Suamiku Selamat, Kamu Telah Berhasil Menciptakan Perempuan Halalmu Mundur Selangkah Dari Hatimu, Naudzubillah!


Image via Rumahku Istanaku

Kisah nyata, tamparan bagi suami yang menyia-nyiakan perempuan halalnya!

Ya, dulu ketika pacaran begitu dipuja-puja, ternyata ketika menikah terlihat jelas, suami tidak punya sifat remaja dan menuntut kesempurnaan.


Aku menentukan menikah yaitu untuk menghindari lebih banyak dosa yang akan saya lakukan, saya menentukan menikah sebab undangan terakhir seorang bapak. Dan saya tak pernah menentukan menikah hanya untuk mendengarkan kata kata yang agresif dari seorang imam dalam hidupku.

Yang lebih dari sekali diungkapkan kalau “Komunikasi dengamu model apapun akan tidak enak” atau bahkan “Aku sudah tidak besar lengan berkuasa lagi dengan rumah tangga kita”.

Jika engkau seorang imam yang amat sangat mengasihi makmummu menyerupai Rasul kepada istrinya, menyerupai pertama kau kenal dan kau puji-puji aku, maka kalimat yang meruntuhkan hati istrimu tak akan terlontar.

Apa yang kau lihat ketika kita pacaran, kau puji-puji saya dulu? Itu menyerupai yang kau lihat perempuan di sekitarmu yang menarik hatimu ketika ini.

Berikan saya alasan biar saya masih sanggup menghormatimu sebagai imamku?

Memang, Allah telah menuliskan siapa yang akan menjadi makmum dan imam dalam hidup kita, Allah juga telah menggariskan skenario hidup yang akan kita jalani hingga final hidup menjemput.

Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, ketika menamam biji buah, apakah kita mau bersabar merawat, menyirami, menyiangi, memberi pupuk hingga memanen buahnya.

Ataukah pasrah pada hujan, dan cuma berdoa: "Ya Allah, berilah kesuburan dan buah yang lebat pada tanamanku"

Karena itu Allah memperlihatkan pedoman agama, bahkan orang sebusuk Fir'aun pun masih diberikan kesempatan berubah lebih baik.

Maka katakanlah (kepada Fir‘aun), “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” (QS.an-Nazi’at:18)

:


Harusnya kau sudah tahu, tidak menyerupai itu ferguso.

Bukankah sudah jelas, Allah memperlihatkan petunjuk dalam surah Ar Rad ayat 11.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra'd:11).

Makara kalau Allah memberikanmu, bahan maka syukurilah, kalau memberikanmu istri maka syukurilah, bimbinglah tulang rusukmu yang bengkok itu dengan kelembutan hati, sesabar petani menanti tumbuhnya biji, sabar menyirami, sabar menyiangi, memupuk, mengawasi tiap helai daun tanamanya dari hama, hingga datang masanya Allah memperlihatkan rezeki buah-buah yang lebat dan bergizi.

Iya buah...
Buah keluarga sakinah dimana rumah penuh kedamain, yang mawadah penuh cinta dan warohmah saling mengasihi serta menyanyangi hingga kelak final hidup menjemput.

Tapi apa yang telah kau lakukan pada perempuan halalmu ini. Tidakkah kau sadar, begitu kerasnya kau meluruskan tulang rusukmu yang bengkok ini hingga retak.

Imamku,

Terimakasih kau telah menciptakan perempuan halalmu mundur selangkah dari hatimu.

Allah, nampaknya memperlihatkan siapa sejatinya dirimu dengan cara yang begitu terang di mata dan begitu menyakitkan hati.

Sekuat dan setabah apapun hati seorang makmum yang engkau pilih, hatinya tetap hati perempuan yang kodratnya lembut dan gampang patah, hanya satu kalimat wacana “materi dalam rumah tangga yang kau ucapkan”.

Kau bicara problem harta pada perempuan yang belum 2 genap tahun kau halalkan tanpa nafkah?

Satu yang menjadi pertanyaanku menjelang akad, kalau waktu itu kau tidak berani halalkan aku, lantas apa dengan pacaran tanpa arah yang terang tidak menambah dosa zinamu?

Jika waktu itu kau tidak siap menjadi imamku, kenapa tidak bilang pada wanitamu yang terpaut 7 tahun lebih muda darimu, yang membutuhkan sosok dewasa, bukan sifat kekanak-kanakan bayi renta menyerupai dirimu.

Aku memang bukan keturunan ningrat, tapi Bapakku selalu menanamkan rasa bersyukur yang tinggi dalam setiap kondisi.

Bapak yang bersusah payah tak kenal terik matahari, kerja siang malam, mendidik putri kecilnya hingga menerima gelar Sarjana Pendidikan.

Bapak Ibu yang rela makan lauk garam, asal anaknya sanggup bayar kuliah, sebab niat mereka cuma ingin mewariskan ilmu untuk anak-anaknya.

Sama dengan usia pernikahan kita dia tak lagi ku dengar suaranya.

Tepat, sehari sehabis saya halal menjadi wanitamu, Beliau dipanggil Yang Maha Kuasa, bagaimana saya sanggup lupa didikan Bapak yang selalu mengajarkan rasa syukur.

Beruntung ketika ini masih ada seorang abang yang menciptakan tawa dan tangis kebahagiaan di masa kecilku dulu.

Yang masih setia hingga ketika ini menyayangiku, mungkin beban pikiranya jauh lebih berat dari bayanganku, sejak kepergian Bapak.

