang-orang Quraisy dia menyeru biar tidak mencincang jasad anaknya. Tapi dia sendiri mencincang bangkai orang lain.

Nabi Muhammad, yang diberi tahu hal itu, lalu mendoakan, melihat ke langit, dan berkata kepada para sahabat,

“Aku melihat, malaikat-malaikat sedang memandikan Hanzhalah bin Abu Amir di antara langit dan bumi dengan memakai air Muzn (mendung) yang diambil dari baskom perak.”

Kemudian ia mengutus salah seorang sahabat untuk mengabarkan hal itu kepada istri Hanzhalah dan menanyakan apa yang dikerjakan suaminya sebelum pergi ke medan perang.

“Ketika mendengar panggilan pe rang, Hanzhalah dalam keadaan junub dan belum sempat mandi…,”kata Jamilah yang dilansir oleh myinfomaya.com

Beruntunglah Hanzhalah, syuhada yang telah dimandikan oleh para malaikat. Dia memperoleh kedudukan yang tinggi di haribaan Allah SWT. Itulah sebaik-baik daerah yang tidak semua orang bisa meraihnya.

Nabi Bersabda, “Allah Swt. berfirman: Tiada jawaban bagi hamba-Ku yang berserah diri dikala Aku mengambil sesuatu yang dikasihinya di dunia, melainkan surga.” (HR Bukhari).

Itulah tadi cerita menyentuh yang mengajarkan kita, sudah seberapa banyak amal yang kita perbuat begitupun seberapa kuatnya kita dalam menjaga ukhuah islamiah ini.

Wallahu a'lam.