Penjelasan Ibnu Hajar Wacana Hadist Waktu Terasa Cepat, Tanda Datangnya Kiamat!


Gambar dilansir dari youtube.com

“Kiamat tidak akan terjadi sampai ilmu dicabut, sering terjadi gempa, dan waktu terasa cepat” (HR: al-Bukhari)

Padahal dalam kehidupan sehari-hari kita sering mencicipi waktu berlalu begitu cepatnya.

Lantas, benarkah simpulan zaman segera datang?

Begini klarifikasi Ibnu Hajar perihal hadist tersebut! Muslim wajib tahu...

Apakah anda juga mencicipi waktu berjalan begitu cepat? Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun berlalu ibarat sekejab.

Namun tahukah Anda? Dalam hadist dikatakan, fenomena ibarat ini termasuk di antara gejala datangnya hari kiamat.

Di antara hadis tersebut yaitu riwayat Abu Hurairah yang mendengar Nabi SAW berkata:

Kiamat tidak akan terjadi sampai ilmu dicabut, sering terjadi gempa, dan waktu terasa cepat” (HR: al-Bukhari)

Dalam hadis lain riwayat Ahmad disebutkan:

“Dari Abu Hurairah, Nabi SAW berkata: Kiamat tidak akan terjadi sampai waktu terasa berlalu begitu cepatnya. Satu tahun terasa ibarat satu bulan, satu bulan ibarat seminggu, satu ahad ibarat satu hari, dan satu hari ibarat satu jam, dan satu jam ibarat kedipan mata.” (HR: Ahmad)

Lantas benarkah simpulan zaman akan segera datang? Sementara tanda-tandanya sudah kita rasakan?

Ibnu Hajar menjelaskan, yang dimaksud dari hadis di atas ialah hilangnya keberkahan hidup.

Hari berlalu begitu saja tanpa ada manfaatnya, harta yang diperoleh tidak ada gunanya, habis begitu saja.

Begitu pula anak, orang menyampaikan banyak anak banyak rejeki. Akan tetapi yang terjadi malah sebaliknya.

Banyak yang punya anak, namun anak-anaknya tidak punya efek apa-apa di masyarakat. Terkadang anak yang dilahirkan justru bikin galau masyarakat.

Abu Anas Shadiq dalam bukunya al-Fitan wa Asyrat al-Sa’ah, penyebab dari hilangnya keberkehan tersebut lantaran masyarakat banyak melaksanakan maksiat. Iman mereka lemah, mereka banyak memakan harta yang haram. Korupsi dan pencurian hak orang lain terjadi di mana-mana.

Mereka menafkahi keluarganya dengan harta yang haram. Akibatnya,  kehidupan keluarga mereka tidak berkah. Meskipun mereka banyak yang kaya. Namun, kehidupan mereka tidak tenang dan tentram.

Dalam al-Qur`an, Allah SWT sudah menjelaskan bahwa keberkahan hidup sangat bekait-kelindan dengan kepercayaan dan amal seseorang.

Masyarakat yang menjalani kehidupannya dengan penuh keimanan dan amal saleh, pasti Allah SWT akan menurunkan kepada mereka keberkahan, baik yang muncul dari langit ataupun bumi.

Sebaliknya, masyarakat yang bahagia berbuat maksiat, Allah akan menutup pintu berkah itu untuk mereka. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah Surah al-A’raf ayat 96:

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: al-A’raf: 96)

Sementara dalam ilmu penegtahuan modern, ada yang menyampaikan hal ini disebabkan adanya kemajuan teknologi dan informasi.

Seperti kami kutip dari bincangsyariah.com, pendapat ini diakui oleh cendekiawan muslim Andan Oktar, yang lebih dikenal dengan Harun Yahya.

Dalam sebuah wawancara di stasiun televisi, ia mengungkapkan, kemajuan teknologi sangat berefek terhadap cepatnya pergantian waktu.

Perjalanan yang dulu berlangsung beberapa bulan, sekarang sanggup dilakukan hanya dalam  beberapa jam saja.

Komunikasi yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, berminggu-minggu untuk menjangkau antar daerah, negara, dan benua, ketika ini sanggup dilakukan dalam hitungan menit, bahkan detik, melalui akomodasi intenet dan alat komunikasi lainnya.

Menurut Harun Yahya, di ruang antara bumi dan ionosfer konduktif terdapat getararan alami, yang disebut resonansi schumann.

:


Frekuensi ini dikenal dengan detak jantung dunia.

Resonansi Schumann sangat penting lantaran membungkus bumi dan terus menjaga alam. Semua bentuk kehidupan berada di bawah pengaruhnya.

Getaran ini secara terus menerus diukur oleh sentra penelitian fisika terkemuka di dunia.

Pada tahun 1950, resonansi schumann diukur pada skala 7,8 hertz. Nilai ini dianggap tetap konstan. Akan tetapi,  tahun 1980 terjadi perubahan tiba-tiba, resonansi schumann diukur di atas 11 hertz. Laporan terbaru mengungkapkan bahwa angka ini akan terus meningkat lagi.

Perubahan resonansi schumann ini sangat berdampat terhadap percepatan waktu. Dengan demikian, waktu 24 jam terasa ibarat 12 ajam atau kurang.

Meskipun ilmu pengetahuan sanggup mengukur kecepatan resonansi schumann, tetapi para jago tidak sanggup menjelaskan faktor apa yang menimbulkan getaran ini terus meningkat dan naik.

Lantas benarkah simpulan zaman akan segera datang? Wallahu A'lam.

Yang terang simpulan zaman pasti datang, namun tak ada yang tahu waktunya kapan.

Yang perlu kita pikirkan adalah, bagaimana caranya hidup kita menjadi berkah dan manfaat supaya selamat di dunia dan akhirat.
Related Posts