Doa Mandi Wajib Arab Dan Latin, Lengkap Beserta Tatacara Dan Hukumnya

 junub yang lengkap dan benar sesuai hadist Doa Mandi Wajib Arab dan Latin, Lengkap Beserta Tatacara dan Hukumnya
Doa Mandi Wajib Arab dan Latin, Lengkap Beserta Tatacaranya (Ilustrasi: liputan6.com)

Wajib diperhatikan.

Ini dia doa, niat dan tata cara mandi wajib / junub yang lengkap dan benar sesuai hadist.

Setiap orang muslim tentu saja harus tahu apa itu mandi wajib. Mandi wajib ini yaitu mandi besar yang biasa dilakukan pada waktu-waktu tertentu lantaran alasannya sesuatu yang melatar belakanginya.

Dalam bahasa arab, mandi yaitu الْغُسْل (ghusl), artinya berdasarkan bahasa yaitu  “pengaliran”. Mandi wajib mempunyai istilah lain yaitu mandi junub, yang brarti mandi junub ini akan dilakukan ketika dalam keadaan junub.

Orang yang sedang ada dalam keadaan junub misalnya, haram hukumnya untuk melaksanakan sholat, berdiam diri di masjid, thawaf, membaca atau melafalkan ayat Al Qur’an serta menyentuh mushaf. Junub ini termasuk hadats besar, dan cara menyucikannya yaitu dengan mandi wajib.

Menurut istilah mandi wajib ialah mengalirkan air hingga ke seluruh tubuh, dari ujung kepala hingga kaki yang diawali dengan membaca niatniat mensucikan diri dari hadast yang besar.

Melakukan mandi akan menciptakan perasaan menjadi lebih nyaman dan mempunyai kepercayaan diri, baik dalam keadaan melaksanakan ibadah ataupun ketika melaksanakan kegiatan atau beraktivitas.

Namu, mandi wajib tak boleh asal. Untuk tata cara melaksanakan mandi wajib tentunya harus dengan berpedoman tata cara mandi wajibnya Nabi Muhammad SAW.

Berikut ini yaitu ulasan lengkap mengenai tata cara mandi wajib laki laki, tata cara mandi wajib perempuan, doa mandi wajib bahasa arab, doa mandi wajib latin, doa mandi wajib sesudah haid, doa mandi wajib sesudah bekerjasama intim, niat mandi wajib, niat mandi junub, dll.

Tata Cara melaksanakan Mandi Wajib atau Mandi Besar atau Mandi Junub


Berikut ini yaitu langkah – langkah yang harus Anda perhatikan:

1. Diawali membaca niat mandi wajib.

Membaca niat di awal hukumnya wajib dan niscaya mengharuskan untuk dijalankan sebelum melaksanakan mandi wajib.

Niat ini yaitu yang menimbulkan perbedaan antara mandi wajib dan mandi biasa. Untuk tata cara pembacaan ini boleh dengan menggunaka bunyi atu di dalam hati saja.

2. Mencuci kedua tangan.

Agar mengikuti sunnahnya maka mencuci tangan ini sanggup dilakukan hingga 3 kali pencucian, hal ini bertujuan biar tangan higienis dan terhindar dari yang namnaya najis dan benar-benar bersih.

Melakukan pembersihkan pada penggalan tubuh yang dianggap kotor memakai tangan kiri. Bagian tubuh yang biasanya kotor yaitu penggalan kemaluan, dubur, ketiak dan lain-lain.

3. Melakukan pembersihan tangan ulang.

Melakukan pembersihan ulang tangan yang tadi sudah dipakai untuk membersihkan penggalan kemaluan, yakni dengan mengusap-usapkan tanah ke tanah kemudian dibilas atau dengan sabun kemudian dibilas.

4. Berwudhu.

Lakukanlah tata cara wudhu menyerupai halnya akan berwudhu menyerupai akan melaksanakan sholat biasanya

5. Membasahi seluruh seluruh tubuh.

Membasahi tubuh secara merata dengan mengguyurnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, dimulai dari penggalan kanan terlebih dahulu kemudian penggalan kiri.