Yang saya sayangkan, betapa sepelenya kau anggap sakralnya ijab qobul di depan para saksi.

Bahkan kau tak menganggap sama sekali, pengorbanan keluarga yang tulus menyerahkan putri kecilnya ini, mempercayakan kau sebagai imam.

Gadis kecil yang telah dirawat mereka lebih dari 20 tahun lamanya. 2 tahun seorang Ayah menyandang sakitnya, hingga hingga pada satu titik, seorang bapak yang sudah mendekati pintu surgaNya, meminta gadis kecilnya untuk menikah.

Tahukah engkau suamiku, saya menjatuhkan hati dan sisa hidupku bersamamu bukan sebab rupa yang engkau miliki, bukan sebab harta yang kau punya, tapi saya melihat betapa sayangnya engkau pada ibumu. Akupun berharap engkau menghargai kondisiku dan menyayangiku sebagai istrimu.
Memang belum genap 2 tahun, waktu itu seolah kau dipaksa menghalalkan saya dan akupun tak pernah mengungkit nafkah lahir yang tak kunjung engkau berikan. Aku tak pernah meminta jatah bulanan.

Kau pikir semudah itu jadi suami, tahukah kau isi surah Al Baqarah ayat 233.

Para ibu (istri) hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyusui secara sempurna. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istri) dengan cara ma'ruf. Seorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya.

Itu wajib suamiku, meski tidak berjuta- juta, 300 ribu juga dihitung nafkah, meskipun tak cukup buat makan. Karena Allah tak memaksa, tinggal niat mu saja.

Jangan-jangan kau tak pernah baca buku nikah kita.

Jangan-jangan kau tidak tahu Sighat Ta’lik ya? Waduh!!!!

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Sesudah janji nikah, saya :
………………………………………. bin ……………………………………. berjanji dengan sesungguh hati bahwa saya akan mempergauli istri saya yang berjulukan : ………………………….. binti ……………………………….. dengan baik (mu’asyarah bil ma’ruf) berdasarkan aliran Islam.

Kepada istri saya tersebut saya menyatakan sighat ta’lik sebagai berikut :
Apabila saya :
1. Meninggalkan istri saya selama 2 (dua) tahun berturut-turut;
2. Tidak memberi nafkah wajib kepadanya 3 (tiga) bulan lamanya;
3. Menyakiti tubuh atau jasmani istri saya;
4. Membiarkan (tidak memperdulikan) istri saya selama 6 (enam) bulan atau lebih,
Dan sebab perbuatan saya tersebut, istri saya tidak ridho dan mengajukan somasi kepada Pengadilan Agama, maka apabila gugatannya diterima oleh Pengadilan tersebut kemudian istri saya membayar uang sebesar Rp. 10,000,- (sepuluh ribu rupiah) sebagai ‘iwadl (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya satu kepadanya.
Kepada Pengadilan Agama saya memperlihatkan kuasa untuk mendapatkan uang ‘iwadl (pengganti) tersebut dan menyerahkannya kepada Badan Amil Zakat Nasional setempat untuk keperluan ibadah sosial.
Mojokerto, ………………………. 2016

Suami,

(………………………)

WA AUFUU BIL ‘AHDI INNAL ‘AHDA KAANA MAS’UULAA
وَأَوْفُواْ بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْؤُولاً
“ Tepatilah janjimu, sebenarnya janji itu kelak akan dituntut.”

Apa saya pernah menuntutmu suamiku?

Meskipun saya tak banyak membantu kondisi ekomoni keluarga kecil kita, tapi pernahkan kau menghitung jumlah rupiah seorang istri yang tak kau nafkahi untuk membantumu mengurangi beban tanggunganmu.

Jika engkau menemukan perempuan lain yang menyerupai itu, bahkan jauh lebih sanggup mendapatkan kondisimu dari titik terendah ketika ini, maka katakan kepadaku. Karena kau berhasil menciptakan diriku satu langkah menjauh darimu, sebab sepatah kalimatmu yang mengungkit sebuah materi.

Suamiku, saya menghormatimu jauh lebih dari semua orang yang kau pimpin. Hanya saya memohon, jangan menciptakan luka di hati gadis kecil yang sudah kau Halalkan di depan seorang Ayah yang sekarat bertahan hidup hanya untuk mempercayakanku kepadamu. Aku hanya ingin tersenyum tanpa ada kalimat yang meruntuhkan hatiku.

Wahai suami, hargailah seorang perempuan yang menyisakan sisa hidupnya untukmu. Menikah tak sebercanda itu, menikah itu wacana saling mengisi, menghargai, dan memahami kondisi satu sama lain.

Karena kalau engkau telah menghalalkanya, maka dia “Istrimu” telah menjadi tanggung jawabmu hingga dosa yang istrimu lakukan, maka kalau tak ingin rumahmu suram berikan kebahagiaan, bukan luka hanya sebab harta.

Pesan buat para suami dari dongeng diatas adalah, ketika Anda menyukai seorang perempuan Anda ingin menikahinya, kemudian ketika sudah menikah ada saja hal yang tak disukai, kemudian ingin berpisah, sebab melihat perempuan lain tertarik menyerupai ketika pacaran dulu dengan istrinya, kemudian menikahlah dengan perempuan kedua tadi. 

Dan terjadilah pertengkaran lagi dalam rumah tangga, begitu akan terulang seterusnya, dengan aneka macam problem yang berbeda. Karena insan diciptakan untuk diuji. Bukan mendapatkan kesempurnaan pasangannya, tapi melengkapi kekuranganya.