Mudah Dilihat, Ini 6 Perbedaan Konkret Mental Orang Kaya Dan Orang Yang Sok Kaya


Gambar ilustrasi dilansir dari memebaru.ga

Lebih baik hidup sederhana dan bermental kaya, daripada hidup pas-pasan tapi sok-sokan jadi kaya...

Terkadang ada orang yang berpenampilan “wah” namun bahu-membahu keuangannya pas-pasan. Namun ada juga yang sederhana tapi uangnya milyaran.

Tinggal pilih, kau menggandakan yang mana?

Menjadi kaya ketika lahir yaitu takdir. Kita tidak bisa menentukan untuk lahir dari keluarga yang kaya raya. Walau demikian, menjadi kaya semasa hidup yaitu nasib, sehingga dengan menciptakan keputusan-keputusan yang sempurna sepanjang hidup, kita bisa menjadi kaya.

Gaya hidup seseorang memengaruhi keuangan mereka. Orang seringkali merasa tak cukup dengan penghasilannya, lantaran mereka banyak yang mengejar hasrat memenuhi keinginan, bukan kebutuhan.

Penampilan memang tidak bisa jadi satu-satunya patokan melihat status hidup seseorang. Terkadang ada orang yang berpenampilan “wah” namun bahu-membahu keuangannya pas-pasan saja. Sebaliknya, kita juga kerap menjumpai penampilan seseorang yang biasa saja namun ternyata hartanya melimpah.

Perbedaannya yang niscaya sangatlah bertolak belakang. Bahkan kebiasaan sehari-hari dan pandangan hidup pun cukup jauh berbeda.

Berikut 6 perbedaan rujukan pikir orang kaya dan orang yang sok kaya:

1. Orang kaya sungguhan punya taktik dalam setiap pengeluaran, beliau yang abal-abal hanya asal beli tanpa memikirkan mau makan apa di simpulan bulan

Salah satu hal yang kerap membedakan orang kaya dan orang miskin yaitu dalam memanfaatkan gajinya.

Orang kaya akan menunda kebutuhan yang dianggapnya hanya sebatas cita-cita saja. Namun orang yang sok-kaya akan membelanjakan gajinya untuk sesuatu yang beliau inginkan.

Tidak remaja di sini, maksudnya orang sok-kaya masih bahagia membeli sesuatu atau melaksanakan acara sesuai keinginan, bukan sesuai kebutuhan. Akibatnya ia boros dan tidak pernah bisa menabung.

Orang yang bisa membedakan cita-cita dan kebutuhan termasuk dalam mental si kaya. Ia terpelajar memilih, mana yang hanya godaan dan mana yang benar-benar perlu. Sehingga ketika uang keluar, maka itu benar-benar diharapkan bukan sekadar pemuas nafsu belaka.

2. Bagi yang belum kaya betulan, honor segitu-segitu saja sudah cukup. Tapi, beliau yang kaya beneran justru nggak cepat berpuas diri

Seperti yang sudah dikatakan di atas, bagi orang sok-kaya jabatan dan honor yaitu puncak dari segala sesuatu. Namun bagi orang kaya apalah arti sebuah jabatan dan honor jikalau seseorang sanggup memegang jabatan tertinggi dalam usahanya sendiri dan justru sanggup menggaji orang lain, bukan sebatas menunggu honor dari atasan.

Orang kaya cenderung merasa terus harus meningkatkan apa yang sudah dicapainya ketika ini. Terus ingin menyebarkan usahanya, dan terus berguru meningkatkan kemampuannya.

3. Bagi beliau yang kaya, uang bukanlah properti yang dipakai untuk pencitraan. Bagaimana dengan beliau yang kaya abal-abal? Yup, uang yaitu alat untuk meraih pujian

Ia selalu ingin terlihat glamour, padahal kemampuannya belum hingga di tahap itu. Hal ini justru hanya akan menyiksa dompet dan mental diri.

Sangat sulit bagi orang yang sok-kaya mengendalikan diri dan mata melihat pakaian, sepatu, atau tas keren di etalase toko mewah. Namun berbading terbalik dengan orang yang kaya sungguhan, ia hanya beli jikalau dibutuhkan.