6. Gunakanlah sabun beserta sampo.

Ketika tata cara diatas sudah terlewati, maka langkah selanjutnya barulah diperbolehkan untuk mencuci ulang tubuh memakai sabun,dan memberi shampoo pada rambut.

Kewajiban melaksanakan mandi wajib ini dilakukan pada ketika kondisi sedang normal, dan langkah-langkah tersebut boleh diganti memakai tayamum dengan debu.

Hal ini apabila memang terdapat tidak ada air atau bahkan apabila ada mudhorot yang kemungkinan sanggup terjadi apabila melaksanakan mandi wajib, misalkan apabila dalam keadaan sakit atau lain sebagainya.

Hadist-hadist mengenai tatacara mandi wajib

Hadist Pertama:

عن عائشة رضي الله عنها قالت : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا اغتسل من الجنابة غسل يديه ، ثم توضأ وضوءه للصلاة ، ثم اغتسل ، ثم يخلل بيده شعره حتى إذا ظن أنه قد أروى بشرته أفاض عليه الماء ثلاث مرات ، ثم غسل سائر جسده

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha; dia berkata, “Bahwa kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mandi dari janabah maka dia mulai dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudhu sebagaimana wudhunya untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jarinya kedalam air kemudian menyela dasar-dasar rambutnya, hingga dia menyangka air hingga kedasar rambutnya kemudian menyiram kepalanya dengan kedua tangannya sebanyak tiga kali kemudian dia menyiram seluruh tubuhnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits kedua

وعن عائشة رضي الله عنها قالت : كنت أغتسل أنا ورسول الله صلى الله عليه وسلم من إناء واحد نغترف منه جميعا

Aisyah radhiallahu ‘anha juga berkata, “Aku mandi bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari satu tempayan, dan kami sama-sama mengambil air dari tempayan tersebut.” (HR. Muslim)

Hadits ketiga

عن ميمونة بنت الحارث رضي الله عنها زوجة النبي صلى الله عليه وسلم أنها قالت : وضعتُ لرسول الله صلى الله عليه وسلم وَضوء الجنابة ، فأكفا بيمينه على يساره مرتين أو ثلاثا ، ثم غسل فرجه ، ثم ضرب يده بالأرض أو الحائط – مرتين أو ثلاثا – ثم تمضمض واستنشق ، ثم غسل وجهه وذراعيه ، ثم أفاض على رأسه الماء ، ثم غسل سائر جسده ، ثم تنحّى فغسل رجليه ، قالت : فأتيته بخرقة فلم يُردها ، وجعل ينفض الماء بيده

Dari Maimunah binti Al-Harits radhiyallahu‘anha; dia mengatakan, “Saya menyiapkan air bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mandi junub. Kemudian dia menuangkan (air tersebut) dengan tangan kanannya di atas tangan kirinya sebanyak dua kali – atau tiga kali, kemudian dia cuci kemaluannya, kemudian menggosokkan tangannya di tanah atau di tembok sebanyak dua kali – atau tiga kali. Selanjutnya, dia berkumur-kumur dan ber-istinsyaq (menghirup air), kemudian dia cuci mukanya dan dua tangannya hingga siku. Kemudian dia siram kepalanya kemudian seluruh tubuhnya. Kemudian dia mengambil posisi/tempat, bergeser, kemudian mencuci kedua kakinya. Kemudian saya menunjukkan kepadanya kain (semacam handuk, pen.) tetapi dia tidak menginginkannya, kemudian dia menyeka air (di tubuhnya) dengan memakai kedua tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Niat dan Doa Mandi Wajib atau Mandi Besar atau Mandi Junub


Setiap akan melaksanakan mandi wajib maka harus diawali dengan niat yang benar biar mandi wajib tersebut sanggup bernilai ibadah di hadapan Allah SWT serta supaya Allah SWT mendapatkan segala macam amalan yang akan dilakukan sesudah melaksanakan mandi wajib.

