Menurut Knkt, Inilah Yang Diduga Menjadi Penyebab Pesawat Lion Air Jt-610 Hancur Lebur


Roda Lion Air JT 610. Foto: detikcom

Banyak pertanyaan mucul terkait insiden jatuhnya pesawat Lion Air JT-610.

Apakah pesawat meledak di udara sebelum jatuh kelaut? Hingga pesawat menjadi hancur lebur.

Menanggapi pertanyaan tersebut, inilah peneyebabnya berdasarkan Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono!

Proses penyelamatan pesawat Lion Air JT-610 dengan rute penerbangan Jakarta-Pangkalpinang yang dilakukan kurang lebih sepekan terakhir, masih menyebabkan tanda tanya.

Seperti diketahui, bagian-bagian pesawat Lion Air JT-610 sebagian besar ditemukan tinggal puing-puingnya saja. Begitu pun dengan jasad, baik penumpang maupun awak yang ditemukan tak utuh.

Kondisi tersebut menciptakan banyak pihak bertanya-tanya, tak terkecuali dengan keluarga korban maupun netizen. Kenapa hingga hancur berkeping-keping?

Terkait hal tersebut, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono angkat suara.

KNKT menerka pesawat Lion Air JT 610 hancur ketika jatuh, dan membentur permukaan air di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, dengan keras.

Jadi pesawat mengalami pecah ketika bersentuhan dengan air atau ketika impact terhadap air dan pesawat tidak pecah di udara. Kalau (pecah) di udara, serpihan akan lebar,” ujar Soerjanto.

Soerjanto menyampaikan serpihan itu tersebar di permukaan air maritim yang diperkirakan seluas 250 meter persegi. KNKT meyakini bahwa pesawat Lion Air itu jatuh di lokasi tersebut.

Kita lihat serpihan ini sudah dalam bentuk kecil. Itu membuktikan pesawat menyentuh air dengan kecepatan cukup tinggi,” ucap Soerjanto ketika memperlihatkan klarifikasi di depan keluarga korban di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11/2018).

Hal tersebut diperkuat dengan ketengan para saksi mata kejadian.

Laporan dari yang kita wawancara, adalah tugboat yang berjarak 1 nautical mile atau 1,8 kilometer, mereka melihat ada sesuatu yang masuk ke dalam air. Setelah itu, kapal tongkang itu melepas tugboat dan melihat ada serpihan yang kini kita temukan pada radius tidak lebih dari 500 meter,” ucap Soerjanto, menyerupai dilansir dari detik.com.

Soerjanto mengungkapkan kondisi salah satu mesin pesawat yang sudah diangkat dari dasar laut, dimana mesin JT-610 dalam keadaan hidup ketika bersentuhan dengan air.

Dari mesin ini, kita dapat mengambil satu kondisi di mana ketika mesin menyentuh air ini dalam keadaan high RPM, ditandai dengan hilangnya semua sudut turbin atau kompresor. Itu tanda mesin berputar dengan kecepatan tinggi. Makara boleh dikatakan dari mesin ini tidak masalah,” ucap Soerjanto.

Untuk lebih jelasanya, Soerjanto memberikan soal proses pengunduhan data dari FDR atau flight data recorder dari black box pesawat.

Namun ada kepingan black box lain yang perlu ditemukan dahulu. Menurut Soerjanto, adalah CVR atau cockpit voice recorder, yang berisi rekaman bunyi dari kokpit ke menara pengawas, bunyi antara kapten dan kopilot, bunyi di kokpit, dan bunyi komunikasi antara kokpit dan kabin.

"Dalam jangka 1 bulan nanti, KNKT akan menerbitkan laporan awal berupa data fakta selama investigasi. Saat ini tim sedang mempelajari seluruh data," ucapnya.

Dia juga memberikan kerja KNKT ini bertujuan memaparkan penyebab pesawat itu mengalami kecelakaan. Hal itu penting untuk mencegah insiden yang sama terulang.
Related Posts