4. Dalam hal pekerjaan, beliau yang kaya betulan memprioritaskan kenyamanan dan prospek ke depannya, bukan cuma gengsi

Orang sok-kaya seringkali justru mempunyai gengsi yang tinggi dalam menentukan pekerjaan. Baginya jabatan dan honor yang tinggi yaitu cara terbaik untuk mendapat kekayaan dan kejayaan hidup. Hal ini sudah sangat puncak dan cukup baginya untuk menjalankan hidup.

Ini bertolak belakang dengan budaya orang kaya yang mau melaksanakan apa saja selama menghasilkan dan baik serta bukan hal salah.

Bagi orang kaya, bukanlah jabatan dan honor yang penting. Jika tekun dalam melaksanakan sesuatu maka semua orang niscaya bisa mencapai puncak karirnya.

Oleh lantaran itu tidak heran jikalau orang kaya rata-rata yaitu seorang bos besar. Hal ini dikarenaka pada awal karir, orang kaya tidaklah banyak menentukan tipe pekerjaan dan selalu menekuni bidang yang sedang dikerjakannya.

Sadari bahwa semua hal di atas dikendalikan oleh gengsi. Takut terlihat tidak keren, hasilnya membeli barang yang tidak sesuai kapasitas. Jika kalian ingin keluar dari skema orang bermental sok-kaya, gengsi yaitu hal utama yang harus kalian singkirkan.

5. Sok bergaya glamor padahal 'kosong', beliau yang kaya abal-abal akan menghalalkan segala cara demi hidup ala konglomerat

Hal kayak gini nggak berlaku buat beliau yang kaya betulan, lho!

Masih menyangkut poin sebelumnya, ini juga salah satu ciri mental orang sok-kaya.

Ia ingin terlihat banyak uang dengan menggunakan kendaraan beroda empat glamor dan perhiasan, padahal itu semua dibeli dengan cara berhutang, atau bahkan yang parah, meminjam milik orang.

Orang kaya akan lebih menentukan menggunakan otaknya untuk berpikir serta memanfaatkan situasi dan kondisi supaya menguntungkan bagi mereka. Wujudnya bisa berupa investasi, orang bermental kaya tidak perlu tampil mewahuntuk penampilan sehari-hari.

Namun setiap saat, otaknya berpikir keras bagaimana cara bisa mendapat passive income. Artinya, sesuatu yang secara rutin bisa menghasilkan uang, tanpa ia harus hadir untuk melaksanakan sebuah pekerjaan.

6. Jika diibaratkan, orang yang kaya betulan selalu bermain untuk menang, bukan cuma sekadar 'tidak kalah' mirip mereka yang abal-abal

Hidup sama mirip permainan. Ada menang dan ada kalah. Mereka yang menguasai peraturan dan tahu bagaimana cara uang bekerja akan memenangkan permainan.

Dalam permainan uang, orang kaya selalu berusaha untuk menang. Mereka tidak mau kalah. Hal ini berbeda dengan cetak biru orang sok-kaya yang merasa cukup hanya dengan tidak kalah.

Kaya atau tidaknya seseorang tentu bukanlah menjadi hal yang harus selalu menarik bagi orang lain. Namun untuk orang yang akal-akalan kaya, penting bagi mereka supaya mendapat ratifikasi dan juga sanjungan atas hal tersebut.

Sehingga mereka kerap menawarkan sikap dan sikap yang tidak perlu.


Dari kedua hal tersebut, kita tentu dengan gampang bisa tahu mana mental orang kaya dan mana orang yang akal-akalan kaya saja, bukan?

Menjalani hidup mengalir dan apa adanya menciptakan diri juga lebih terlihat percaya diri dan berkelas.

Jangan berlaku seolah ingin terlihat kaya. Hal ini justru akan menenggelamkan kehidupanmu dan menciptakan hidupmu tidak sanggup berkembang.

Bukanlah pendapat orang yang penting, melainkan menata hidup ke depan jauh lebih penting dibandingkan mendengar pendapat orang yang tidak bermanfaat.

Makara itulah 6 perbedaan rujukan pikir orang kaya dan orang sok-kaya.

Adaptasikan rujukan pikir tersebut ke rujukan pikir kalian, orang kaya memikirkan peluang, dan orang sok-kaya hanya fokus terhadap problem yang ada hingga melupakan peluang.