Pada ketika akan melaksanakan mandi wajib, maka niatnya tidak harus dibaca dengan lantang, hanya dibaca di dalam hati saja sudah cukup dengan niat mandi wajib untuk mensyucika diri dari hadas besar. Atau memakai lafal arab biar lebih meluruskan niat.

a. Do’a niat mandi wajib secara umum

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى

Nawaitul Ghusla Lifraf il Hadatsil Akbarii FardhalLillahi Ta’aala

Yang artinya:  saya niat mandi wajib untuk mensucikan hadast besar fardhu lantaran Allah ta’aala.

b. Do’a niat mandi wajib sesudah haid

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ حَدَثِ الْحَيْضِ ِللهِ تَعَالَى

Nawaitul Ghusla Lifraf il Hadatsil Akbari minal Haidil Lillahi Ta’ala

Yang Artinya: saya niat mandi wajib untuk mensucikann hadast besar dari haid lantaran Allah Ta’ala.

c. Do’a niat mandi wajib sesudah nifas

Nawaitul Ghusla Liraf il Hadatsil Akbari Minal Nifasi Fardhlon Lillahi Ta’ala.

Yang Artinya: saya niat mandi wajib untuk mensucikan hadast besar dari nifas fardu lantaran Allah ta’ala.

d. Do’a niat mandi wajib sesudah bekerjasama suami – istri / keluar mani / mimpi basah

Nawaitu Ghusla Lirafil Hadatsil Akbari AnJami il Badaanii Likhuruu ji Mani yyi Minal Innaabati Fardhan Lillahi Ta’aala”.

Terjemahnya : saya niat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari tubuh ini lantaran keluarnya mani dari janabah fardhu lantaran Allah taala.

: Apakah Boleh Mandi Besar Pakai Air Hangat? Ini Penjelasannya

Landasan Perintah Mandi Wajib / Mandi Junub



Perintah mandi wajib ada dalam surat Al-Maidah ayat 6:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ مِنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَٰكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kau hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu hingga dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu hingga dengan kedua mata kaki, dan kalau kau junub maka mandilah, dan kalau kau sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari daerah buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, kemudian kau tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kau dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kau bersyukur

Selanjutnya surat An-nisa ayat 43;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَقْرَبُواْ الصَّلاَةَ وَأَنتُمْ سُكَارَى حَتَّىَ تَعْلَمُواْ مَا تَقُولُونَ وَلاَ جُنُباً إِلاَّ عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىَ تَغْتَسِلُواْ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kau shalat, sedang kau dalam keadaan mabuk, sehingga kau mengerti apa yang kau ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kau dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kau mandi”.

Hal – Hal yang Menyebabkan Mandi Wajib / Mandi Junub

Tata cara mandi wajib harus dilakukan apabila kita mendapati hal-hal berikut ini:

a. Setelah selesai darah haid bagi wanita

Dalil mengenai hal ini yaitu hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata pada Fathimah binti Abi Hubaisy,

فَإِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَدَعِى الصَّلاَةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِى عَنْكِ الدَّمَ وَصَلِّى

Apabila kau tiba haidh hendaklah kau meninggalkan shalat. Apabila darah haidh berhenti, hendaklah kau mandi dan mendirikan shalat.” (HR. Bukhari no. 320 dan Muslim no. 333).

b. Setelah Darah Nifas Bagi Wanita

Untuk nifas hukumnya sama dengan darah haid.

c. Keluarnya Mani Dengan Syahwat

Perlu diketahui bahwa mani berbeda dengan wadi dan madzi. Perbedaannya sebagai berikut;

Mani: yaitu air yang keluar dari alat kelamin pada ketika orgasme, baik lantaran bersetubuh atau lantaran mimpi basah. Mani keluar dengan memancar/muncrat, disertai syahwat yang memuncak. Setelah keluar tubuh terasa lemas.

Mani berwarna putih dan mempunyai busuk khas menyerupai telur kering. Bila salah satu dari gejala tersebut ada maka cairan tersebut disebut mani. Mani bersifat tidak najis, tapi keluarnya harus mandi wajib.

Madzi: yaitu cairan yang keluar dari alat kelamin seseorang lantaran bergejolaknya syahwat, namun syahwatnya belum memuncak (sempurna). Keluarnya tidak hingga menimbulkan lemas.

Madzi berwarna bening, encer, lengket tapi tidak berbau. Cairan madzi termasuk najis ringan, apabila keluar maka tidak membatalkan puasa dan cukup berwudhu untuk mensucikannya.

Wadi: yaitu cairan yang keluar dari alat kelamin seseorang lantaran kelelahan atau lantaran angkat – angkat yang terlalu berat, atau kadang – kadang keluarnya pada ketika kencing. Wadi berwarna putih, agak kental dan keruh.

Wadi juga termasuk najis ringan sehingga harus disucikan dengan wudhu tapi tidak harus mandi.

Kesimpulannya: kalau yang keluar yaitu mani maka mandi wajib. Tapi kalau yang keluar madzi atau wadi maka tidak mandi wajib.

e. Setelah Bertemunya Dua Kemaluan Meskipun Tidak Keluar Mani

Hal ini berdasarkan hadist  dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا ، فَقَدْ وَجَبَ الْغَسْلُ

Jika seseorang duduk di antara empat anggota tubuh istrinya (maksudnya: menyetubuhi istrinya , pen), kemudian bersungguh-sungguh kepadanya, maka wajib baginya mandi.” (HR. Bukhari no. 291 dan Muslim no. 348)

Meskipun tidak hingga keluar  mani maka tetap harus mandi. Hadist dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الرَّجُلِ يُجَامِعُ أَهْلَهُ ثُمَّ يُكْسِلُ هَلْ عَلَيْهِمَا الْغُسْلُ وَعَائِشَةُ جَالِسَةٌ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنِّى لأَفْعَلُ ذَلِكَ أَنَا وَهَذِهِ ثُمَّ نَغْتَسِلُ ».

Seorang pria bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perihal seorang pria yang menyetubuhi istrinya namun tidak hingga keluar air mani. Apakah keduanya wajib mandi? Sedangkan Aisyah ketika itu sedang duduk di samping, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku sendiri pernah bersetubuh dengan perempuan ini (yang dimaksud yaitu Aisyah, pen) namun tidak keluar mani, kemudian kami pun mandi.” (HR. Muslim no. 350)

f. Ketika Orang Kafir Baru Masuk Islam (mu’alaf)

Dalil yang dipakai dalam hal ini yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Qois bin Ashim RA:

أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

Beliau masuk Islam, lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya untuk mandi dengan air dan daun sidr (daun bidara).” (HR. An Nasai no. 188, At Tirmidzi no. 605, Ahmad 5/61. Syaikh Al Albani menyampaikan bahwa hadits ini shahih).

g. Ketika Seseorang Meninggal Dunia

Ketika seseorang meninggal dunia maka dia wajib mandi, tapi dilakukan oleh orang lain. Hukum memandikan mayit yaitu fardhu kifayah. Artinya cukup beberapa orang yang melakukannya maka sudah menggugurkan kewajiban yang lain.

Dalilnya yaitu perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu ‘Athiyah dan kepada para perempuan yang melayat untuk memandikan anaknya,

اغْسِلْنَهَا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مَنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ

Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali atau lebih dari itu kalau kalian anggap perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kafur barus (wewangian).” (HR. Bukhari no. 1253 dan Muslim no. 939).

Setiap muslim yang mati harus dimandikan, baik pria maupun perempuan, muda maupun tua. Muslim yang tidak perlu dimandikan hanya yang mati syahid.

Demikianlah pembahasan hukum, doa, niat dan tata cara mandi wajib / junub secara lengkap. Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam.